Ch.21

293 56 28
                                    

Warning: 15+ and above.

"Senja mau ikut ayah?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Senja mau ikut ayah?"

Raut wajah jeongin tiba-tiba mendatar, tak ada emosi didalamnya. Netranya bergerak menatap balik milik sehun, "Maaf ayah, senja pikirin dulu. Permisi," setelah berucap demikian, jeongin segera berlari ke kamar, membanting keras pintu kamarnya hingga semua orang termasuk sehun mengerti kalau jeongin butuh waktu untuk memahami semua ini.

Sehun berkacak pinggang sebentar, lalu menatap yoona angkuh, "Senja kecewa sama kamu, mal. Anak itu akan pilih ayahnya nanti, pasti."

Tangan sehun terangkat ke udara, menginstruksikan kepada anak buahnya untuk kembali ke mobil, "Terimakasih waktunya, kemala," kemudian berlalu sambil tersenyum picik.

Hyunjin membasahi bibirnya yang kering. Sungguh, ia tak tahu apa-apa saat pintu rumah secara tiba-tiba dibuka paksa oleh pria berbadan kekar. Otaknya seakan dipaksa untuk bertindak cepat ketika yoona berteriak mengingatkan minho untuk membawa jeongin pergi menjauh dari rumah ini. Sekarang, anak itu sudah mengetahui fakta paling pahit yang mungkin jeongin sendiri tidak akan bisa mengerti.

"Sekala, samperin senja. Bunda biar saya yang urus," suara minho membuyar lamunan hyunjin.

"Ah, iya kak. Saya permisi," hyunjin menurut pada minho.

Sebelum beranjak dari situ, hyunjin sempat berbisik pada yoona, "Bunda, sekala yakin, apapun yang terjadi, senja akan tetap sayang bundanya."

Setelah memastikan yoona telah diambil alih oleh minho, hyunjin segera berjalan cepat menuju kamar jeongin. Hyunjin khawatir kalau kekasih rubahnya itu melakukan hal yang tidak-tidak.

"Senja, saya masuk ya?" Hyunjin bicara dari luar pintu. Tak ada jawaban dari dalam, hyunjin memutuskan untuk mendorong sedikit pintu kamarnya. Ternyata tak terkunci, lalu hyunjin melangkah masuk. Jeongin tak ada di kamarnya, dan hyunjin mulai panik.

"Senja, kamu dimana?" Hyunjin membuka lemari, mengecek kolong meja, mengintip ke bawah kasur, bahkan melihat balkon kamar anak itu, dan jeongin seperti hilang ditelan bumi, tak diketahui dimana dirinya sekarang.

Ah, hyunjin belum melihat kamar mandi. Didekatinya daun pintu kamar mandi, dan benar. Ada suara samar gemericik air dari dalam. Tanpa ragu, hyunjin membukanya dan masuk.

"Astaga, senja!"

Ada jeongin yang terduduk lemas tak sadar dibawah pancuran shower kamar mandi dengan pakaian lengkap.

Hyunjin panik, kemudian mematikan shower, dan mengangkat tubuh tak sadar jeongin untuk ia keringkan.

Hyunjin tak peduli kalau pakaiannya akan ikut basah kalau ia menggendong jeongin, sebab jeongin adalah yang utama. Tubuh pria mungil itu hangat, mungkin ia kembali terkena demam.

Hyunjin menaruh tubuh jeongin diatas kasur. Matanya terpejam, dan bibirnya membiru, hyunjin tak tega melihatnya.

"Senja, bangun sayang," hyunjin menepuk pelan pipi jeongin. Tak ada hasil, hyunjin mencoba lagi, "Senja, ini saya. Ayo bangun, jangan bikin saya khawatir," hyunjin menggoyang pelan tubuh jeongin.

"Ck, sial. Gue harus gimana," hyunjin mengacak rambutnya kesal.

"Gantiin dia baju dulu, abis itu panggilin kak kirino. Mungkin dia tau senja harus diapain."

Hyunjin mengobrak-abrik asal lemari baju jeongin, demi mendapat baju secepat mungkin. Tangannya menyambar minyak telon diatas nakas, kemudian ia berlari mengambil handuk kering di kamar mandi. Dengan cekatan, ia mengeringkan tubuh jeongin dengan handuk, memberi anak itu minyak telon disekujur tubuhnya, dan menggantikan baju jeongin secepat yang ia bisa. Ia tak mau jeongin semakin parah karena ada dalam keadaan basah di ruangan dingin.

"Engga ada waktu buat salah fokus, kala. Ini lagi genting, genting!" Hyunjin menampar pipinya keras.

"Ah, iya kak kirino!" Baru hyunjin mau meninggalkan ruangan, sebuah suara lemah menggagalkan niatnya.

"Kak sekala.." suara lemah jeongin terdengar parau.

Hyunjin menoleh kearah jeongin, "Senja?! Kamu gapapa kan?"

"Coba kasih tau saya, dimana yang sakit," hyunjin memegang dahi jeongin, yang dibalas gelengan kecil dari si rubah.

"Engga disitu kak, tapi disini," jari telunjuk jeongin menunjuk dada kirinya lemah.

Timbul rasa kasihan dari diri hyunjin ke jeongin. Dengan penuh perhatian, hyunjin angkat tubuh jeongin untuk ia peluk.

"Sini sama saya. Kamu nangis aja biar lega ya? Jangan dipendem lagi," hyunjin mengusap surai jeongin yang sedang terisak pelan.

Tubuh mereka berhadapan, berbagi hangat dan rasa untuk disalurkan, dan keduanya nyaman dengan perasaan yang timbul.

"S-senja, hiks- kecewa sama bunda.." jeongin meremas kaus yang hyunjin kenakan.

"Senja juga, hiks- kecewa sama abang.."

"Senja udah gapunya siapa-siapa lagi, hiks-" hyunjin dapat mendengar nada kekecewaan yang begitu ketara dalam setiap kata yang jeongin ucapkan.

Jeongin melanjutkan kalimatnya, "T-tapi senja gak mau sama ayah.. senja ngerasa senja engga butuh ayah.."

"Udah 17 tahun senja hidup tanpa ayah, dan senja bisa ngelewatin itu semua. Kenapa hiks- baru sekarang ayah dateng lagi ke senja," jeongin memukul pelan dada hyunjin, meluapkan perasaannya.

Jeongin kalut, hyunjin bisa rasakan itu. Tapi hal yang selanjutnya terjadi benar-benar diluar ekspektasi hyunjin.

Jeongin mendongak, "Senja cium kakak ya?" Netra berurai air mata itu menatap hyunjin putus asa.

Hyunjin gelagapan, "Senja, saya rasa ini ga-"

Terlambat. Si kecil sudah terlebih dahulu menempelkan bibirnya pada bibir hyunjin. Meski amatir, jeongin berusaha bergerak lebih dulu, mencecap dan melumat pelan bibir lawannya. Tangannya melingkar apik di leher hyunjin, sambil menekan tengkuk yang lebih besar, berusaha mengajak hyunjin untuk membalas ciumannya.

Tentu saja hyunjin mulai terbawa suasana. Yang lebih besar mulai menggigit pelan bibir bawah jeongin agar jeongin memberinya celah untuk memasukkan lidahnya kedalam mulut jeongin. Menari-nari dan mengeksploitasi isinya hingga sesuatu yang asin berhasil hyunjin cecap.

Ah, ternyata itu air mata jeongin yang mengalir ditengah-tengah pergulatan keduanya. Hyunjin segera menghentikan kegiatan mereka dan mulai memeluk jeongin. Ibu jari hyunjin naik dan menghapus air mata jeongin sebelum mengecup kedua kelopak mata serta pucuk hidungnya untuk ia tenangkan.

"Senja, saya sayang kamu."

*menebar air suci*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*menebar air suci*

Oke maaf kalau adegan kebelakangnya itu cringe af karena aku ga pernah bikin gituan😭😭

Fyi, ternyata book ini bisa tamat lebih cepat drpd perkiraan huehe. Tapi tamat cepet atau engganya aku pikirin lagi deh.

Chapter Quest: apakah senja mau maafin abang sama bundanya?

Oke dah ah kepanjangan. Tolong hargai karya aku dengan vote chapter ini ya!

𝘴𝘦𝘯𝘫𝘢𝘬𝘢𝘭𝘢 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang