4. SYARAT

800 54 3
                                    

Assalamu'alaikum Readers ......

Bismillah, klik bintang, cuss baca, smangaaat !!!

Happy Reading >>>>>>>

Malam khitbah pun tiba. Keluarga Nizam membawa lebih banyak anggota keluarga. Mereka semua hadir dengan wajah sumringah kecuali Nizam. Hanya sesekali Nizam mencipta senyum dan itu pun datar tanpa lengkung.

Setelah melalui perbincangan pembuka yang cukup panjang, akhirnya Agam mengutarakan maksud dan tujuan kedatangannya malam ini.

"Begini Mas Haidar, kedatangan kami malam ini selain untuk bersilaturahmi juga untuk maksud yang sangat penting. Kami datang untuk melamar putri Mas Haidar untuk putra kami Nizam", ucap ramah Agam.

"Iya Gam, sebelumnya kami ucapkan banyak terimakasih atas kunjungan kalian. Untuk masalah lamaran, tentu kami menyambutnya dengan suka cita. Tapi, mengenai jawabannya adalah mutlak hak Arsyi untuk memutuskannya", jawab Haidar tak kalah ramah.

Agam mengangguk dan tersenyum, kemudian memandang Arsyi yang malam ini tampak duduk dengan tenang di samping bundanya.

"Bagaimana Nak Arsyi, apakah kamu menerima lamaran kami?", tanya Agam sambil tersenyum.

Arsyi membalas senyum itu kemudian mengarahkan pandangnya pada Haidar.

Haidar menganggukkan kepalanya, sebagai tanda dia menyerahkan semua keputusan pada Arsyi.

Arsyi terdiam dan menatap sejenak pada Nizam yang kebetulan juga sedang menatapnya.

Melihat tatap dingin itu membuat Arsyi sedikit ragu.

"Arsyi, aku tahu kita belum pernah bertemu apalagi kenal. Tapi, jika kamu setuju menikah denganku, aku janji, kita bisa menjalin kedekatan dengan baik dan tentunya tanpa takut dengan dosa", suara berat penuh kharisma menyentak kediaman Arsyi.

Dia memandang tak percaya pada Nizam. Baru kali ini dia mendengar ucapan dari calon imam pilihan Buyanya itu tertuju padanya.

Sebuah ucapan yang menjanjikan dengan suara yang menawan, namun disajikan dengan tatapan yang berbanding terbalik, menusuk tajam.

Arsyi sedikit bergidik ngeri. Tapi, ah, semoga memang benar apa yang dikatakan buyanya kemarin, bahwa Nizam memang demikian adanya apalagi untuk orang baru yang ditemuinya.

Arsyi menghela nafas dalam.

"Bismillah. Insyaallah saya terima, tapi dengan syarat", ucap Arsyi akhirnya.

Nampak Agam dan Nizam mengerutkan keningnya, sedangkan Haidar, Hana dan Atha hanya tersenyum, paham betul pada watak putri keluarga mereka itu.

"Syarat? Katakan, mungkin aku bisa memenuhinya", ucap tegas Nizam tetap dengan pandang dinginnya.

Arsyi mengangguk.

"Ehm. Pertama, setelah menikah saya minta diijinkan untuk bekerja, dengan konsekuensi, saya akan tetap mengutamakan kepentingan keluarga, sedapat mungkin saya akan mengatur waktu saya untuk pekerjaan dan untuk suami".

Kedua, saya perempuan biasa, bukan perempuan hebat dan kuat seperti Bunda dan Uma. Untuk itu, saya minta, saya tidak akan pernah diduakan sampai kapanpun. Jika suatu saat nanti Mas Nizam merasa tak menginginkan saya lagi, silahkan mengembalikan saya kepada Buya dengan baik-baik dan dengan alasan yang kuat".

"Itu syarat saya, mohon maaf jika ini berlebihan. Saya tidak memaksa syarat ini dipenuhi, seperti saya juga tidak akan merasa terpaksa untuk menerima lamaran ini", ucap sopan Arsyi.

LESSON 4 MY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang