Assalamu'alaikum Readers ....
Bismillah, klik bintang, terus cuss baca ya
Happy Reading >>>>>>>>
Jam dinding di kamar Arsyi menunjukkan pukul 21.45.
Arsyi telah bersiap menaikkan selimutnya ketika getaran dan cahaya ponsel di atas meja rias mengusik perhatiannya.
Sedikit malas Arsyi bangkit dari tidurnya dan meraih benda pipih itu.
Tampak nama Ammar di layar ponsel. Arsyi sedikit mengernyit, tak biasanya Ammar menghubunginya larut malam begini, mungkin penting.
Kemudian digesernya tombol hijau.
"Assalamu'alaikum Am", salam Arsyi
"Wa'alaikumussallam Ar", jawab Ammar
"Ada apa, tumben malam-malam begini telfon?", tanya Arsyi
"Kamu belum tidur Ar?", Ammar ganti bertanya
"Masih mau, tapi telfonmu mengusikku hehe .... Ada apa sih?", tanya Arsyi.
"Tidak ada. Cuma ... kamu tak membalas pesanku", jawab Ammar
"Oh, maaf ya, belum sempat buka. Pentingkah?", tanya Arsyi
"Tidak sih, penasaran saja. Tadi aku ke rumahmu, tapi tampaknya sedang ada tamu, jadi aku langsung balik", jelas Ammar
Ada sedikit kecewa di nada bicaranya.
"O iya, tadi ada tamu sahabatnya Buya bersama keluarganya. Kenapa kamu tidak masuk saja kalau ada perlu?", tanya Arsyi.
"Tidak, tidak enak. Nanti mengganggu, siapa tahu kan kalau itu tamu penting yang mau melamarmu?", tanya Ammar terkekeh.
"Kok tahu?", tanya Arsyi ikut terkekeh.
"Jadi benar?", seru Ammar ganti bertanya, padahal tujuannya cuma bergurau.
"Emm, masih ta'aruf sih", jawab Arsyi ringan.
"Kamu ... suka?", tanya Ammar.
Tiba-tiba suara Ammar terdengar lirih.
"Belum tahu juga Am, cuma Buya sama Abang kelihatannya suka", jawab Arsyi tanpa beban.
"Loh bagaimana sih, yang mau menjalani kan kamu?", tanya Ammar sedikit berseru, ada getar sakit disana.
"Ya itu, aku belum tahu gimana perasaanku", jawab Arsyi sedikit kesal karena acara tidur cantiknya jadi tertunda gara-gara Ammar yang cerewet.
"Kalau mereka meminta jawaban, kamu kan harus sudah menyiapkan jawaban Ar. Jangan buru-buru setuju ya, dipikir serius dulu, istikharah dulu, jangan sampai nyesal belakangan deh", ucap Ammar menasehati.
Arsyi berdecak sebal, dia sudah tahu itu tanpa diingatkan juga. Tapi memang demikianlah sifat sahabatnya itu yang kadang-kadang super protektif padanya, meskipun seringkali Ammar selalu bisa menyemarakkan suasana hatinya. Arsyi maklum.
"Iya iya Ustadz, tidak usah cemas. Sekarang sudahan ya, sudah tidak sabar mau bocan", seru Arsyi.
"Haha ... ok. Kalau kamu nanti menerima laki-laki itu, kasih tahu ya Ar", pesan Ammar.
"Tentu, kamu orang pertama yang bakal aku kabari. Siapa tahu kita bisa nikah barengan haha ....", ucap Arsyi terkekeh.
"Haha ... iya, tapi aku berharap kamu nikahnya sama aku Ar", Ammar ikut terkekeh dengan kalimat balasan yang hanya terucap dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
LESSON 4 MY HUSBAND
Storie d'amore"Kamu itu hanyalah sebuah kesalahan yang menahanku dalam sebuah catatan sialan bertuliskan BUKU NIKAH. Menikahimu adalah kutukan!!!" ~Nizam Daniyal~ "Dia suamiku. Setelah ijab dan qobul dia ucapkan, dialah surgaku, jodoh yang dipilihkan Allah untuk...