Assalamu'alaikum Readers ....
Bismillah trus klik bintang, cuzzz baca ya
Fajar menjelang. Mengiring udara dingin yang menusuk kulit. Membuai hati yang lemah untuk semakin menyamankan diri dalam balutan selimut yang hangat.
Arsyi menggeliat, melemaskan otot-ototnya yang terasa kaku karena dingin. Perlahan matanya terbuka. Remang lampu tidur di pojok ruangan menyadarkan Arsyi di mana dia kini berada.
Dia masih berada di sofa ruang baca. Pasti dia ketiduran di sana semalaman. Pelan Arsyi bangun. Selimut tebal warna putih terasa lembut di kulitnya. Jatuh luruh di pangkuannya.
Dia ingat, semalam dia kembali ke ruang baca setelah sholat Isya dan terlarut dalam bacaan novelnya hingga dia tertidur. Dia tak ingat membawa selimut. Bahkan dia tak tahu jam berapa Nizam kembali dari masjid.
Tapi kenapa bisa ada selimut menutupnya. Mungkinkah Nizam yang menyelimutinya?
Diam-diam Arsyi tersenyum. Meskipun suaminya dingin dan ketus ternyata perhatian juga.
"Ah, mungkin si Coldest ini hanya tak bisa mengekspresikan perasaannya. Baiklah suamiku, aku akan berusaha sabar padamu dan membantumu keluar dari dinding es di hatimu" batin Arsyi. Senyum manis terbentuk di sudut bibirnya.
Allahu Akbar .... Allahu Akbar...
Panggilan Allah menggema di langit Subuh. Menggetarkan hati setiap hamba yang senantiasa mengingat Tuhannya.
Arsyi segera bangkit dan melipat selimut. Menaruhnya dengan rapi diujung sofa. Mungkin nanti malam dia akan memerlukannya lagi. Sofa baca itu telah menjadi tempat favoritnya untuk membaca, menghabiskan malam berkelana dalam cerita impian manusia.
Dengan bergegas dia menuju pintu kamar dan membukanya dengan pelan. Di atas tempat tidur Nizam masih pulas. Langkah Arsyi mendekat. Berniat membangunkan Nizam. Namun Arsyi menjadi ragu.
Di hadapannya Nizam tidur dengan tak memakai baju. Selimut menutup tubuhnya hingga pinggang. Tidak ada jaminan Nizam memakai celana panjang ataukah tidak. Bukan berpikir mesum, cuma Arsyi belum pernah melihat laki-laki bertelanjang dada apalagi telanjang semua hehe ....
Ah, tapi bukankah dia ini suaminya? Sebenarnya tidak masalah. Hanya, Arsyi takut tak bisa mengontrol matanya. Bagaimana nanti jika matanya dengan nakal berpetualang menyusur tubuh suaminya itu tanpa bisa dia kendalikan? Ah, pasti akan sangat malu.
Tapi kalau tidak dibangunkan, pasti Nizam akan ketinggalan jamaah Subuh di masjid. Sejenak Arsyi tak menghiraukan kerisauannya. Tangannya terulur ke pundak Nizam mau mengguncangnya. Namun lagi-lagi Arsyi ragu.
Lihatlah, kulit coklat eksotik yang mengkilap itu menawan mata Arsyi untuk terus menatapnya. Menggoda Arsyi untuk membelainya. Dan lihatlah wajah tenangnya itu. Jauh dari kesan dingin seperti yang selalu dia tampakkan. Tiba-tiba jantung Arsyi berdegup lebih kencang. Ada desir aneh menyusup di hatinya.
"Astaghfirullah, apa ini?" batinnya.
Akhirnya Arsyi menarik tangannya.
"Mas ... Mas, bangun. Sudah Subuh," ucap lembut Arsyi.
Nizam tak bergerak. Bergeming dalam lelapnya.
"Mas, bangun!" ucap Arsyi sedikit meninggikan suaranya.
Nizam menggeliat dan memiringkan tubuhnya membelakangi Arsyi.
Arsyi sedikit kesal. Susah sekali membangunkan suaminya itu. Selama ini bagaimana dia melaksanakan sholat subuhnya? Jangan-jangan mesti telat. Dibangunkan saja susah begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
LESSON 4 MY HUSBAND
Romance"Kamu itu hanyalah sebuah kesalahan yang menahanku dalam sebuah catatan sialan bertuliskan BUKU NIKAH. Menikahimu adalah kutukan!!!" ~Nizam Daniyal~ "Dia suamiku. Setelah ijab dan qobul dia ucapkan, dialah surgaku, jodoh yang dipilihkan Allah untuk...