Guanlin kini merasa gugup menonton film horor. Bukan, bukan karena filmnya tapi karena ada seorang pemuda manis yang kini duduk di sebelahnya sambil menarik sedikit lengan bajunya atau meremat lengannya karena ketakutan.
Ya itu renjun, dia secara reflek menarik lengan baju guanlin dan merematnya ketika hantu muncul dilayar. Dia menyukai film horor tapi dia takut untuk menontonnya.
"AAAAA!! " renjun reflek memeluk guanlin saat bagian jumpscare filmnya.
Guanlin hanya berharap cemas agar renjun tidak mendengar detak jantungnya yang tidak bisa di kontrol. Guanlin berdehem dan menepuk - menepuk pundak renjun pelan untuk menenangkannya. Renjun mendongak dan menatap guanlin, saat itu pandangan mereka bertemu. Tidak lama, tapi efeknya membuat kedua orang itu jadi salah tingkah.
Renjun langsung melepaskan pelukkannya dengan wajah yang memerah "Maaf kan aku"
"Hmm" hanya itu yang keluar dari mulut guanlin. Walaupun memasang ekspresi khas datar di wajahnya tapi tetap saja detak jantungnya tidak bisa di kontrol.
Filmnya telah selesai dan membuat renjun bernafas lega begitupun dengan guanlin, tapi dia merasa sedikit kecewa karena renjun tidak akan memeluknya lagi.
"Ehhh setelah mau kemana?" tanya chani
"Hmmm... Ke timezone! Gimana?" chenle berseru dengan semangat.
"Ehh anu chenle.. Aku boleh pulang di luan? Bunda nelpon aku tadi" renjun bertanya pada chenle
"Gapapa sih, tapi kamu pulang dengan siap-OH IYA! Guanlin kamu mau kan anterin renjun? "
"Hmm" jawab guanlin. Sebenarnya dia merasa senang mengantar renjun pulang tapi entah mengapa yang keluar dari mulutnya hanya deheman.
"Terus chenle pulang dengan siapa?" tanya renjun karena tadi mereka pergi menggunakan mobil diantar oleh supir pribadi chenle tapi chenle malah menyuruh supirnya pulang diluan.
"Oh tenang renjun... Chenle pulang sama gue, gue bawa motor kok. Gak usah khawatir, lo pulang bareng guanlin aja. Gapapa kan lin? Sekalian pdkt lin" chani merangkul guanlin dan menaik-turun kan alisnya sambil menatap guanlin.
Guanlin menatap tajam chani sedangkan yang ditatap langsung melepaskan rangkulannya dan cengengsan.
"Ehh gak usah nanti ngerepotin" renjun tetap merasa gak enak.
"Ayo pulang" Guanlin berkata dengan nada datar. Dia langsung menarik lengan renjun pelan dan mengajaknya pulang.
"Kayaknya kita harus bikin syukuran tiga hari tiga malam deh chan" ujar chenle yang menatap punggung guanlin dan renjun yang menjauh sambil tersenyum.
"Iya, baru kali ini guanlin bisa suka sama orang. Huhu terharu" ujar chani penuh dramatis.
"Udah yuk! Kita jalan-jalan" chenle mengaitkan tangannya di lengan chani dengan senyum yang mengembang cantik.
"Yuk!"
++++###++++
Di dalam mobil suasana nya sangat canggung. Renjun merasa tidak nyaman dan hanya melirik keluar melalui jendela mobil.
"Dimana?" seru guanlin
"Hah?" renjun langsung menatap guanlin dengan pandangan bingung. Sedangkan guanlin menahan gemas dengan menggigit bibir bawah bagian dalamnya.
Guanlin berdehem sebentar dan melanjutkan kalimatnya "Dimana rumah lo? "
"O...oh lurus aja, nanti ada pertigaan dekat kafe belok kiri. Rumah ku disamping toko bunga" jelas renjun.
"lo sekelas dengan chenle?" tanya guanlin lagi.
"Iya" jawab renjun dan diangguki guanlin
Setelah itu tidak ada percakapan lagi hingga sampai di rumah renjun.
"Ini rumah lo?" guanlin menatap rumah yang terlihat sederhana tapi lingkunganya sejuk dan rapi karena banyak tanaman.
"Iya, kalau toko bunga itu milik bundaku"
"Boleh gue masuk ke toko bunga bunda lo? Sekalian gue mau beli bunga"
"Boleh, yuk" renjun tersenyum dan melepaskan sabuk pengamannya di ikuti guanlin. Mereka berdua keluar dari mobil dan masuk ke dalam toko bunga.
Kring...
"Bunda" panggil renjun
"Eh injunie, pulang bareng siapa? " tanya bunda renjun lembut.
"Temen bun, tuh temen injun" renjun menunjuk guanlin yang sedang melihat - lihat.
"Eh halo tante" guanlin tersenyum canggung. Walaupun di jarang tersenyum setidaknya dia masih memiliki sopan santun.
"Cakep ya! Bunda kira pacar mu tadi"
"Ih bunda" renjun mempoutkan bibirnya sedangkan bundanya hanya terkekeh. Guanlin rasanya pengen mencubit pipi renjun saat ini.
"Siapa namanya? " tanya bunda
"Guanlin tante" jawab guanlin
"Guanlin mau beli bunga katanya, iyakan? " renjun menatap guanlin dan diangguki oleh guanlin.
"Silahkan pilih yang bagus. Memangnya bunga untuk siapa? "
"Bunga untuk mama saya tante"
"Oohh... Mama kamu sukanya bunga apa?"
"Bunga tulip tante"
"Tunggu ya tante siapin dulu"
Renjun menatap guanlin. Saat membicarakan mama nya, mata pemuda itu tersirat kesedihan yang mendalam. Renjun ingin menanyakan sesuatu tapi suara sang bunda membuat dia membatalkan niatnya.
"Nak ini bunganya" bunda memberikan bunga tulip berwarna putih yang sudah dirangkai sangat indah.
"Makasih tante, berapa har-... "
"Gak usah, ini hadiah karena kamu udah anterin anak saya dengan selamat, gak boleh nolak loh" bunda berujar lembut.
"Yaudah deh tante, sekali lagi makasih tante"
"Iya"
"Permisi" guanlin beranjak keluar dari toko bunga di ikuti renjun.
"makasih ya udah anterin aku" ujar renjun tapi sedetik kemudian dia merasa gelisah "Ehh.. Guanlin aku boleh nanya? "
"apa?"
"Aku lihat matamu memancarkan kesedihan saat membicarakan mama kamu. Ada apa? "
Guanlin terdiam cukup lama tapi setelahnya dia tersenyum "Mama gue udah meninggal 11 tahun yang lalu"
Pernyataan guanlin membuat renjun terkejut, dia jadi merasa bersalah bertanya seperti itu kepada guanlin
"Maafin aku" lirih renjun
"Gapapa, lo gak usah merasa bersalah" guanlin mengelus kepala renjun lembut dan itu berhasil membuat jantung renjun berdetak cepat.
"Gue pergi ya" guanlin tersenyum dengan sangat tulus.
"E.. Eh i.. Iya" gugup renjun
Guanlin masuk kedalam mobil dan melajukan mobilnya menuju suatu tempat. Saat mobil guanlin sudah menjauh, renjun memegang dadanya dengan rona merah dipipinya.
Tbc....
KAMU SEDANG MEMBACA
Nerd But I Like [Guanlin X Renjun]
RandomPertemuan tidak sengaja di perpustakaan membuat seorang guanlin bisa merasakan cinta untuk pertama kalinya. mau tau ceritanya? ayo silahkan baca WARNING!! BXB AREA! BUCIIINNN TYPO TYPO AND TYPO