13 - Realita

433 46 2
                                    

Dalam hidup ini, hubungan macam apa yang tiada pernah berakhir.
Ada aturan, pertemuan, lalu perpisahan.

Apa yang bisa dipertahankan, saat hubungan telah berbeda dari sebelumnya?

...

Taehyung marah pada Jimin untuk cerita antara Jimin dan Seulgi, tapi Taehyung lupa, ada sudut lain yang harus ia pahami.

"Aku sadar rasa simpatimu sebagai manusia membuat kamu mengasihani Seulgi, akupun tidak mencari pembenaran darimu. Tapi, bukankah sahabatku? Bukankah tidak adil jika kamu tidak memahamiku?" tanya Jimin membuat Taehyung sadar.
"Bukan tidak memahamimu, tapi kamu salah." kata Taehyung mencoba realistis.

Jimin tertawa, lalu memandang sinis.

"Setiap hidup mengharuskan memilih, dan bagaimanapun, setiap orang berhak menentukan hidupnya, bertanggung jawab atas pilihannya, dan tidak ada satu pilihan pun yang membahagiakan semua pihak." kata Jimin lalu pergi meninggalkan Taehyung.
Tapi ia berhenti lalu menoleh ke belakang.

"Lihat kedalam dirimu sendiri, berapa kali kamu memilih dalam hidup ini, dan apa semua pilihanmu membahagiakan semua pihak? Aku memilih Rose bukan hanya karna apa yang kau dan Seulgi katakan." kata Jimin lalu meninggalkan Taehyung.

Tae merasa kesal saat mendengar kisah sakitnya Seulgi, ia mengenal Seulgi dengan baik, tapi Tae juga mengakui bahwa hari ini ia keterlaluan pada Jimin.

...

Mood buruk mempengaruhi hari Taehyung, bahkan saat berada di hadapan Seokjin, ia masih merasa buruk.

"Ada yang membuatmu kesal?" tanya Seokjin peka.
Taehyung memandang Seokjin yang bertanya khawatir.

Setiap kali di hadapan Seokjin, Taehyung tidak pernah bisa berpura-pura baik-baik saja. Pada Seokjin, dia selalu menunjukkan dirinya apa adanya.

Terkadang, manusia cenderung menyimpan masalahnya sendiri, berusaha baik-baik saja tanpa membiarkan orang lain tahu lukanya, atau merasa khawatir dengannya.
Hingga akhirnya terbiasa dengan kata-kata 'Aku baik-baik saja.', 'Bukan masalah besar, hanya sepele.' dan semakin menutupi luka itu agar tidak terlihat.

Agar tidak terpikir lemah.

Meski Taehyung selalu jujur, dan berterus terang. Ia juga memiliki sisi ingin terlihat baik-baik saja.

Semua orang pun kebanyakan begitu.

"Bagaimana caranya agar aku bisa memahami sisi Jimin? Sedangkan selama ini dia baik-baik saja dan hanya Seulgi yang terluka?" tanya Taehyung setelah ia menceritakan masalah simpatinya pada Seulgi dan tidak menemukan pemahaman bagi Jimin.

Seokjin tersenyum paham.

"Kamu nggak harus memahami semua orang, kamu bukan cenayang yang bisa membaca hati orang dan memahami mereka. Wajar kamu simpati pada Seulgi yang begitu menderita, karena kekurangannya, ia merasa ditinggalkan, dan Jimin? Dia mengakui salahnya, tapi apapun itu, Jimin pun berhak memilih dalam hidup yang ia jalani." ada banyak pertanyaan dalam benak Taehyung.
Ada rasa ingin memahami Jimin.

Tapi mendengar perkataan Seokjin, kini ia paham bahwa manusia seperti dirinya terlalu naif.

"Jika kamu tidak bisa melihat luka dalam hati seseorang, berhentilah berpikir untuk memahaminya, simpatilah pada luka yang terlihat." kata Seokjin sambil mengelus kepala Taehyung.

Apa bedanya Taehyung dan Seokjin?

Saat Taehyung bersimpati pada orang lain karna luka mereka, maka Seokjin tidak memiliki emosi semacam itu.

Bukan berarti ia tidak perduli.
Tapi karena dia paham bahwa yang terlihat tidak terluka, justru merekalah yang mengalami luka sepanjang hidup mereka.

DNA (JinV) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang