12 - Komitmen

466 50 1
                                    

Takdir itu sudah garisan
Semesta sudah jadi tanda
Jika yang dikehendaki tidak direstui, maka manusia tidak bisa melakukan apapun.

...

Taehyung siang ini bertemu dengan Tuan Min, yang berkunjung ke Seoul untuk menemui Yoongi sekaligus menemui Taehyung.

"Kamu terlihat sangat manis dan cocok menjadi menantuku, tapi mengapa kamu menolak perjodohan kalian?" tanya Tuan Min tanpa basa-basi, makan siang sudah berlalu, dan kini obrolan serius mereka lakukan berdua.
Taehyung tidak tahu bagaimana caranya menghadapi seorang asing ini dengan lebih sopan, tidak pada seperti yang ia lakukan pada JIyoung dengan terus terang, bagaimanapun di hadapan Tuan Min, ia merasa seolah terintimidasi.

"Karena saya memiliki kekasih." jawaban singkat yang dijadikan Taehyung pilihan menjawab dengan baik.
Tuan Min tertawa mendengar ucapan Taehyung.
"Bukankah kalian bisa saja putus suatu saat nanti? berkencan dengan seseorang tidak selalu berakhir bersama, tapi sebuah perjodohan bisa mengikat dua manusia." kata Tuan Min masuk akal.

"Dalam sebuah hubungan, yang terpenting adalah pondasi, hubungan bisa dibangun dari ikatan mana saja, termasuk perjodohan, aku pribadi lebih mempercayai pada hubungan yang berasal dari perjodohan, karena sudut pandang yang dilihat dari segi ini meluas dan juga perfect, sedangkan jika itu hubungan yang dimulai dari kencan dan sebagainya, ada masa dimana hubungan itu akur, dan disaat lainnya berantakan." kata pria tua itu dengan keangkuhannya.

Ketegasan terpatri dalam setiap katanya.
Wajar karena dia adalah pria yang berpengalaman dalam melihat suatu hubungan.

Bahkan Taehyung tidak punya sanggahan maupun lawan untuk mematahkan pendapat Tuan Min.

Ia ingin bersikap sopan hingga akhir.

"Selama apapun seseorang mengenal lainnya, sampai akhirpun tidak ada yang bisa memahami seutuhnya, sedalam apapun seseorang memahami sisi yang lain, sampai akhir manusia tetaplah individu yang tidak bisa dipahami. Karena semua orang itu berbeda." kata-kata itu membuat Taehyung menyetujuinya.

Waktu, jarak, bahkan kedekatan macam apapun, manusia masih saling menyimpan rahasia satu sama lain, pada hubungan apapun itu.

"Kalau boleh saya tahu, apa yang menyebabkan Tuan Min menginginkan saya sebagai seseorang yang pantas bersanding dengan Min Yoongi hyung?" tanya Taehyung penasaran.
Tuan MIn tersenyum.

"Karena kamu cantik, dan saya suka melihatmu, kamu pantas dengan putraku satu-satunya." ini soal selera.

Tuan Min menyukai fisik dan kepribadian Kim Taehyung.

"Saya memperhatikan bagaimana kamu tumbuh, saya tahu benar bagaimana sikap dan kepribadianmu, dan saya menyukai bagaimana kamu tumbuh." kata-kata yang membuat Taehyung tertegun.

Seumur-umur baru sekali ini ia mendapat pujian sederhana yang mampu menggetarkan hatinya.
Bahkan Jiyoung saja tidak pernah memujinya.

Taehyung akui, ia jatuh hati pada pujian itu.

...

Taehyung memandang pekerjaannya yang menumpuk.
Kim Seokjin berdeham di belakangnya.

"Pak Bos." sapa Taehyung sambil tersenyum lebar.

"Memangnya pekerjaan itu akan selesai hanya dengan kamu lihat?" tanya Seokjin.
Taehyung menggeleng.
"Pekerjaan ini akan tetap menumpuk." jawab Taehyung.
"Kalau begitu selesaikan, jangan lembur, hari ini mari makan malam di Restoran Hoseok." kata Seokjin sambil menepuk punggung Taehyung lalu pergi meninggalkannya.

Taehyung hanya menghela nafas, ia tidak mau lembur, dan yah dia harus menyelesaikan pekerjaannya segera.
Saat melihat pesan di ponselnya, Yoongi mengirim sebuah lagu.

DNA (JinV) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang