DOR~ DOR~ DOR~
Tiga peluru tertancap di dada Yoongi dan tubuh Yoongi jatuh tak bernyawa. Reren berbalik menatap seluruh anggota keluarga nya dengan wajahnya yang basah "Dia mati karena diriku, jika dia mati begitu juga dengan diriku"
Menempatkan bibir pistol tersebut di pening nya dan....
DOR
"REREN!!!"
Seokjin menatap pelaku yang telah menembak pundak Reren. Disana terdapat Jungkook yang memegang pistol yang mengeluarkan asap di ujung pistol nya.
Reren meringis kesakitan dan menekan pundak kanannya yang tertembak.
Namjoon menyingkirkan tangan Reren yang terus menekan pundaknya yang terus mengalirkan darah segar.
"Apa kau gila hah?"
"Lebih baik aku mati dari pada memiliki keluarga yang pendendam seperti oppa hiks..." Reren berusaha memberontak dari pelukan Namjoon "Hanya karena appa dan eomma di bunuh oleh psychopath, oppa hiks... Membenci Yoongi hiks... Aku jauh lebih bahagia bersama Yoongi dari pada dengan opp-" Reren jatuh pingsan karena sudah ke habisan banyak darah.
****
Matahari memasuki ruangan yang sepenuhnya berwarna putih. Di ruangan itu terdapat seorang wanita yang masih tertidur lemas semenjak satu minggu lalu.
Jarinya bergerak secara perlahan diikuti dengan mata yang perlahan-lahan terbuka.
Memegang kepalanya yang terasa pusing dan terdapat rasa ngilu di pundak kanan nya. Menghela nafas kasar.
"Mati saja rasanya susah sekali"
Pintu terbuka dan memperlihatkan Jisoo, Youra dan Joon Ley. Senyum lebar itu bagaikan luka bagi Reren.
Kedua kakak ipar Reren dan keponakan nya berjalan mendekati ranjang rawat Reren.
Youra mengusap rambut panjang Reren "Syukurlah kau baik-baik saja"
"Iya. Semua dokter hampir menyerah untuk menyelamatkan mu"
"Aku jauh lebih bersyukur jika aku mati"
Youra menghela nafas panjang lalu menatap Jisoo yang hanya menatap dirinya. Youra berjongkok untuk menyamakan dirinya dengan putra nya "Sayang datang ke appa, ya. Bilang tante Reren sudah bangun"
"Nee eomma" lalu Joon Ley mencium pipi Youra dan berlari kecil keluar dari kamar rawat Reren.
Youra menatap Reren dan Jisoo berganti. Memberi isyarat agar Jisoo mengatakan nya pada Reren.
Jisoo berdeham beberapa kali, menatap Reren ragu "Ren sebenarnya kau itu.... Kau lusa lalu... Hmm... Lusa lalu kau hamil satu minggu tapi..."
Mata Reren membulat sempurna "Hamil?" Jisoo dan Youra mengangguk kompak.
Reren tersenyum senang "Apa benar ada baby Min disini?" sambil terus mengusap perut datatnya.
"Tidak ada bayi di dalam perut mu itu, Kim Reren"
Ketiga orang itu menatap ke sumber suara. Namjoon yang menggenggam tangan putranya, Seokjin yang berdiri di belakang nya dan di samping Seokjin ada Jungkook.
Reren menatap kedua kakak ipar nya meminta penjelasan tapi Namjoon lah yang lebih dulu mengatakan nya.
"Anak haram itu tidak pantas di keluarga kita, kau sudah melakukan aborsi lusa lalu"
Reren meneteskan air matanya, dengan mudahnya Namjoon bisa mengatakan nya. Hati Reren benar-benar tersayat dengan mendengar kata-kata yang tidak pernah dia snagka akan di ucapkan Namjoon.
Reren memalingkan wajahnya saat Namjoon mengusap rambut nya. Air matanya terus mengalir bahkan tubuhnya bergetar karena tidak bisa menahan tangisnya.
"Kenapa? hiks... Kenapa harus nyawa anak ku dan Yoongi yang oppa ambil?" Reren menatap Namjoon dengan matanya yang merah "Kenapa nyawa ku juga tidak oppa ambil? Kenapa?"
"Ren ka-"
"Oppa mengambil nyawa anak yang bahkan belum lahir tanpa alasan hang jelas. Oppa jauh lebih mengerikan dari psychopath sekali pun" menarik nafas panjang "Setiap psychopath memiliki alasan yang jelas untuk membunuh orang, begitu juga dengan Yoongi dan Taehyung bahkan juga Jimin. Dan oppa? Oppa bahkan tidak tahu apa salah anak yang ada di dalam kandungan ku ini hingga oppa tega melakukan aborsi padanya"
Reren memiringkan tubuhnya, memunggugi Namjoon dan anggota keluarga nya. Menutup wajahnya dengan kedua tangan nya, walau ngilu pada pundak kanan nya sangat menyakitkan tapi kali ini hatinya sangat sakit.
Untuk kedua kalinya dirinya kehilangan orang yang ia sayangi. Ia pikir saat mendengar bahwa dirinya hamil ada alasan lain untuk dia hidup.
Tapi kini dirinya sudah tidak memiliki alasan untuk tetap ada di dunia ini. Percuma saja ia memiliki keluarga yang sudah menyembunyikan masa lalu nya hanya karena dendam yang masih melekat di keluarga nya.
Dendam yang sudah ada semenjak umur nya lima belas tahun. Yang mana kedua orangtua nya di bunuh karena kegilaan seorang psychopath yang tidak di kenal.
Reren menepis tangan yang mengusap rambut nya. Sekali lagi Reren menepis tangan itu.
"Hay! Kenapa apa kau tidak merindukan ku hah?" mendengar suara yang sangat ia kenal sontak Reren menatap sumber suara.
"Oppa Hoseok!!" Reren berusaha duduk di bantu oleh Hosoek. Reren memeluk Hoseok begitu erat menangis di dalam pelukan nya.
"Tiga tahun tidak bertemu karena aku meninggalkan mu untuk bekerja di Amerika kau sudah seperti ini" tangis Reren semakin pecah dan itu membuat Hosoek kebingungan "Iya iya. Menangis lah sepuas mu, setelah itu ceritakan semuanya pada ku"
Dua puluh menit Reren berhenti menangis melepaskan pelukan nya dari Hosoek. Menundukkan kepalanya karena ia tidak ingin Hosoek melihat mata bengkak nya.
"Bisakah sekarang kau menceritakan nya pada ku? Apa saja yang aku lewatkan sampai-sampai kau seperti ini?"
Reren mengangkat kepalanya melihat sekeliling. Di kamar ini hanya ada dirinya dan Hosoek saja.
"Mereka ku minta keluar saat kau menangis tadi" ucap nya "Bisa ceritakan"
"Oppa masih ingat Yoongi?" Hosoek mengangguk pelan "Sebenarnya dia psychopath dan..." Reren menceritakan semuanya pada Hoseok, tentang awal ia bertemu dengan Yoongi hingga berakhir pada kejadian ia menembak Yoongi.
Hosoek mengusap pipi Reren yang basah karena menceritakan semuanya. Kisah cinta Reren dan Yoongi sangat lah miris, bahkan seperti Romeo dan Juliet yang akhirnya cerita adalah kematian yang membuat cinta keduanya abadi.
"Aku setuju dengan mu, disini yang salah Namjoon. Karena tidak melihat ketulusan mu dan Yoongi"
"Aku ingin bunuh diri oppa" rengek Reren.
"Tidak bisakah pertimbangkan dulu apa yang kau ucapkan? Dan ya Jungkook? Apa kau akan membiarkan Jungkook melukai keluarga mu?"
Reren berdeham sebentar dan kepala nya tertunduk lemas "Aku tidak ingin itu terjadi oppa" ucap Reren "Lalu apa yang bisa kita lakukan?"
"Aku punya ide, tapi kau harus menurut dengan apa yang aku katakan. Setelah semua selesai terserah pada mu kau ingin bagaimana, jika kau bahagia bersama Yoongi di dunia lain aku akan mendukung mu" ucap Hoseok "Ya walau aku harus kehilangan adik ku yang paling ku sayang"
"Gomawo oppa" dengan senyum yang tipis.
"Nanti saja, setslah semua selesai baru kau mengatakan nya"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END]PSYCHOPATH | Min Yoongi
FanfictionSeorang gadis berparas cantik dan sopan bertemu dengan seorang PSYCHOPATH berdarah dingin. ____________________________________________ Maaf jika cerita ini mengandung kekerasan dan banyak aksi pembunuh. Cerita ini di buat dengan pemikiran author.