Bab 1

250 42 39
                                    

Now playing: The One That Got Away by Katy Perry

***
Isabelle segera membereskan buku-bukunya begitu Mr. Weintraub membubarkan kelas bahasa Inggris. Ia pun keluar kelas bersama Olivia, teman dekatnya. Angin musim gugur langsung menerpa begitu kedua cewek itu keluar dari gedung sekolah.

"Waw … cuacanya buruk sekali. Isabelle, sebaiknya kau ikut denganku saja. Aku akan mengantarkanmu sampai di depan gang besar, jadi kau tidak perlu berjalan terlalu jauh untuk sampai ke rumahmu," ujar Olivia sambil menyilangkan tangan di depan wajah untuk menghindari terpaan angin kencang.

"Baiklah. Terima kasih atas tawaranmu, Olivia. Omong-omong, hari ini jadwal siangku ke Dalton's," jawab Isabelle. Kemudian, ia bergegas mengikuti Olivia menuju lapangan parkir sekolah dan masuk ke mobil Versa hitam milik Olivia.

Setelah duduk dengan baik di mobil tanpa diserang terpaan angin, Olivia melanjutkan ucapannya. "OK. Jadi, hari ini kau ke Dalton's. Lalu setelah pulang dari toko barang antik itu, bagaimana kau pulang ke rumah?"

"Jalan kaki. Kau tidak usah khawatir, sudah biasa, kok," sahut Isabelle ringan. Setelah itu, ia memakai sabuk pengaman.

Olivia menghela napas. "Kalau begitu, kuharap kau sampai rumahmu dengan selamat, sehingga Grandma-mu bisa bernapas lega."

Isabelle mengangguk sekali, lalu mengembuskan napas dan memandang ke luar jendela. Sebenarnya, mengambil kerja paruh waktu sepulang sekolah tidak bisa dibilang mudah. Setelah lelah belajar di sekolah, ia masih harus menjaga toko dan melayani pembeli. Belum lagi kalau ada materi supersulit dari guru kolot yang harus ia pelajari ulang. Ia terpaksa melakukan kegiatan-kegiatan itu sembari menjaga Dalton's.

Namun, Isabelle tak pernah mengeluh atas kondisi ini. Neneknya sudah berusia enam puluh tahun lebih dan tidak memiliki penghasilan tetap dari berjualan kue, jadi Isabelle memang harus melakukannya. Selain itu, ia ingin menabung untuk membeli kembali sebuah botol parfum antik yang dijual neneknya sepuluh tahun lalu. Mungkin bagi orang lain kedengarannya konyol, tapi Isabelle percaya itu bukan hal mustahil, karena ia memercayai perkataan ibunya: "Sesuatu yang berjodoh denganmu tidak akan benar-benar pergi. Ia pasti akan kembali." Ia pasti akan menemukan kembali botol tersebut. Iya, pasti, dan harus.

Jadi, Isabelle sudah mulai melakukan pekerjaan paruh waktu di Dalton's sejak duduk di bangku sophomore. Teman-teman lain biasanya baru mengambil kerja paruh waktu di bangku senior sebagai bahan menulis esai mendaftar universitas, tetapi Isabelle tidak merasa malu karena melangkahkan kaki lebih awal. Ia memang tidak boleh malu karena kegiatannya di Dalton's bukan hanya untuk menulis esai, tetapi juga untuk menyambung hidup.

Beberapa menit kemudian, Olivia menghentikan mobilnya di depan Dalton's. "Baiklah. Kau sudah sampai, dude," ujar Olivia.

Isabelle mengalihkan pandangan dari jendela mobil, lalu melepas sabuknya. "Terima kasih banyak, Olivia. Bye, hati-hati di jalan," ucapnya cepat sambil menyunggingkan senyum. Setelah itu, ia menyambar tas yang diletakkan di kursi belakang dan turun dari mobil.

Begitu si Versa melesat pergi, Isabelle menurunkan handle dan membuka pintu kayu Dalton's. Ketika ia hendak menutup pintu kembali, ternyata angin musim gugur bertiup berlawanan arah dengan pintu. Daun-daun kering di jalanan pun masuk ke toko. Isabelle mengeluarkan sedikit tenaga supaya pintunya cepat tertutup, tetapi tiba-tiba embusan angin memelan dan pintu itu langsung terbanting.

Fragrance Between Us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang