Bab 5

56 16 4
                                        


Now playing: Good Stuff by Victoria Song


Isabelle memandang tubuhnya dari ujung kaki sampai ke apron di tangannya. Ia memang sedang dalam kondisi yang tidak pantas untuk menyambut teman cowok yang hendak menjemputnya.

"Maaf. Aku akan merapikan diri sebentar," ujar Isabelle sambil buru-buru menutup pintu rumahnya lagi.

Samuel mengernyitkan kening ketika menyaksikan pintu yang mendadak tertutup di hadapannya. Setelah itu, ia tertawa kecil. Cewek lucu.

***

Isabelle selesai berganti baju dan berdandan natural sepuluh menit kemudian. Kemudian, ia menghampiri neneknya di ruang belakang.

"Grandma, seorang teman mengajakku berjalan-jalan bersama. Bolehkah aku pergi sekarang?" tanya Isabelle.

Neneknya yang sedang menggiling adonan baguette pun menghentikan kegiatannya. "Baiklah. Jangan pulang terlalu malam, ya. Be careful," sahutnya perhatian.

Nenek Isabelle sangat fleksibel dalam mengizinkan Isabelle bepergian bersama teman-temannya. Ia tahu ia tak mempunyai banyak waktu untuk membahagiakan cucunya. Jadi, jika ada teman Isabelle yang bersedia mengajaknya bersenang-senang, ia akan dengan mudah memberi izin. Peringatannya hanya satu; Isabelle tidak boleh pulang terlalu malam, karena bepergian di malam hari berpotensi menimbulkan banyak masalah.

"Jangan khawatir, Grandma. Aku hanya akan mengunjungi pameran barang antik di Davis Street. Pamerannya hanya sampai pukul 05.00 p.m. Setelah itu kami akan langsung pulang. Ya, mungkin kami akan berjalan-jalan sebentar. Tapi yang pasti tidak akan lama," ujar Isabelle sambil memasukkan handphone ke dalam tas dari manik-manik cokelat yang ia dapatkan dari cuci gudang di Dalton's.

"Waw … kedengarannya menyenangkan. Selamat bersenang-senang," sahut neneknya.

Isabelle tersenyum, lalu berjalan mendekati sang nenek dan memberi pelukan singkat pada wanita tua itu. "Tentu saja, Grandma. Baiklah. Aku pergi dulu, ya. Kau juga jaga diri."

Setelah itu, Isabelle pun berjalan cepat menuju ruang depan dan membuka pintu rumah. Samuel tengah duduk di kursi beralas lingkaran sambil bersedekap saat Isabelle melihatnya.

"Hei, maaf membuatmu menunggu lama," ucap Isabelle sambil menggigit bibir bawah.

Samuel mendongak, lalu beranjak dari kursi. "Tidak masalah. Sepertinya ini tidak terlalu lama juga. Berdasarkan kesaksian yang kudengar dari teman-teman cowokku lainnya, mereka membuang waktu minimal setengah jam untuk menunggu pacarnya berdandan."

Isabelle menaikkan kedua alis, lalu mengedikkan sebelah bahu. "Kupikir semua cewek akan seperti itu. Hanya saja, aku tidak mempunyai peralatan make-up sebanyak mereka," ungkapnya jujur.

Samuel terkekeh. "Jadi, itulah yang membuatmu unik."

Cowok itu melingkarkan tangannya ke belakang leher Isabelle, lalu mengajak cewek itu memasuki Chevrolet merahnya. Kali ini, ia membukakan pintu untuk Isabelle sebelum masuk menduduki kursi pengemudi. Isabelle mengembuskan napas pelan untuk menetralisir jantungnya yang mendadak berdegup-degup berantakan.

Saat Samuel sudah duduk di tempatnya, ia segera melepas hand rem dan menginjak pedal gas, karena sisa waktu sebenarnya sudah tidak banyak. Jarak dari rumah Isabelle ke Davis Street kira-kira setengah jam perjalanan dengan kecepatan mobil normal dan sekarang sudah pukul 12.20. Mereka harus agak cepat.

Sebenarnya, Isabelle dan Samuel pasti akan mendapat kesempatan untuk masuk ke ruang pameran—karena mereka sudah punya tiket masuk, tentu saja. Namun, mengingat tingkat konsumtif penggemar barang antik yang sangat tinggi, jika mereka datang terlambat, kemungkinan semua item-item bagus sudah dibawa orang lain.

Fragrance Between Us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang