Now playing: Love Someone by Lukas Graham
Harga tiket: $60Isabelle menghela napas berat. Ia tidak mungkin menghabiskan uang sebanyak itu hanya untuk membeli tiket masuk ke sebuah pameran. Meskipun di pameran itu ia berpeluang menemukan botol parfum antiknya kembali, tetapi pasti ia tidak akan bisa membeli botol parfum tersebut. Uangnya hanya akan terbuang di biaya masuk.
Isabelle mengerucutkan bibir. Ya, sudahlah. Mungkin kali selanjutnya. Ia meletakkan brosur tersebut kembali di meja konter, lalu kembali bekerja. Ia mencatat dan mencocokkan nota penjualan dengan stok barang.
Barangkali jika kinerjaku minggu ini bagus, bos akan memberikan gaji bonus di akhir pekan, pikir Isabelle optimis.
***
Sejak Samuel mengantarkan Isabelle pulang seusai pertandingan bisbol di Eastern High School, cowok itu jadi semakin sering berkunjung ke Dalton's. Terkadang, ia membeli barang-barang kecil yang murah. Namun, beberapa hari terakhir ini, cowok itu hanya mampir untuk melihat-lihat dan mengajak Isabelle mengobrol.
Isabelle tidak tahu motif kedatangan Samuel. Satu-satunya alasan yang dapat dipikirkannya adalah barangkali Samuel juga merasakan hal yang sama dengannya mengenai keterikatan penggemar barang antik. Namun, apa pun itu, ia sangat suka dengan kedatangan cowok itu.
Mereka berdua sering membicarakan banyak hal, dan topik-topik itu tak kunjung habis karena nyatanya mereka memiliki begitu banyak persamaan. Mulai dari selera terhadap barang antik, stasiun radio, musik, sampai jenjang pendidikan. Isabelle dan Samuel sama-sama murid tahun Junior yang sudah diteror guru Bimbingan Konseling untuk menentukan universitas dan rencana masa depan. Karena persamaan itu, tak jarang Isabelle dan Samuel menghabiskan waktu luang saat Dalton's sepi dengan belajar bersama.
Siang hari menjelang akhir pekan kedua di bulan September, Samuel datang lagi untuk mengambil pajangan patung kayu antik baru yang kemarin dipesannya, sekaligus untuk menyapa Isabelle. Setelah memarkirkan Chevrolet-nya di depan toko, cowok itu segera mendorong pintu toko yang selalu berderit keras-mungkin ini salah satu alasan mengapa Dalton's tak memerlukan bel pintu.
"Hai, Isabelle," sapa Samuel begitu melihat sosok Isabelle yang sedang melayani pelanggan. Pelanggan itu adalah seorang nenek yang kira-kira berusia tiga perempat abad dan gagap ketika berbicara.
Isabelle melambaikan tangan sambil tersenyum sekilas pada Samuel, lalu kembali berfokus untuk mendengar ucapan nenek tua tersebut. Samuel tersenyum tipis. Ia memutuskan untuk melihat-lihat etalase di sisi lain dan tidak mengganggu Isabelle dulu.
Minggu itu, rupanya tidak ada barang baru yang disuplai ke toko tersebut. Samuel sudah pernah melihat semua barang yang dipajang di situ, jadi ia berpindah tempat dan berjalan menghampiri meja konter tempat Isabelle biasa duduk. Di atas meja, ada sebuah brosur berwarna kuning nuansa vintage yang dilipat empat kali. Samuel pun mengambil kertas itu dan membukanya.
Pameran barang antik di Culpeper? Ini acara kapan? pikir Samuel bersemangat sambil terus membaca brosur tersebut. Setelah selesai membaca, Samuel melirik ke Isabelle yang masih berbicara dengan nenek tua di salah satu sudut toko. Apakah Isabelle ingin datang ke pameran ini?
Samuel membalik brosur tersebut untuk mencari informasi lain di halaman kedua. Ternyata hanya halaman putih polos. Namun, ada goresan pulpen hitam membentuk tulisan kecil-kecil di pinggir kertas. Sepertinya itu tulisan Isabelle.
Sayang sekali. Mungkin lain kali.
Samuel mengangkat sebelah alis. Mengapa harus 'lain kali'? Belum tentu ada 'lain kali' untuk hal seperti ini di Culpeper, pikirnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fragrance Between Us
Romansa[OPEN PRE ORDER 02-22 FEBRUARI 2021] Isabelle Clarke ingin membeli kembali botol parfum antik yang dijual neneknya sepuluh tahun lalu. Jadi, sejak duduk di bangku sophomore, ia mengambil kerja paruh waktu di Dalton's, toko barang antik di Culpeper...