Bab 6

65 16 1
                                    


Rare by Selena Gomez

Setelah keluar dari ruko pameran barang antik, raut wajah Isabelle tak terlalu bersemangat. Auranya sangat jauh berbeda dari saat pertama kali mereka berangkat. Samuel mengerti Isabelle sedang dalam kondisi hati yang tidak terlalu baik. Ia sudah mencoba bertanya saat masih di ruang pameran tadi, dan ternyata Isabelle tidak menjawab apa pun. Jadi Samuel memutuskan untuk tidak bertanya lagi.

"Isabelle," panggil Samuel pelan.

"Yes?"

"Apa kau lapar? Bagaimana jika kita makan dulu?" tanya Samuel.

Saat itu masih sekitar pukul empat sore. Isabelle sebenarnya ingin berjalan-jalan di luar rumah lebih lama hari itu. Namun, suasana hatinya sudah tidak bagus sejak ia tidak menemukan botol parfum incarannya di pameran tadi. Ia tahu ini bukan alasan yang logis untuk memasang raut masam di hadapan Samuel. Namun, jujur saja ia kehilangan minat untuk melakukan apa pun sekarang.

"Hmm ... terserah kau," jawab Isabelle datar.

Samuel menggaruk tengkuknya dengan bingung. Bagaimana merespons kalimat seperti ini? Ia menelan ludah, lalu bertanya dengan hati-hati, "Jadi, apa kau mau makan di Frost Café?"

Lokasi Frost Café tidak jauh dari pameran hari ini. Café yang sangat terkenal di Culpeper itu berada di Davis Street bagian timur. Mereka hanya perlu berjalan beberapa meter jika ingin mencapai tempat tersebut. Samuel pikir, makan di sana adalah pilihan yang bagus.

Isabelle menghentikan langkah, lalu menghadap Samuel dan mengangguk setuju. "Boleh juga."

"Baguslah. Ayo."

Samuel menarik pergelangan tangan Isabelle, lalu mengajak cewek itu menuju trotoar dan menyeberang ke East Davis Street. Samuel membukakan pintu kafe dan bel pun berbunyi. Ia memberi kode pada Isabelle supaya cewek itu masuk duluan, sementara ia membantu menahan pintu. Setelah itu, mereka duduk di pinggir ruangan, dekat dinding kaca yang menghadap ke jalanan. Isabelle melepas kardigan wolnya yang hangat dan menggantungnya di kursi, lalu menopangkan dagu di punggung tangan.

Samuel mengambil buku menu yang bersampul hitam di pinggir meja dan melihat-lihat isinya. "Isabelle, apa kau mau Paket Lincoln Special? Ada Chocolate Chip Hotcakes, kopi panas, dan daging juga. Sepertinya cukup untuk mengisi perut, kan?"

Isabelle yang sedari tadi sedang bertopang dagu pun sedikit terperanjat ketika mendengar namanya dipanggil. Ia mencerna ucapan Samuel dalam otaknya sejenak. "Ehm ... itu kelihatannya enak," jawab Isabelle sambil mengangguk. "Boleh dicoba."

Samuel memandangi Isabelle yang masih setengah melamun dan merasa serba salah. "Baiklah," jawabnya pasrah.

Samuel memanggil seorang waiter dan menyampaikan pesanannya. Setelah itu, sang waiter pergi meninggalkan meja mereka, sehingga kesunyian melingkupi Isabelle dan Samuel.

"Maaf," ujar Isabelle tiba-tiba.

Samuel menaikkan sebelah alis. "Untuk apa?" Seingatnya, Isabelle tidak melakukan kesalahan apa pun padanya.

"Aku bukannya bermaksud membuat kegiatan jalan-jalan kita hari ini menjadi suram. Tapi suasana hatiku tiba-tiba saja buruk karena suatu hal yang sulit dijelaskan. Maaf, Sam," ujar Isabelle sungguh-sungguh.

"Oh ... itu tidak masalah," sahut Samuel spontan.

Cowok itu mengambil sebuah jukebox di pinggir meja, lalu mengklik tombol di samping judul sebuah lagu dan memasukkan koin. Musik jazz tahun 1970-an pun memecahkan kesunyian di tengah mereka.

"Thanks, Sam. Ini salah satu lagu jazz kesukaanku," ujar Isabelle sambil menyunggingkan senyum tipis.

"Benarkah? Bagus sekali," ujar Samuel puas. Ia menyunggingkan senyum lebar, lalu mencondongkan tubuh ke arah Isabelle dan menatapnya dengan penuh perhatian khas seorang cowok. "Dengar. Aku tidak memaksamu menceritakan masalahmu, tapi kuharap kau bisa mendapat sedikit kedamaian. Terkadang, sedikit musik bisa membuat seseorang lebih rileks."

Fragrance Between Us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang