Bab 10

50 9 0
                                    

Now playing: Sad Song by We The Kings


Isabelle tak mengerti ikatan takdir macam apa yang sedang terjadi dalam hidupnya. Sebelum ini, semua rangkaian peristiwanya terlihat bagus dan sempurna. Ia bertemu dengan Samuel adalah hal baik. Cowok itu membuatnya merasa diperhatikan dan didukung. Cowok itu membuatnya merasa bahwa misinya selama ini bukanlah hal konyol. Namun, setelah apa yang disaksikan Isabelle sore tadi, ia baru menyadari bahwa apa yang dilakukannya selama ini jauh lebih buruk dari 'konyol'. Itu tolol.

Botol parfum antik yang selama ini Isabelle cari ternyata sudah berpindah tangan pada keluarga Simms. Andaikan botol parfum tersebut dibeli oleh keluarga lain, Isabelle pasti langsung antusias untuk membelinya kembali. Uang tabungannya selama ini setidaknya sudah lebih dari cukup untuk membayar uang muka 50%. Kalau tidak ingin mengangsur, neneknya pasti dengan senang hati akan mengeluarkan uang untuk membeli benda tersebut.

Botol parfum antik yang dicari Isabelle ini bukan benda koleksi biasa. Benda itu dijadikan sebagai candle jar untuk melengkapi suasana malam Natal saat mendoakan arwah orang tua Isabelle. Dengan adanya botol tersebut, semuanya akan terasa lengkap. Isabelle juga bisa menebus rasa bersalah pada neneknya karena telah merepotkan wanita tua itu seumur hidupnya.

Namun, sekarang Isabelle tahu bahwa pemilik botol parfum adalah keluarga Simms. Samuel menggunakan botol parfum itu sebagai wadah reed diffuser. Isabelle tahu, itu bukan reed diffuser biasa yang digunakan sebagai hiasan ruangan. Benda itu digunakan Samuel untuk menghilangkan stress. Tanpa botol parfum tersebut, Samuel mungkin tidak akan baik-baik saja sekarang.

Isabelle merasa benar-benar buntu. Ia tidak bisa hanya memikirkan diri sendiri dan ambisinya selama ini. Ia memang membutuhkan botol parfum tersebut, tapi sepertinya Samuel lebih butuh. Setelah mengetahui fakta ini, Isabelle sebenarnya membutuhkan waktu berhari-hari untuk berpikir dan menentukan langkah hidup selanjutnya. Ia sering masuk ke kamar lebih awal, menarik selimut, dan memandangi set reed diffuser yang diberikan Samuel beberapa waktu lalu—meskipun sekarang ia tak terlalu ingin lagi menggunakan benda itu.

Namun, waktu yang berjalan cepat tidak memberi Isabelle banyak ruang untuk merenung dan memikirkan rencana-rencana abstrak. Liburan Thanksgiving sudah tiba dan Isabelle menghabiskan sebagian besar waktunya untuk membantu neneknya membuat pesanan kue yang terus meningkat. Biasanya Isabelle sangat senang saat Thanksgiving tiba karena ada banyak berkat tercurah untuk keluarganya. Namun, untuk tahun ini, Isabelle tidak tahu harus bagaimana.

Seiring bertambahnya kesibukan di hari-hari awal Thanksgiving, Isabelle perlahan-lahan mengubur masalahnya di dalam hati. Ia mulai berfokus pada hal-hal yang harus dikerjakannya sekarang juga. Ia menyibukkan diri di dapur, mengemas kue, ataupun berjaga di toko. Hingga pada hari ketiga libur, tiba-tiba Samuel memberi kejutan dengan mengunjungi rumahnya.

"Halo, Isabelle. Selamat hari raya Thanksgiving!" seru Samuel antusias setelah turun dari Chevrolet-nya.

Isabelle saat itu sedang mengurus usaha kue neneknya yang ada di depan rumah. Jadi, ia bisa langsung melihat Samuel begitu cowok itu datang. Perasaan pertama yang muncul di hatinya adalah … senang. Entah mengapa, pikiran yang membebani mengenai botol parfum antik itu terlupakan begitu saja dari benaknya begitu ia mendengar sapaan Samuel.

"Hai, Samuel. Selamat hari raya Thanksgiving juga," balas Isabelle senang. Cewek itu melepas sarung tangan putihnya, lalu mengambil kursi dan mempersilakan Samuel untuk duduk.

"Jadi, bagaimana kunjunganmu ke Brooklyn? Bagaimana toko konvensional Etsy?" tanya Isabelle sambil tersenyum. Ia memakai sarung tangannya kembali, lalu melanjutkan kegiatannya menata roti dari loyang ke atas nampan plastik.

Fragrance Between Us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang