17. KERIBUTAN DI KANTIN

210 112 149
                                    

Now playing | Juicy Luicy - Tanpa Tergesa

Now playing | Juicy Luicy - Tanpa Tergesa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue memilih hal yang menurut gue terbaik. Sama semenjak gue memaksa untuk bertemu lo. Awalnya gak ada ketertarikan, tapi lama-kelamaan gue tahu, lo adalah hal terbaik yang pernah gue temui.
—Pandu Wijaya

Siap untuk baca cerita AustiNesha?

Siap untuk komen?

Okey!

***

MEMBERIKAN jawaban melalui sticky note, itulah yang dilakukan Ronaldo dan Ghazi sekarang. Huft, mana hari ini ulangan Matematika pula! Mana bisa otak dua manusia itu berjalan mulus? Tidak akan bisa!

Bu Arni untungnya tidak melihat gerak-gerik aneh dari Ronaldo dan Ghazi. Kenapa? Karena Guru Matematika itu sekarang malah bermain game PUBG. Jadi murid-murid yang ingin menyontek, sekaranglah saatnya.

Karena sudah malas membuang-buang sticky note, Ronaldo lebih baik memanggil teman-temannya saja.

Ronaldo memanggil Rafael di depannya. "Psstt... Raf, nomor sembilan sampai dua belas apa?"

Karena sekarang tidak duduk bersama teman, maka Ronaldo harus berusaha untuk memanggil teman-temannya. Kalau tidak ya... siap-siap aja nggak ada jawaban yang dia tulis di kertas jawaban!

Ronaldo mencolek bahu Rafael di depannya. "Raf... psstt... balik dong."

Berkali-kali Ronaldo memanggil, tetapi tetap saja Rafael tak merespon panggilannya. Begitulah, kalau ulangan pasti ada satu teman yang pura-pura tuli. Karena malas akan ditegur oleh Bu Arni, Ronaldo memanggil Ghazi di sebelahnya.

"Zi... nomor sembilan sampai dua belas apa?" tanya Ronaldo.

Ghazi menoleh. "Nomor sembilan jawabannya A, nomor sepuluh jawabannya A, nomor sebelas D, terus nomor dua belas B."

Ronaldo tersenyum. "Oke-oke."

"Sip..."

Ronaldo kemudian menjawab pertanyaan menggunakan jawaban dari Ghazi. Entahlah, Ronaldo tak apa jika pada akhirnya jawaban dari Ghazi itu salah semua. Yang penting menjawab soal itu sudah Alhamdulillah!

"Psstt... Nal, nomor tiga apa?" Ghazi mencolek Ronaldo menggunakan pulpennya.

"Jawabannya C."

Selesai. Waktu habis. Semua murid kelas XI IPA 1 mengumpulkan kertas ujian dan jawaban. Setelah itu, barulah keempat cowok keluar dari kelas mereka dengan lega.

"Huft... susah-susah ya tadi soalnya?" tanya Ronaldo sambil mengusap rambutnya.

Austin mengangguk. "Iya. Padahal semalam kalian tau? Gue belajar sampai jam setengah sebelas woi!"

AustiNesha (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang