Mark menjatuhkan badannya diatas kasurnya begitu dia berada di dalam kamarnya. Matanya tertutup, berusaha menetralkan perasaannya yang sedang tak baik. Mark menarik nafas pelan lalu menghembuskannya kuat hingga dirinya sendiri terkejut mendengar suara hembusan nafasnya.
Seemosi itukah dirinya sekarang?
Kembali teringat setiap ucapan sang Dosen yang juga berperan ganda sebagai pujaan hatinya membuat Mark kembali merasakan emosi itu.
Semua orang hanya melihat dia dari penampilan luarnya saja. Kenapa mereka menyimpulkan sesuatu tanpa bertanya terlebih dahulu?
Kekecewaan itu tentu saja datang pada Mark. Jujur saja dia menyukai Lee Haechan sejak pertamakali matanya menatap mata jernih Haechan.
Dan tanpa Mark sadari sudut bibirnya tertarik pelan saat mengingat bagaimana wajah kesal Haechan saat mereka pertama bertemu.
"Ya gimana mau tau dia Dosen kalo mukanya macem anak SMP minta permen kapas?"
Mark bergumam pada dirinya sendiri lalu tertawa setelahnya. Menertawai dirinya sendiri saat menyadari betapa mudahnya Lee Haechan membolak-balik perasaannya.
"Harusnya gue tuh marah sama omongan lo barusan Lee Haechan. Tapi gimana dong, nginget muka lo pas marah aja gue langsung luluh begini. Gak bener emang, dah stres gue."
Mark mengacak rambutnya kasar lalu bangkit dari posisinya dan berjalan menuju meja luas di sudut kamarnya. Dia tersenyum lebar pada satu bingkai foto yang memperlihatkan sepasang suami istri dan seorang anak lelaki.
"Mama sama Papa bahagia kan? Tenang aja Mark juga bahagia kok. Yaa walaupun tadi rada kesel sih gara-gara omongan calon menantu Mama sama Papa. Tapi gapapa, dia langsung Mark maafin. Soalnya dia lucu, gemesin terus susah dilupain jadi yaa gitu deh hehehe."
Mark tertawa kecil lalu menggaruk tengkuknya pelan, "Mama sama Papa doain Mark ya supaya berhasil bawa dia kedepan Mama sama Papa."
Mark senyum tipis, "Karena Mark gatau kenapa, Mark rasa dia adalah wanita itu. Wanita yang pengen Mark lindungin dan buat bahagia sampe akhir hayat Mark."
.
.
.
Haechan duduk gelisah di kursinya. Dia baru saja selesai mengajar dan biasanya Mark sudah menunggu dirinya di ruangan Dosen. Sudah 30 menit terlewati, namun tak ada tanda bahwa Mark akan muncul. Haechan menghembuskan nafas berat, sepertinya dia benar-benar kelewat batas kemarin.
Haechan memperhatikan ruangan Dosen yang sepi karena rekan kerjanya yang lain tengah mengisi jadwal mereka masing-masing. Haechan mengusap pelan wajahnya dan melirik pada kotak bekal yang ia bawa dari rumah, untuk Mark tentu saja.
Gadis cantik itu rela bangun lebih pagi hari ini untuk membuat bekal makan siang yang akan ia gunakan sebagai tanda permintaan maafnya pada Mark. Akan tetapi pria yang ia tunggu kehadirannya tak juga muncul hingga di detik akhir ia menginjakkan kakinya di kampus hari ini.
Sang Papa yang menjemput pun dibuat heran dengan tingkah anak gadisnya yang terus saja menghela nafas sejak tadi. Tetapi dibandingkan bertanya, Jeno lebih memilih diam dan membiarkan putrinya itu tenggelam dalam lamunannya.
Begitu sampai dirumah, Haechan segera mencari keberadaan sang Mama dan memeluk tubuh Mamanya erat. Jaemin menatap suaminya penuh tanya yang dibalas gelengan pelan dari Jeno.
Jaemin mengelus lembut punggung Haechan saat anaknya semakin erat memeluk tubuhnya.
"Echan kenapa? Udah minta maafnya?"
"Belum~ Dia gak dateng hari ini padahal biasanya udah nungguin diruang Dosen. Bawain Echan makan siang atau kue coklat tapi hari ini udah Echan tungguin sampe pulang, dia gak dateng juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
From A to Z [MarkHyuck]
Historia CortaTentang Mark yang mengejar cinta sang pujaan hati, Lee Haechan bersama huruf-huruf cinta mereka. Mark x Donghyuck aka Haechan Markhyuck AU Lokal!GS