Jingga Dikala Senja

2.7K 452 60
                                    

Haechan tak menemukan jejak Mark setelah hari itu. Tapi bukan berarti perhatian pria itu berhenti begitu saja. Siang ini untuk yang kesekian kalinya Haechan mendapatkan kiriman makan siang dari Mark.

Namun pria itu sendiri tak pernah terlihat oleh Haechan. Sedikit banyak hal ini membuat Haechan selalu memikirkannya. Ia merasa penolakannya tempo hari menyakiti pria itu.

Haechan masih mengingat dengan jelas pantulan harapan itu dari kedua bola mata bening milik Mark yang bersinar tulus. Dan ia dengan teganya menghancurkan itu semua karena setitik rasa ragu yang dimiliki hatinya.

Lalu lihatlah ia sekarang. Seperti wanita yang ditinggal pergi sang kekasih tanpa kejelasan. Haechan kembali menggigit roti coklat ditangannya. Ia tengah duduk di taman belakang kampus, menyendiri agar otaknya bisa sedikit lebih tenang saat tadi telah kacau karena seorang Mark Lee.

Bisa-bisanya pria itu datang ke kampus tapi tidak menampakkan diri dihadapannya?! Lalu tiba-tiba ia kembali mendapatkan kiriman makan siang ditambah beberapa bungkus roti coklat dan segelas vanilla late.

Haechan menghela nafas kasar lalu merapihkan barangnya dan kembali menuju ruangan dosen. Saat baru saja ia akan membuka pintu ruangan dosen, pintu itu terlebih dahulu dibuka dari dalam.

Mark Lee berdiri disana lalu menunduk sopan padanya dan berlalu begitu saja. Haechan meremat gelas vanilla late ditangannya lalu meninggalkan ruangan dosen tanpa pamit.

Tidak, ia tidak akan mengejar Mark. Ia akan mencari udara segar. Pantai terdengar baik untuk saat ini.

.

.

.

Mark berlari dari parkiran Fakultas menuju ruang dosen dilantai 3. Disana sudah ada Jeongin, Seungcheol, Jeonghan, Baekhyun dan Jeno yang berkumpul dengan raut wajah panik.

"Maksudnya Haechan ngilang gimana?!"

Mark tidak bisa menyembunyikan rasa paniknya. Tadi siang ia berpapasan dengan wanita cantik itu lalu pergi tanpa kata. Tapi sorenya ia mendapat kabar jika Haechan menghilang, yang benar saja?!

"Tadi dia ijin makan di taman belakang. Dia cuma bawa titipan kamu aja sama tas kecilnya. Tapi sampe jam pulang dia gak balik-balik. Pas ditelpon, ponselnya malah ada diatas meja dia."

Jeno menghela nafas kasar, sedikit banyak ia bingung kemana anak gadisnya itu pergi. Tapi lebih dari itu, apa yang ia katakan pada Jaemin dirumah nanti?! Jaemin bisa mengamuk jika tau anak gadisnya menghilang.

Sementara itu Mark mengacak rambtnya gusar. Otaknya memikirkan tempat yang mungkin di datangi Haechan. Mark menatap Jeno, "Pa, ada tempat yang mungkin di datengin Haechan gak?"

"Haechan gak mungkim kerumah salah satu keluarga, dia gak suka diem di rumah orang kecuali dipaksa Mamanya."

Jeonghan menggigit bibir bawahnya ragu, "Aku gatau ini bener apa enggak. Tapi kemarinan aku sama Haechan ngobrolin pantai yang ada di Barat. Aku--"

"Biar saya yang kesana. Nanti kalau ada berita terbaru tolong kabarin saya lagi."

Mark memotong ucapan Jeonghan lalu berlari menuju parkiran kembali. Sedikit merutuki dirinya yang membawa motor Supranya di bandingkan kendaraan lain. Tapi tak ada waktu jika ia ingin menukar kendaraanya sekarang. Doakan saja motor Mark tidak mogok di jalan.

.

.

.

Haechan tersenyum lebar. Pantai memang yang terbaik. Anginnya, udaranya dan suara deburan ombak membuat hatinya menjadi sedikit lebih lapang. Haechan mengayunkan kakinya perlahan dan mulai bersenandung pelan.

Anak rambutnya terbang mengikuti arah angin. Untungnya hari ini Haechan mengikat rambut panjangnya hingga ia tak perlu bersusah payah berperang melawan angin yang menerbangkan rambutnya.

Haechan tak tau berapa lama ia ada disana. Yang jelas ia menikmati senja yang perlahan hadir. Haechan berjalan menuju pinggir pantai dan membiarkan kakinya basah oleh air.

Haechan tertawa kecil saat ombak kecil menghantam kecil kakinya. Haechan menatap lurus kedepan dan mengernyit saat melihat seseorang berlari kearahnya. Mata Haechan membulat saat melihat Mark dengan wajah paniknya semakin mendekat.

"Mark Lee?"

Haechan bergumam lirih. Mark di ujung sana semakin mempercepat langkahnya saat yakin wanita dengan stelan berwarna kuning pucat itu adalah orang yang di carinya.

"LEE HAECHAN!!"

Haechan tersentak saat Mark meneriakkan namanya lalu memeluk tubuhnya erat.

"Sialan! Ku pikir kau hilang kemana! Apa yang kau lakukan disini?!"

Haechan mengerjapkan matanya pelan lalu sedikit mendorong tubuh Mark walaupun itu percuma karena Mark tak bergerak sedikitpun.

"Ughh Kak, lepas dulu!"

Dengan berat hati Mark melepaskan pelukannya. Namun matanya menatap Haechan intens.

"Kakak ngapain disini?"

"Nyusulin kamu. Kamu ngapain disini?"

Haechan mengendikkan bahunya, "Pengen aja."

Mark menghela nafas pelan, "Kamu sadar gak bikin semua orang panik?"

Haechan menatap Mark tak mengerti, "Maksudnya?"

"Kamu yang pergi gitu aja terus gak bawa ponsel. Sadar gak?"

Haechan menundukkan kepalanya, "Maaf. Tadi lagi ada pikiran aja."

"Tadi katanya cuma pengen."

Haechan mendengus, "Ya karena ada pikiran juga!"

Mark tertawa kecil, "Apa?"

Haechan menggigit bibir bawahnya ragu, "Kak?"

"Ya?"

"Tempo hari itu, aku nyakitin Kakak ya?"

Mark tersenyum tipis, "Dikit. Tapi gapapa kok, lagian aku juga kayaknya kecepetan. Udahlah gak usah dipikirin--"

"Kalo pacaran dulu gimana?"

Mark menatap Haechan terkejut, "Ya?!"

Wajah Haechan memerah, "Ya gitu! Kita kan baru kenal masa mau langsung nikah!"

Mark menatap Haechan yang menghindari tatapan matanya dan tersenyum kecil setelahnya. Mark meraih kedua bahu Haechan agar menatapnya lalu ia menangkup kedua pipi Haechan.

"Kamu mau pacaran dulu?"

Haechan dengan wajah memerah mengangguk malu-malu membuat Mark tersenyum, "Oke, kita pacaran."

Haechan merengut, "Apaan! Kakak aja gak nembak aku-- hmphh!"

Mata Haechan membulat saat Mark mencium bibirnya. Perlahan Haechan memejamkan matanya dengan tangan yang terangkat dan meremat jaket yang Mark gunakan.

Mark melumat lembut bibir atas dan bawah Haechan bergantian. Ia menarik dirinya menjauh setelah menggigit pelan bibir atas Haechan.

Masih dengan nafas terengah, Mark berbisik lirih, "Jadi pacar Kakak ya Dek, nanti kalo kamu udah siap baru kita nikah."

Haechan mengulum senyum lalu memeluk Mark erat dan menyembunyikan wajahnya pada pundak kokoh Mark.

Mata Haechan sedikit melirik pada pemandangan langit yang berwarna jingga yang mewarnai senja hari ini.

Haechan semakin mengeratkan pelukannya saat mendengar Mark berbisik lembut, "Kakak cinta kamu Dek."

Tolong, Haechan bisa mati bahagia saat ini juga.

*******
Mau curhat dikit, ternyata ngetik "aku cinta kamu" lebih menantang di banding "I love you"😂

Btw, aku baper sama judulnya😭

From A to Z [MarkHyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang