Genderang Perang dari Papa Jeno

3.1K 494 152
                                    

Haechan tidak tau mengapa ia hanya diam ketika Mark membawanya meninggalkan gedung Universitas menggunakan motor jadul milik pria itu.

Hingga kini ia duduk dihadapan pria itu disalah satu sudut taman kota dengan kotak bekal yang ia bawa dan makanan yang dibawa oleh Mark.

Mark tersenyum lebar lalu memandang Haechan yang kini terdiam menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya. Haechan sesekali membenarkan rambutnya yang tak ia ikat saat angin terlalu kuat berhembus dan menerbangkan rambutnya.

Mark merogoh tas yang ia bawa dan menemukan gelang karet yang entah untuk apa ada disana. Mark menyodorkan gelang karet itu di hadapan Haechan, membuat gadis itu menatapnya bingung.

Mark terkekeh pelan, "Buat iket rambutnya, biar gak ribet."

Haechan menerima karet gelang itu dan tersenyum tipis, "Makasih."

"Sama-sama. Oh yaa, mau makan atau mau lihat skripsi saya dulu?"

Haechan menatap makanan di depannya. Hanya ada satu kotak bekal nasi yang tadi ia bawa untuk Mark dan beberapa bungkus roti serta minuman.

"Sambilan aja."

Mark mengangguk lalu memberikan Haechan map hijau berisi skripsi yang di susunnya, "Tenang aja, kali ini isinya bener-bener skripsi yang udah saya susun kok."

Haechan mengangguk, "Oke. Kamu makan aja."

"Terus Mbak Dosen cantik gimana?"

Haechan meraih satu bungkus roti coklat dan sebotol air mineral, "Ini aja."

Mark menggeleng tidak setuju, "Itu namanya cemilan. Gak boleh skip makan siang Mbak cantik, nanti sakit. Ini bagi dua aja ya?"

Haechan membulatkan matanya, "Masa mau bagi dua? Itu sendoknya cuma ada satu! Masa mau giliran?!"

Mark tertawa pelan lalu membuka kotak bekal di depannya. Terkagum sejenak karena isinya yang secara kebetulan adalah makanan kesukaannya. Ayam goreng, tempe dan tumis kacang panjang.

Mark mengambil sendok dan memindahkan sebagian isi kotak bekal itu pada tutupnya yang memang bisa dipisah. Haechan memperhatikan dalam diam dengan map hijau dalam dekapannya.

"Nah gini! Ini buat Mbak cantik, yang ini buat saya."

Haechan menerima kotak bekal yang diberikan Mark dengan kikuk lalu menengok isinya. Sedikit cemberut saat sadar bagian Mark lebih banyak di banding dirinya.

"Jangan gitu dong mukanya. Kan saya mau lebih banyak ngerasain masakan calon istri hehe."

Haechan mendengus pelan lalu melirik Mark yang mencuci tangannya menggunakan air mineral miliknya, "Loh kan ada sendok."

"Sendoknya di pake Mbak cantik aja. Saya mah makan pake tangan juga gapapa."

"Tapikan saya bawanya buat kamu!"

Mark terkekeh pelan, "Iyaa kan ini saya terima. Tapi masa saya mau biarin calon istri saya gak makan terus saya malah asik makan sendiri. Gak mungkin kan? Nanti pipinya Mbak cantik gak gembul lagi terus lucunya jadi kurang satu persen."

Wajah Haechan memerah, "Dasar gombal!"

Mark tertawa lalu mulai memakan jatahnya. Haechan pun makan dalam diam dengan skripsi Mark yang masih dalam dekapannya.

10 menit kemudian Haechan yang telah selesai makan mulai membuka skripsi Mark dengan sesekali meminum jus alpukat yang barusan Mark beli.

Haechan membaca kalimar per kalimat dengan teliti. Dalam hati berdecak kagum dengan isinya. Penyampain tujuannya sangat jelas dan penjabarannya tepat pada intinya. Pulpen dengan tinta merahnya bahkan tak ia gunakan sedikitpun.

From A to Z [MarkHyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang