Impian yang Terlalu Cepat Diutarakan

2.9K 463 43
                                    

Haechan terbangun dari tidurnya ketika ponselnya berdering nyaring hingga membuat ia harus segera membuka matanya. Mengerang pelan, Haechan bangkit dari posisi berbaringnya lalu duduk diatas kasur dan meraih ponselnya.

"Anjir cepet amat jam 7 pagi. Perasaan baru aja nutup mata hihh!"

Haechan mengomel dan merengek semakin kencang. Dengan langkah terseok Haechan turun dari ranjangnya dan berjalan kearah pintu kamarnya. Tak di pedulikannya rambut serta piyamanya yang berantakan.

Peduli apa dia dengan mandi di hari Sabtu pagi? Haechan itu salah satu penggerak hemat air di akhir pekan dengan cara mandi sore hari. Lagipula yang ia kerjakan hanya membaringkan tubuhnya diatas kasur dengan ponsel ditangan. Tidak ada hal yang membuat dia berkeringat sampe harus mandi.

Haechan menuruni tangga dengan tangan menggaruk kepalanya hingga rambutnya semakin berantakan. Ia menguap lebar lalu mengerjapkan matanya pelan. Melangkahkan kakinya kearah dapur, Haechan segera menempelkan dirinya pada punggung sang Mama yang tengah memasak.

"Nana masak apa?"

Jaemin mendengus kesal, "Coba kalo panggil orangtua itu yang bener."

Haechan terkekeh lalu memeluk Mamanya erat, "Mamanya Echan masak apa?"

"Batu."

Haechan memajukkan bibir bawahnya kesal, "Yang bener dong Ma, masa anaknya yang cantik, imut, lucu, sexy dan menggemaskan ini dikasi makan batu."

Jaemin memutar bola matanya malas lalu melirik kearah meja makan dimana dua pria tengah duduk dengan gelas kopi di depan mereka. Jaemin menyeringai jahil lalu menepuk tangan Haechan yang melingkari tubuhnya.

"Oh jadi anak Mama ini cantik, imut, lucu, sexy dan menggemaskan yaa?"

"Iyadong! Liat nih, sexy kan?"

Haechan memajukkan bibirnya seolah-olah akan mencium sesuatu. Jaemin tertawa, "Iya iyaa. Tapi masa anak Mama yang katanya cantik, imut, lucu, sexy dan menggemaskan ini gak malu diliat sama Mark pas baru bangun gini?"

Mata Haechan membulat, "Mark?!"

Jaemin mengangguk lalu menatap Mark dan Jeno yang menahan tawa dari meja makan.

"Maaf ya Mark, anak Mama yang katanya cantik, imut, lucu dan menggemaskan ini ternyata baru bangun. Belum mandi juga, rambutnya aja gak di rapiin. Maaf ya Mark."

"Gapapa kok Ma."

Haechan dengan gerakan patah-patah menoleh kearah meja makan dan wajahnya seketika memerah malu saat melihat Mark dengan kemeja polos berwarna biru muda dan kaca mata berbingkai hitam yang membingkai wajahnya tengah duduk disamping sang Papa.

Jeno tersenyum jahil, "Itu mukanya masih bengkak loh Dek."

Haechan menyembunyikan wajahnya pada punggung sang Mama lalu merengek disana. Mark tertawa kecil melihat tingkah gadis berusia 23 tahun itu.

"Gapapa kok Dek. Adek tetep cantik, imut, lucu dan menggemaskan walaupun cuma pake piyama doang."

"AAAAAAAAA!!!"

Haechan berteriak heboh dengan kedua telapak tangan yang menutupi sepasang telinganya. Kakinya ia langkahkan untuk meninggalkan dapur dan berlari kembali menuju kamarnya.

Haechan menutup pintu kamarnya kencang lalu melompat tak jelas dengan wajah yang semakin memerah. Gadis itu berlari menuju cermin dikamarnya dan mematut dirinya lalu memekik terkejut saat melihat refleksinya di cermin.

Dengan tergagap ia menunjuk dirinya sendiri, "Tadi gue keluar pake muka begini?! Terus diliat Kak Mark?! Yang bener aja!!"

Haechan melemparkan dirinya kembali keatas kasur dan merengek semakin kencang dengan kaki yang menendang keudara. Masih tak habis pikir kenapa Mark bisa ada dirumahnya sepagi ini. Padahal kemarin-kemarin sang Papa terlihat enggan bertemu dengan Mark.

From A to Z [MarkHyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang