Curhat Colongan (Masukan buat Mark)

3.1K 492 35
                                    

"YA AMPUN ITU DAHI LO KENAPA BIRU BEGITU MARK?!!!"

Mark mendesis saat benjolan di dahinya di sentuh sembarangan oleh sepupunya. Ia melotot galak ke arah sepupunya yang kini menatapnya polos.

"Apaan?"

"Tangan lo goblok!"

Yuqi, sepupu Mark memajukan bibirnya, "Ini tuh gue khawatir tau!"

"Khawatir sih khawatir, tapi jangan sembarangan nyentuh benjol gue dong! Dari calon istri nih! Haram hukumnya lo sentuh."

"Dih apaan banget! Benjol gitu doang!"

Yuqi melempar bantal sofa dipangkuannya pada Mark yang masih berdiri di dekatnya. Gadis itu menatap Mark dengan mata melotot. Mark balas melotot dengan kepalan tangan mengacung.

"EH APAAN TUH TANGANNYA?! MAMA!! MARK MAU MUKUL!!"

Mark membulatkan matanya, "ENGGAK KOK TAN!! ANAKNYA AJA NIH LEBAY!!"

"BENER KOK MA!!"

"ENGGAK!!"

Mark dan Yuqi saling melempar tatapan membunuh lalu tak berapa lama mereka mengaduh saat lemparan sendal menyapa kepala mereka masing-masing.

Dari pintu kamarnya, Renjun sudah berdiri dengan tangan di pinggang dan mata memicing tajam.

"Berisik! Terus itu Mark kenapa kepalanya benjol?"

Mark yang ditanya tersenyum lebar, "Sapaan cinta dari pujaan hati!"

Renjun dan Yuqi menggeleng prihatin. Renjun melangkahkan kakinya menuju sofa lalu duduk disamping Yuqi.

"Dek, ambilin kotak obat sana."

"Dih ngapain, biar aja--"

"Latian jadi anak durhaka kamu?"

Yuqi mendesah malas, "Iya ini jalan Yang Mulia~~"

Renjun tersenyum puas saat Yuqi menuruti perintahnya, ia lalu menatap Mark, "Duduk sini kamu."

Mark duduk di dekat Renjun masih tetap memamerkan senyumnya. Renjun yang melihat itu mendengus, "Jatuh cinta bisa bikin kamu gila ya?"

"Hehehe."

Renjun tertawa pelan lalu mengacak rambut Mark, "Ini kalo Mama sama Papa kamu tau anaknya udah bisa cinta-cintaan pasti seneng banget."

"Eiii~ aku udah jalan 24 kali Tan."

"Jalan 25 kamu tuh, jangan korupsi umur."

Mark hanya tertawa lalu menatap Renjun yang kini tersenyum ke arahnya, "Ngomong-ngomong soal Mama sama Papa, minggu depan peringatan meninggalnya mereka yang ke 18 kan yaa?"

Renjun mengangguk lalu menunjuk benjolan di dahi Mark, "Dibawa tuh minggu depan yang udah ngasih kamu sentuhan cinta."

"Siap komandan!"

.

.

.

"Karena kita sudah ada di penghujung waktu perkuliahan hari ini, saya harap kalian bisa menerima materi yang saya sampaikan. Dan tolong buatkan sama resume tentang materi hari ini menggunakan bahasa pemahaman kalian masing-masing. Sampai jumpa minggu depan, selamat siang."

Haechan tersenyum tipis lalu melangkahkan kakinya keluar dari ruangan kelas yang ia hadiri siang ini.  Ia melihat jam tangannya dan menghela nafas pelan saat jarum jam menunjukkan pukul 12:30 siang. Waktu yang tepat untuk menghabiskan makan siang sebelum jam 2 nanti kembali mengisi kelas.

Haechan kini telah membayangkan segarnya es jeruk dan semangkuk mie ayam untuk menu makan siangnya hari ini.  Ia mempercepat langkahnya menuju ruang dosen untuk mengambil tasnya.

Senyum Haechan memudar saat membuka pintu ruang dosen dan mendapati Mark telah duduk pada kursi di depan mejanya dengan satu berkas bermap hijau yang Haechan tebak sebagai skripsi milik pria itu.

Haechan mendengus kencang, "Mau apa lagi kamu dateng? Tiap hari banget?"

Mark tersenyum lebat, "Mau bimbingan skripsi ke Mbak Dosen cantik."

Haechan memutar matanya malas saat mendengar jawaban Mark dan kikikan geli rekan kerjanya. Haechan dengan sebal berjalan menuju kursinya dengan kaki menghentak pelan. Mark menahan tawanya saat melihat Haechan yang memajukan bibir dengan pipi menggembung lucu.

"Kamu itu gatau waktu banget bimbingannya. Masa siang begini juga mau bimbingan? Saya juga mau istirahat. Mau makan sama basuh muka biar seger!"

Mark tersenyum lalu menyodorkan plastik hitam di depannya pada Haechan yang kini menatapnya penuh tanya. Mark semakin melebarkan senyumnya.

"Tadi saya mampir ke Dream Caffe terus sengaja pesenin Mbak Dosen cantik green tea frappucino sama ada kue Red Velvet juga. Sekalian tadi kebetulan ada menu khusus ayam bakar madu sama udang balado, jadi saya pesen juga sekalian buat menu makan siang."

Haechan mengerjapkan matanya lalu tak lama memicingkan matanya kearah Mark, "Ini sogokkan ya biar skripsimu lancar?!"

Mark gerakin tangannya panik, kepalanya juga ngeggeleng heboh, "Enggak kok, ini mah tulus dari lubuk hati terdalam. Belinya emang buat Mbak Dosen cantik."

Haechan mencibir lalu mengambil minuman dari plastik di depannya. Ia segera menenggak minuman di tangannya. Ia hanya merasa haus dan butuh minum.

Mark yang melihat itu tersenyum lebar, "Enak?"

Haechan mengangguk, "Enak. Tau aja kamu tempat minuman enak. Sering nongkrong ya kamu disana?"

Mark tertawa kecil lalu mengangguk, "Iya kalo gak ada kegiatan biasanya kesana."

Haechan kembali menganggukkan kepalanya, "Gak heran sih. Dream Caffe juga bagus tapi sayang aja tempat untuk orang yang ngerokok gak dipisah."

"Gak dipisah?"

"Iya. Masa kamu gak perhatiin?  Saya seneng sih disana tapi males aja gitu kalo ada asap rokok diruangan tertutup."

"Kan Dream Caffe gak pake AC."

"Sama aja! Disana banyak anak kecil juga yang di bawa orangtuanya. Kasian banget mereka harus ngirup asap rokok yang ada disekitar mereka."

Haechan kembali meneguk minuman di depannya sebelum ia membuka kotak berisi kue Red Velvet yang biasanya tak ia beli.

"Nah apalagi yang kue begini. Harganya lumayan mahal tapi rasanya enak banget. Sayang aja gitu rasa seenak ini dikasi harga mahal padahal banyak yang pengen nyobain."

Mark mengernyit, "Bukannya pas ya? Kalo rasanya enak terus harganya mahal ya gapapa."

Haechan menggeleng dengan mulut penuh kue, "Ada bener tapi ada yang kurang bener juga. Karena setau saya Dream Caffe konsepnya Caffe ramah di dompet mahasiswa, Red Velvet dengan harga segitu lumayan ngurangin niat beli. Kenapa Red Velvetnya gak dipotong lebih bervariasi lagi ukurannya jadi bisa disesuaikan harganya? Iyakan?"

Mark mengangguk pelan lalu meraih botol air mineral ditasnya dan ia buka segelnya. Ia serahkan botol itu pada Haechan yang tersenyum tipis padanya.

"Bener juga sih. Lagian emang konsep awalnya Caffe murah meriah gitu tapi ya mungkin karena latah sama Caffe lain yg jual makanan mahal jadi ikutan."

"Bisa jadi. Eh skripsimu udah kamu perbaiki? Saya gak mau ya kejadian kayak kemarin keulang."

Haechan menatap Mark dengan mata memicing. Mark tersenyum lebar, "Enggak kok. Soalnya saya sadar itu bukan yang jadi pokok utamanya sekarang."

Haechan mendengus, "Bagus kalo paham. Sekarang saya tanya, apa materi utama kamu?"

Mark tersenyum sambil menatap wajah manis Dosen di depannya, "Jadiin Mbak Dosen cantik istri saya, hehe."

******
Jadi, gimana menurut kalian bagian C ini?

From A to Z [MarkHyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang