net °

2.7K 372 10
                                    

12.17 pm KST
Seoul University of Technology

"Hyung,"

Minho berdehem menjawab panggilan Felix yang baru saja tiba di cafe lantai dua gedung utama tempat Minho biasa nongkrong kalau lagi ga nafsu makan di kantin.

"Jeongin kenapa? Masa kemarin pas sampe mansion jadi badmood gitu. Belom lagi tadi adik mu ini diabaikan," tanya Felix penasaran pada Minho. Felix tau, kemarin setelah pulang dari Lotte World, Jeongin pergi dengan Minho.

Minho mengendikkan bahunya. Membuat Felix berdecak.

Tak lama kemudian, sosok yang mereka bicarakan datang. Menaruh kasar dia hardcase yang nampak sama, namun berbeda bentuk. Satunya udah ancur, seolah seseorang telah membanting nya.

"Itu- hardcasenya. Udah ku ganti karena aku tanggungjawab. Aku balikin yang kemaren,"

Felix menatap bingung pada Jeongin dan Minho.

"Kamu- banting hardcase Minho hyung??" tanya Felix terkejut. Jeongin mengangguk cuek.

"Ini- kenapa sih? Kepo juga lama-lama," ujar Changbin yang sedari tadi hanya menyimak.

"Minho hyung nyebelin banget tau," geram Jeongin sembari menjitak Felix.

"Yak! Kenapa yang dijitak aku?!"

"Hyung mu tu nyebelin!" Jeongin kembali menggerakkan jarinya menjambak Felix dan membuat anak itu teriak.

"Aaargghhhh- y-yak!"

Sontak, mereka menyita atensi para penghuni cafe. Begitu juga Hyunjin, Seungmin, dan Jisung yang baru saja melewati cafe, hendak ke kantin. Mereka kenal suara Felix dan segera mencari teman mereka itu.

"Apa lagi sih?"

"Tauk tuh. Susul yuk,"

Mereka pun mendekati meja dimana Felix, Minho, Jeongin, dan Changbin berada.

"Minho hyung! Singanya kendalikan dong!" teriak Felix yang masih berusaha melepaskan tangan Jeongin dari rambutnya.

"Yang Jeongin," panggil Minho lembut sembari menarik pelan tangan anak itu dari rambut Felix.

"Jangan jambak adik kesayangan hyung yaa.." Jeongin mendengus kesal.

"Gak usah baik-baik gitu. Gak ngaruh," ujar Jeongin cuek.

Minho menghela napasnya. Dan sebuah ide pun melintas.

"Utututu.. Baby Jeongin marah. Sini-sini," Minho lalu menarik Jeongin pelan untuk duduk di sampingnya. Merangkul pundak Jeongin.

"Hyung minta maaf, lah. Ya? Maafin ya?" mohon Minho dengan segala aegyonya yang membuat Changbin dan Felix nyaris membenturkan kepala mereka ke meja.

"Ugh- aku tak tau Minho hyung begitu menggelikan jika beraegyo begitu," ujar Jisung yang sedari tadi menonton dan di angguki setuju oleh Seungmin.

Hyunjin sendiri sudah cringe melihat pemandangan di depannya.

"Sumpah, Ho. Lu bikin masalah apa sih kemaren?" tanya Changbin.

Minho lalu menceritakan secara singkat bahwa kemarin, ia dan Jeongin mengunjungi cafe baru di dekat taman kota. Di sana adalah tempat di mana seharusnya Minho berada bersama geng nya jika bukan karena Felix dan rencana gilanya di Lotte World.

Changbin dan Felix ber'oh' bersama-sama. Mereka tau, Jeongin itu tipikal orang yang paling ga suka deket-deket sama anak geng Minho. Nyebelin.

"Gak tak maafin," cuek Jeongin.

"Jangan gitu dong, baby~ nanti aku cium lho,"

EW.

Felix dan yang lain sudah siap memuntahkan isi perut mereka. Dalam sejarah, pangeran es bernama Lee Minho itu ga pernah kayak gitu ke siapapun. Camkan itu. Siapapun.

Dan semua itu bubrah setelah Jeongin kembali ke Korea Selatan.

Hyunjin sendiri sudah benar-benar jengkel. Ia lalu melenggang pergi dari sana. Jisung dan Seungmin bertatapan. Saling berkomunikasi melalui mata mereka. Sedangkan, Minho hanya mengamati Hyunjin yang mendadak pergi begitu saja.

»»--⍟--««

Matahari mulai pergi dan langit mulai menggelap. Siap menyambut bulan dan bintang. Hyunjin baru saja selesai kelas tambahan. Hyunjin merasa akhir-akhir ini ia kesulitan memahami materi yang disampaikan dosen. Berbeda dengan Seungmin dan lainnya yang selalu enjoy dengan materi yang ada.

Ia pikir kampus sudah sepi. Nyatanya, ada banyak seniornya yang baru keluar juga. Beberapa junior dan setingkat nya juga masih berkeliaran di halaman asrama kampus. Baru saja ia hendak menghubungi sopirnya, handphonenya justru mati.

"Ck. Damn it. Kenapa aku tidak mengisi dayanya tadi,"

Hyunjin tidak kehabisan akal. Ia akhirnya berjalan menuju gerbang utama dan berencana menggunakan bus kota. Setidaknya, rute bus kota ada yang sampai ke daerah sekitar mansion Hwang. Sisanya, Hyunjin bisa jalan kaki.

Sepanjang jalan menuju gerbang, ada banyak mahasiswa yang menawari Hyunjin tumpangan. Tapi, ia berusaha menolaknya halus. Se-akhkaqless-nya Hyunjin, dia juga masih punya sopan santun.

Tin tin

"Ada princess jalan sendiri," Hyunjin menoleh dan mendapati Minho dengan motor kebanggaannya. Ia mendengus. Memilih mengabaikan Minho dan melanjutkan jalannya. Minho tidak terlalu memikirkan itu, ia tetap menjalankan motornya sejajar dengan Hyunjin.

"Kemana sopirmu?" tanya Minho.

"Ponselku mati," jawab Hyunjin singkat.

"Mau ku antar?" tawar Minho.

"Engga usah, makasih,"

"Yakin? Nanti kalau ada yang nyulik gimana?" Hyunjin menoleh menatap Minho kesal.

"Ya udah sih, tinggal pasrah di culik,"

"Nanti ga ada yang nyelamatin kamu,"

"Yaudah sih, aku ga rugi,"

Dan perbincangan sarkastik antar dua namja itu berhenti. Minho juga berhenti mengikuti Hyunjin. Membiarkan namja bermarga Hwang itu pergi dan lebih memilih menjawab panggilan masuk dari anak geng nya.

Hyunjin yang baru saja akan melewati gedung fakultas musik, menghentikan langkahnya dan memilih berbalik menuju tempat Minho. Ia tidak tau jika anak-anak musik juga pulang jam segini. Tebak siapa yang di lihatnya? Chan.

Tanpa pikir panjang, Hyunjin pun memutar balik langkahnya.

"Hyung,"

Minho menoleh heran mendapati Hyunjin di sampingnya. Netranya lalu memandang sepanjang jalan yang Hyunjin lewati tadi. Dan ketika ia melihat Chan yang baru keluar dari gedung fakultas, Minho mengerti. Ia lalu memutuskan panggilannya. Menoleh pada Hyunjin dengan senyum khasnya.

"Jadi, mau ikut denganku, princess?" Hyunjin berdecak.

Mereka akhirnya keluar dari kampus. Tujuan pertama Minho adalah mansion Hwang.













tbc.

mau ngumpulin orang-orang yg on wp jam segini. kkk.

•Bad Boys in Luv• [𝑙.𝑚ℎ//ℎ.ℎ𝑗] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang