neetriht °

2.6K 366 18
                                    

Hari ini, Minho benar-benar disibukkan dengan tugas kantor dari ayahnya. Entah kapan dirinya akan merasakan yang namanya liburan. Kepalanya sangat pening. Seharian ini ia terus menatap layar laptop. Mengurusi berbagai macam e-mail dari klien-klien ayahnya.

Berbeda dengan Minho yang sibuk, Hyunjin justru sangat selo. Ia hanya terus menonton film, bermain game, chatting an dengan teman-temannya, juga bermain t*k tok. Oh- jangan lupakan segala macam camilan yang menemaninya.

Ini masih hari ke tiga, Hyunjin sudah menimbun banyak lemak. Ia butuh gym.

Hyunjin lalu berjalan ke balkon. Tempat Minho bergulat dengan laptopnya. Cuaca hari ini cukup dingin. Entah kenapa, Minho tahan dengan udara dingin. Hyunjin jadi kasihan. Alhasil, dirinya segera pergi ke dapur. Sesekali berbuat baik pada Minho sepertinya tak apa.

Tak lama kemudian, ia kembali ke balkon dengan segelas coklat panas di tangannya.

"Hyung, mau tidak?" Minho bergeming. Membuat Hyunjin berdecak kesal. Ia lalu menaruh gelas itu di meja dekat Minho duduk. Dan mendudukkan dirinya sendiri di samping Minho. Sekedar mengintip apa yang namja itu lakukan.

"Hyung, aku membuatkanmu coklat panas. Kau mau tidak? Kalau tidak, aku yang akan minum," ujarnya sembari mencolek-colek lengan Minho.

Hm.

Hanya deheman saja kali ini yang Hyunjin dapatkan.

"Kalau iya, ya diminum. Keburu dingin. Istirahat bentar dari laptopnya. Penting banget?"

Minho mendengus lelah. Ia menoleh pada Hyunjin dengan wajah datarnya yang khas itu. Namun, terlihat lelah. Ia lalu mengangguk.

"Oh. Hyung, tapi aku ingin pergi ke gym,"

"Pergi saja, ada tepat di lantai bawah unit apartemen ini," ujar Minho sembari menyenderkan kepalanya ke kepala sofa dengan mata terpejam.

"Masa sendiri, hyung. Aku gak kenal siapa-siapa. Nanti kayak anak ilang," sahut Hyunjin dengan mengerucutkan bibirnya. "Temenin yaa," pintanya.

"Engga ah. Capek, Jin. Kerjaan ku juga belum kelar," Hyunjin kecewa deh.

"Istirahat bentar lah. Dari awal liburan perasaan kerjaan kantor mulu yang di urus. Nanti aku kasih apapun yang hyung mau, ya?" Minho menoleh. Menatap Hyunjin dengan manik legamnya.

"Apapun?" Hyunjin mengangguk mantap. Minho berpikir sejenak dan kemudian menggeleng. Lalu kembali ke pekerjaannya. Membuat Hyunjin rasanya ingin membunuh Minho detik itu juga.

"Ayolah hyung... Hyung ganteng deh. Baik dan tidak sombong," rengek Hyunjin sembari menggoyang-goyang lengan Minho.

"Ah- Hyunjin, sebentar. Ini nan-"

Drrrt drrrt

Tn. Lee is calling...

Mereka mendadak terdiam kala ponsel Minho bergetar menampilkan nomor ayah Minho. Minho langsung mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan ayahnya. Sedangkan Hyunjin hanya menyimak.

"Yeobeos-"

"..."

"Iya, Ayah. Aku berusaha. Tapi-"

"..."

"Hah? Engga gitu. Maksudnya-"

"..."

Minho memijat pangkal hidungnya. Memejamkan matanya lelah sembari mendengarkan segala macam omelan sang ayah.

"Oke oke!"

Telepon dimatikan secara sepihak oleh Minho. Ia menutup laptopnya kasar. Mengusak rambutnya frustasi.

"Hyung- gwaenchana?" tanya Hyunjin hati-hati.

•Bad Boys in Luv• [𝑙.𝑚ℎ//ℎ.ℎ𝑗] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang