"Saya muak setiap kali liat wajah kalian!" bentak wanita paruh baya bernama Rosa yang notabene nya adalah guru BK di SMA Flamboyan.
Dengan tatapan tajam dan alis yang tegas mampu menambah kesan garang pada penampilan Bu Rosa. Tak ada yang berani macam-macam dengan guru bk satu ini, karna sekali bermasalah dengan dengan Bu Rosa, maka anak itu tak akan tenang bersekolah di SMA Flamboyan.
Sindiran tajam Bu Rosa dapat membuat korbannya seakan dicambuk berkali-kali. Bukannya kenapa, tapi Bu Rosa selalu mengungkit-ungkit kesalahan. Itu lah alasan kenapa banyak siswa yang tak menyukai Bu Rosa.
"Lihat nama kalian dibuku ini!" Bu Rosa mendorong sebuah buku panjang yang berisikan nama-nama siswa yang pernah berurusan dengan BK itu kearah empat gadis didepannya.
"Nama kalian sudah mengotori berlembar-lembar buku ini! Setidaknya kalian malu!"
"Ibu kan tau, kami gak akan ngebully orang kalo gak beralasan," tegas salah satu dari keempat gadis itu.
Lagi-lagi Bu Rosa menghembuskan nafas panjang setelah mendengar alasan itu yang sudah ribuan kali mereka gunakan untuk membela diri.
"Kalian bisa kan sehari aja gak buat ulah?" Bu Rosa tersenyum miring, lalu berkata, "Sayang sekali kalian anak pejabat. Jika bukan, sudah dari dulu kami mengeluarkan kalian dari sekolah ini."
Salah satu dari mereka tertawa meremehkan sambil menatap Bu Rosa dengan pandangan tak suka. "Ohh, Ibu mau dipecat dari sini? Masih inget gak siapa pemilik sekolah ini?"
Bu Rosa langsung menggebrak meja dengan kuat setelah mendengar penuturan gadis didepannya itu. "Setidaknya jaga akhlak kalian! Jangan rusak kecantikanmu dengan perilakumu!"
"Udahlah Bu, kita capek. Nanti ayah tranfer uang ke rekening Ibu buat bebasin kita dari skors. Kami permisi."
Empat gadis itu pun keluar dari ruang BK tanpa ijin dari Bu Rosa.
Tidak sopan memang sikap mereka pada guru BK. Tapi guru BK sendiri bisa apa? Empat gadis itu sangat susah dinasihati baik-baik.
Sedangkan empat gadis tadi masih santai berjalan dengan angkuh sambil sesekali memalak setiap adik kelas yang melewati mereka.
Itulah mengapa mereka ditakuti, mereka selalu berbuat ulah dimanapun dan kapanpun.
Satu prinsip yang selalu mereka pegang teguh. "Gak akan ada yang bisa lolos jika sudah berurusan dengan Dazzling Girls"
"Hey girls, denger-denger ada murid baru ya?" tanya Viora sambil memandangi ponselnya yang menampilkan foto siswi yang dikatakan baru itu.
Viora menyodorkan ponselnya kearah Zenith. "Dih, keliatan cupu ya? Cocok nih buat jadi bahan bully."
Kantin yang awalnya ramai dengan suara penghuninya dan juga dentingan sendok yang beradu dengan piring kini tiba-tiba menjadi senyap karna kehadiran empat gadis dengan wajah sangarnya.
Keempat gadus itu kini menatap remeh keseluruh penjuru kantin.
Ya. Mereka adalah Dazzling Girls. Geng beranggotakan empat gadis cantik namun sifatnya tak secantik covernya.
Arshel, Zenith, Viora dan Adena. Mereka adalah anggota Dazzling girls.
Memang siapa yang tak mengenali Dazzling Girls? Dengan sering berbuat ulah dan membully mereka langsung tenar secepat kilat.
"Hey kenapa jadi sepi nih?!" teriak Arshel.
1 detik
2 detik
3 detik
Tak ada yang menjawab, mengeluarkan sebuah suara saja mereka terlalu takut.
"Enemy has ben slain!"
Semua penghuni kantin memusatkan perhatian kepada seseorang ditengah kantin yang saat ini tengah memainkan ponselnya sambil memasang wajah canggung.
"Lo cari mati ya Dim?" bisik salah satu temannya.
Lagi-lagi suasana kantin semakin mencekam karna hanya terdengar suara burung gagak peliharaan Mas Edo, penjaga kantin, yang ia pelihara didalam kantin.
"Ah udahlah, kita duduk aja. Mungkin mereka pada bisu," ucap Arshel, lalu mereka berjalan kepojok kantin dimana bangku pribadi mereka berada.
Suasana kantin mulai kembali ramai seiring berjalannya Dazzling Girls kebangkunya.
Betapa tersambutnya mereka saat melihat seorang gadis tengah duduk manis sambil memakan semangkuk bakso dibangku mereka.
Zenith merasa emosi karna gadis itu berani menempati bangku mereka yang memang sudah disediakan khusus untuk Dazzling Girls.
Arshel menahan lengan Zenith agar dia tidak sembarangan melakukan sesuatu yang tak diinginkan pada gadis itu.
Arshel tersenyum manis kearah gadis itu. "Hey cantik, laper ya?" tanya Arshel sambil memainkan ujung rambut gadis itu.
Gadis itu pun menoleh kearah Arshel lalu tersenyum, menenggelamkan matanya yang sedikit sipit. "Hay juga Kak. Tadi Meldi gak sarapan, jadi laper deh."
Arshel tersenyum miring, ia langsung menarik ujung rambut gadis itu yang sudah terlilit di jari telunjuknya. "Siapa yang nyuruh elo duduk dibangku kita?!" bentak Arshel sambil terus menarik rambut gadis yang mengaku bernama Meldi.
Meldi memekik kesakitan sambil berusaha melepas cengkraman Arshel dari rambutnya. "Maaf Kak, Meldi gak tau. Aww sakit kak. Maafin aku." Meldi terisak sambil terus memberontak.
"Jadi lo anak baru ya? Anak baru dah belagu lo!" bentak Arshel ditelinga Meldi.
Banyak anak yang menatap kasihan kepada Meldi. Padahal dia anak baru. Malang sekali nasib Meldi, dihari pertama sekolahnya ia sudah disambut dengan kekerasan, apalagi dengan empat gadis itu.
"Kak maaf kak, aku bisa langsung pergi dari sini kalo kakak ngelepasin aku."
Arshel langsung melepaskan tangannya dari rambut Meldi. Dengan cepat Arshel langsung mencengkram bahu gadis malang itu.
"What? Lo mau langsung pergi? Gak akan ada yang bisa lolos kalo udah berurusan sama kita!" ucap Arshel dengan penuh penekanan.
Arshel langsung menghempaskan Meldi kelantai sehingga pinggang gadis itu membentur kursi.
"Lo bakal jadi babu kita selama setahun!" ucap Arshel lalu disambut gelak tawa dari ketiga temannya.
Meldi benar-benar terkejut mendengar itu. "Ternyata pembullyan itu masih berlaku ke aku." Meldi membatin sambil memegangi pinggangnya yang terasa linu.
••••Next?
Jangan lupa vote......
KAMU SEDANG MEMBACA
Arshelan
Teen FictionNasib seringkali dikonotasikan dengan hal-hal buruk, negatif, dan kesialan. Sementara takdir adalah sesuatu atau peristiwa yang tidak bisa diterka sama sekali karena itu rencana tuhan. Lantas, bertemu dengan Shelan apakah sebuah nasib atau takdir? S...