18. Lavarma

17 4 1
                                    

"Pagi Kak Shelan," sapa seorang gadis berambut sebahu dengan pipi yang berisi itu sambil membungkukkan tubuhnya saat ia berpapasan dengan Shelan.

Shelan membalasnya dengan senyuman yang berhasil membuat gadis itu salah tingkah.

Arshel hanya diam sambil memperhatikan banyak siswi yang sedari tadi menyapa Shelan.

"Kak, boleh minta foto bareng?" tanya seorang gadis dengan satu temannya yang menghampiri Shelan sambil menyodorkan ponselnya.

Shelan terkekeh, ia nampak berpikir, lalu menoleh kearah Arshel yang masih memasang ekspresi bodo amatnya.

"Shel, boleh?" tanya Shelan sambil menyenggol bahu Arshel.

Arshel menggeser posisinya selangkah menjauhi Shelan. "Ya terserah. Ngapain masih nanya ke gue?"

Shelan kembali menatap adik kelas nya yang sedari tadi menunggunya itu. "Boleh deh, tapi anak ini juga boleh ikut ya?" ucap Shelan sambil merangkul Arshel.

Kedua gadis itu saling berpandangan sambil berbisik-bisik.

"Bisa?"

"Ee... i-iya. Bisa deh."

Salah satu gadis itu mengambil ponselnya lalu berselfie dengan Shelan, jangan lupakan Arshel yang juga bergabung didalam kamera itu.

Cekrek...

Mereka berempat kembali keposisi masing-masing. Kedua gadis itu memandangi layar ponselnya sambil tersenyum walau masih ada rasa jengkel.

Tak apalah. Wajah Arshel bisa dibuang, pikir mereka.

"Gue duluan ya," ucap Shelan lalu melangkah meninggalkan tempatnya sambil menarik pergelangan tangan Arshel.

"Iya Kak, makasih!" teriak kedua gadis itu sambil melambaikan tangannya.

Arshel dan Shelan pun kembali menyusuri koridor untuk menuju kekantin. Sebenarnya Arshel tak terbiasa dan merasa risih jika berjalan beriringan dengan Shelan seperti ini. Padahal koridor saat ini tengah sepi karna semua orang berada dikantin, tapi tetap saja Arshel merasa tak nyaman.

Arshel menoleh kesamping, memperhatikan Shelan yang nampak percaya diri sambil sesekali menyapa teman-teman yang dikenalinya.

Arshel menghela nafasnya, lalu kembali memperhatikan kedepan.

"Ridho!" sapa Shelan sambil menjabat tangan seorang laki-laki yang memiliki tindik ditelinga kirinya.

"Weh Shelan. Gaya lo, mentang-mentang beda kelas gak pernah main sama gue lagi," ucap laki-laki bernama Ridho itu.

Sontak Arshel juga menghentikan langkahnya, menunggu dialog antara Shelan dan Ridho selesai.

"Gimana kabar yang lain?" tanya Shelan.

"Leon, dia berhenti sekolah. Katanya kerja di Bali, entahlah rada slebor tuh anak," ucap Ridho.

Shelan sedikit terkejut dengan jawaban Ridho. "Serius lo? Lion nya kerja juga?"

"Lion masih sekolah di SMK deket sini."

Shelan menganggukkan kepalanya. Ridho, Leon dan kembarannya Lion adalah teman dekat Shelan semenjak SD hingga SMP.

Setelah masuk SMA komunikasi mereka mulai merenggang karna sekolah mereka terpisah, hanya Ridho lah yang satu sekolah dengan Shelan hingga saat ini. Semakin merenggang lagi karna Ridho memilih menghabiskan waktunya dengan kerja paruh waktu yang sudah ia jalani selama setengah tahun, yaitu menjadi pelayan cafe.

"Yaudah deh, gue mau ketoilet dulu," ucap Ridho lalu beranjak pergi setelah Shelan menyahutinya.

"Tadi temen lo?" tanya Arshel setelah kembali berjalan disamping Shelan

ArshelanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang