Arshel saat ini tengah memainkan ponselnya didalam kamar. Teman-temannya sudah pulang 2 jam yang lalu.
Saat ia tengah asik memainkan game hago diponselnya, tiba-tiba benda pipih itu bergetar, menampilkan panggilan video dari ayahnya.
Arshel dengan senang hati memencet gagang telfon berwarna hijau yang berada dilayar.
Arshel tersenyum saat melihat ayahnya dilayar ponselnya, dia tengah menatap Arshel dengan khawatir.
"Arshel kamu gak apa-apa kan?" tanya Damar dengan raut wajah yang tak bisa dibilang santai.
Arshel tersenyum lalu mengangguk. "Gak papa kok yah."
"Syukurlah. Maaf ya, Ayah gak bisa pulang hari ini. Kerja Ayah masih banyak. Dan juga sebentar lagi ada tamu penting yang akan kemari."
"Gak apa-apa yah. Kaki Arshel udah agak mendingan sih, tadi udah dipijet sama Mbak Tina."
Arshel terdiam, ia baru ingat ada suatu hal yang akan ia sampaikan pada Ayahnya.
"Ayah ayah, liat Ar-"
"Sayang, tamu ayah udah dateng. Ayah tutup dulu ya."
Tuttt.... Tuttt.... Tuttt...
Arshel tersenyum kecut. Sebuah kertas yang akan ia tunjukkan pada Damar ia remas hingga kertas itu menjadi berbentuk bola.
Arshel menatap dingin kearah kertas yang ada digenggaman tangannya. Dengan geram Arshel langsung merobek kertas ujian matematikanya itu hingga tak ada bagian yang bisa dibaca.
Sobekan-sobekan kertas itu berserakan disekeliling Arshel. Arshel hanya bisa tersenyum miris menatap kertas-kertas kecil itu.
"Gak ada gunanya gue dapet nilai bagus, ayah juga gak peduli. Ayah selalu sibuk," gumam Arshel.
Damar adalah manajer bank yang karier nya cukup bagus. Dia selalu menghabiskan waktunya dengan pekerjaan yang bahkan Arshel sama sekali tidak tau. Jarang-jarang Damar pulang ke rumah, karna jarak tempat Damar bekerja dengan rumahnya terbilang sangat jauh.
Arshel berjalan kearah meja belajarnya dengan dibantu tongkat kruk yang ada disamping kirinya.
Pandangannya beralih disebuah kotak yang berada diatas meja belajarnya. Hadiah dari Bu Ratna tentunya.
Arshel menarik kursi lalu duduk diatasnya, tangannya meraba-raba kotak berukuran kecil itu sambil berpikir, lebih baik kotak ini ia buka saja, toh ayahnya juga sibuk dan ia tak akan sempat memperlihatkan hadiah itu pada Damar.
Tali yang terlilit dikotak itu sudah Arshel lepas. Arshel pun langsung membuka penutup kotak itu, Arshel mengernyitkan dahinya saat melihat isi dari kotak itu.
Sebuah jam tangan berwarna coklat muda. Tangan Arshel terulur untuk mengambil jam tangan itu.
Ia melilitkan jam tangan itu dipergelangan tangan kirinya. Terlihat cocok dengan warna kulitnya yang putih. Bukannya senang, perasaan Arshel malah sebaliknya. Jam tangan itu mengingatkannya dengan almarhum adiknya.
Karna jam tangan itu sangat mirip seperti jam tangan yang ia hadiahkan pada Ghina. Bahkan warna dan juga bentuknya sangat mirip atau bahkan memang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arshelan
Teen FictionNasib seringkali dikonotasikan dengan hal-hal buruk, negatif, dan kesialan. Sementara takdir adalah sesuatu atau peristiwa yang tidak bisa diterka sama sekali karena itu rencana tuhan. Lantas, bertemu dengan Shelan apakah sebuah nasib atau takdir? S...