10. Pelabrakan

30 10 1
                                    

"Ah capek banget. Mana masih banyak lagi. Tuh tukang kebun udah tau gaji nya kecil pake acara sakit segala," eluh Shelan sembari menyapu lapangan dengan sapu lidi.

Arshel dan Shelan diberi hukuman menyapu lapangan untuk menggantikan tukang kebun yang tidak bisa bekerja karna sakit.

Mereka terpaksa menyapu hingga 2 kali, karna dedaunan dari pohon flamboyan yang ditanam dipinggir lapangan berterusan jatuh membebani mereka berdua.

Sekarang Shelan tau kenapa tukang kebun memiliki perut rata.

Karna sudah setengah jam menyapu tanpa henti, Shelan pun menjatuhkan sapu lidi nya ketanah. Shelan berjalan kepinggir lapangan dan selonjoran dibawah pohon, memperhatikan Arshel yang tengah menyapu didekatnya.

"Shel udahan dulu. Lo gak capek?" tanya Shelan sembari mengelap keringat dipelipisnya dengan lengan bajunya.

Arshel menatap Shelan sekilas, lalu melanjutkan kegiatan menyapunya. "Biar cepet selesai."

Shelan berdiri dari selonjorannya, ia berjalan menghampiri Arshel. Shelan mengambil sapu lidi yang dipegang Arshel lalu membuangnya ke tengah lapangan.

"Istirahat dulu. Jangan dipaksain kalo capek. Nanti pingsan siapa yang repot?"

Arshel menghela nafasnya. Ia pun berjalan ketempat yang tadi ditempati Shelan.

Shelan berdiri didepan Arshel, lalu berkata, "Gue beliin minum dulu ya?"

Arshel hanya mengangguk mengiyakan. Setelah mendapat anggukan dari Arshel, Shelan pun berjalan meninggalkan Arshel untuk membeli air mineral.

Arshel mengibaskan tangannya didepan wajahnya. Hari ini panas sekali, semakin panas lagi karna keringat yang membasahi punggungnya.

"Arshel?" panggil seseorang yang berdiri dipinggir lapangan dengan mengapit bola basket di lengannya.

Arshel menoleh kearah orang yang berlari mendekatinya itu.

"Lo ngapain disini? Gak pelajaran?" tanya orang itu.
Arshel berdiri dari selonjorannya, menghadap cowok tinggi didepannya. "Tadi gue telat, ya udah dikasih hukuman," jawab Arshel.

Jordan mengangguk, ia memperhatikan kaki Arshel yang sudah tidak terbalut perban. "Kaki lo udah sembuh?"

Arshel juga ikut memperhatikan kakinya. "Udah," jawabnya singkat.

"Em, Shel. Lo mau nemenin gue beliin hadiah buat aniv nya bonyok gue gak? Soalnya gue bingung mau beliin hadiah apa."

"Boleh kok, kapan?"

"Kalo nanti pulang sekolah bisa gak?"

Arshel kembali berpikir, "Em bisa deh."

Jordan mengangguk lalu tersenyum. Entah kenapa rasanya senang saat Arshel tak menolaknya. Jantungnya pun berdetak tak wajar padahal ia tak memiliki bawaan penyakit jantung.

"Jordan?!" teriak seorang gadis diseberang lapangan.

Jordan menoleh kearah gadis itu dengan wajah tak santai. Gadis itu terus berlari mendekati mereka seakan lupa jika salah melangkah sedikit saja maka rok nya akan sobek.

Arshel meringis memperhatikan gadis itu. Padahal gadis itu yang berlari, tapi entah kenapa malah dirinya yang was-was, takut jika rok gadis itu sobek. Padahal sudah tau rok nya begitu ketat, namun gadis itu malah berlari dengan kencangnya.

Gadis itu langsung melompat dan merangkul lengan Jordan sehingga bola basket yang Jordan apit terjatuh dan menggelinding ke tengah lapangan.

"Dan, nanti pulang sekolah kamu ke apartemen ku ya?" ucap gadis itu dengan nada yang diimut-imutkan.

ArshelanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang