Kalo ada typo, maafin yaa ^)
Selamat membaca!
——————
"Gue kaya lagi di surga, pagi pagi udah ketemu sama bidadari, tepat banget di depan mata gue lagi." Seru Haikal yang lumayan membuat Nara terkejut.
Nara menoleh ke arah pintu dan menemukan Daffin berjalan masuk ke kelas diikuti oleh Haikal, Yoga dan Joni. Tatapan antara Nara dan Daffin bertemu. Namun tidak berlangsung lama karena Nara langsung membuang muka.
Kejadian dimana cowok itu menolak ia mentah mentah membuat Nara semakin enggan menatap cowok itu. Bertukar sapa pun rasanya Nara ogah. Karena mulai hari ini, Nara memutuskan untuk berhenti memikirkan cowok itu. Apalagi sampai mengejar ngejar cowok itu lagi. Sudah cukup perasaannya merasakan sakit yang teramat ini.
Nara justru menatap Haikal. "Gue balik ke kelas Kal. Makasih bukunya."
"Sama sama Ra. Hati hati dijalan, barangkali ketemu bajingan lempar aja pakai pisau." Seru Haikal sambil melirik Daffin.
"Udah ketemu tapi gue gak bawa pisau, gimana dong." Bisik Nara.
"Ntar gue beliin sepuluh."
"Ada ada aja lo mah, gue balik ya." Pamit Nara sekali lagi. Haikal mengangguk.
Setelah itu Haikal menjauh dari jangkauan ketiga temannya. Ia masih butuh waktu untuk berdamai dengan Daffin yang notebenya telah menyakiti Nara dan tidak mendengarkan saran ia.
"Sini Kal, ngapain jauh jauh." Suruh Joni.
Haikal berjalan mendekati bangku aslinya. Ia mendudukan diri di kursi depan meja Daffin. Memutar badannya dan mulai berbicara. "Kata apa aja yang lo keluarin waktu nolak Nara?"
"Sepenting itu?" Kata Daffin.
"Nara bagi gue masih penting walaupun gue udah gak suka sama dia." Jawab Haikal santai.
Joni terkejut. "Lo pernah suka sama Nara? Kapan?"
"Udah lama. Udah berlalu. Bukan saatnya juga gue bahas masalalu gue yang suka sama Nara. Sekarang gue cuma butuh jawaban dari lo?" Setenang mungkin Haikal agar tidak terbawa emosi.
"Gak ada yang kasar, gue cuma bilang gue muak." Jawab Daffin cuek.
"Tapi lo emang beneran gak suka sama Nara atau naruh perasaan gitu? Nara cantik men, cowok mana yang gak bakalan tertarik sama dia." Ucap Yoga. "Sekali lagi nih, lo suka gak sama Nara?"
Kali ini suasana lebih serius. Kelas yang hanya berisi ke empat orang itu mulai terasa sangat canggung. Daffin yang selalu kaget dengan pertanyaan itu, hanya diam.
Suka? Benarkah begitu? Atau ini hanya gurauan? Ia sendiri bingung. Melihat bagaimana Nara menghidarinya tadi seharusnya ia senang bukan? Kenapa justru sebaliknya? Aneh. Benar benar aneh.
Joni melihat keterdiaman Daffin, mulai angkat bicara. "Udah Yog, mungkin emang gak suka. Lagian gak bisa dipaksa juga buat suka sama seseorang kan? Apalagi jujur."
"Kadang diri kita sendiri juga bingung, sebenarnya kita ini suka sama dia atau gak. Kalo pun iya, takutnya yang kita sukai gak suka balik, repot kan jadinya." Lanjut Joni.
"Aduh buset pakar cinta." Ujar Yoga sambil bertepuk tangan.
Joni yang kesal menonyor kepala Yoga. "Lagi serius nyet, gak usah ngerusak suasana."
Yoga mulai mengganti topik dan mengabaikan sakit kepalanya akibat tonyoran Joni. "Eh tapi itu Theo beneran secinta itu ya sampai bela belain Nara?"
"Ya lo lihat sendiri kemarin, gimana reognya Theo waktu denger kabar Nara nangis. Mana sampai pingsan." Jawab Haikal.