14. Kabar

446 65 10
                                    

"Makan, lemes amat lo kaya mayat hidup." ujar Joni sambil meletakkan sepiring nasi goreng.

Saat ini mereka berada di kantin, bersama ribuan manusia yang kelaparan.

Daffin menggeleng, lalu menatap ketiga sahabat Nara. "Udah ada kabar dari Nara?"

Sudah hampir seminggu Daffin galau dan uring uringan tidak jelas karena Nara mendadak menghilang, tidak ada kabar, apalagi setelah mereka night ride an. Mengingat itu membuat Daffin merasa bersalah, takutnya ada perkataan yang menyakiti hati Nara atau membawa motor terlalu kencang, tapi seingatnya selalu berada di kecepatan 40 km.

Lalu apa alasan Nara tidak berangkat sekolah? Kalau bukan dirinya yang terakhir kali bertemu.

"Belum, kemarin gue datengin rumahnya juga sepi. Satpam yang biasa jaga juga lagi pulang kampung." jawab Yasmin.

Daffin menghela nafas. Benar, rumah Nara memang terlihat sepi. Terbukti dari beberapa kali Daffin berkunjung, rumah itu tampak lebih gelap, sepi, dan tidak berpenghuni, sepertinya. Tentu, Daffin melakukan semua itu karena khawatir dan ingin melihat apakah ada titik terang tentang keberadaan Nara.

Daffin juga jadi sering balapan. Sehari tidak balapan sepertinya tidak bisa, karena cowok itu kembali kecanduan. Candu akan dunia malamnya lagi, sebelum atensi Nara mengambil alih sebagian hidupnya.

"Kemana ya kira kira? Atau mungkin Nara lagi liburan? Pulang kampung kali ke neneknya." sahut Yoga.

"Keluarga Nara disini semua gak ada yang dari luar kota, tapi kemungkinan liburan bisa jadi sih." lalu, "Inget gak waktu smp, Nara kan juga pernah gak masuk sampai sebulan." lanjut Salwa.

"Sebulan? Anjir, itu liburan apa keliling dunia setiap hari?" celetuk Haikal.

"Lebih ke nemenin bokapnya perjalanan bisnis sih."

"Udah kaya istri aja anjir."

Obrolan itu berlanjut dengan adu gombal dan membahas hal random. Sedangkan Daffin bagian menyimak sambil sibuk memikirkan Nara. Candaan teman temannya tidak mempan sekali untuk membuatnya semangat atau bahkan tertawa.

Mata Joni melirik pada Daffin yang diam tak bersemangat. Kasian sekali.

"Fin, kenapa lo gak tanya ke Theo? Dia kan deket sama Nara." perkataan Joni sukses menghentikan candaan Haikal dan membuat semua menatapnya.

"Iya juga ya, gue sampai gak kepikiran." bukan Daffin, tapi Salwa yang menjawab.

"Tuh Theo, samperin gih." tunjuk Malik pada meja pojok dengan diisi lima murid disana termasuk Theo.

"Gue gak akrab."

"Karena lo gak mau kenalan sama saingan lo kan?" sahut Haikal yang langsung mendapat tatapan tajam dari Daffin.

"Fine, gue samperin." Daffin beranjak lalu menghampiri Theo.

Semua temannya menatap punggung lebar Daffin dengan penuh cemas begitu melihat cowok itu mulai mengatakan sesuatu pada Theo. Semua disini tau, Theo lumayan membenci Daffin karena sikap kurang ajarnya pada Kanara.

"Mau apa lo nyamperin gue? Mau tanya soal Nara?"

"Iya, kalo lo gak keberatan kasih tau ke gue."

"Baru sekarang fin? Keren juga Nara bisa meruntuhkan es dalam waktu yang bisa dibilang lama. Empat tahun apa tiga tahun sih fin? Duh gue lupa lagi."

Tolong! Daffin hanya ingin tau kabar Nara, bukan ucapan tidak penting yang membuat Daffin ingat masalalu.

"Bisa kasih tau aja gak soal Nara? Gue tau dulu gue brengsek, tapi tujuan gue kesini mau tanya soal Nara bukan ngungkit masalalu." desis Daffin tak sabaran.

Bawa KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang