Kalo ada typo maafin ya ^)
Selamat membaca!
——————
play ; mahalini - melawan restu.
"Mungkinkah aku meminta kisah kita selamanya..." Nara bersenandung mengikuti alunan musik yang sedang diputar.
"Ehmm... tapi ku tak mampu melawan restu."
Selama membersihkan ruangan musik, selain menyapu, Nara juga sedikit melatih vokalnya dengan cara ikut bernyanyi. Semalam saat Nara terbangun tengah malam, Julia mengirimkan sebuah pesan yang menyatakan bahwa sekolah meminta Nara untuk mengikuti lomba menyanyi di acara festival sekolah 28. Yang mana ia harus bersaing dengan penyanyi dari sekolah lain.
Dengan senang hati Nara menerima. Tidak lupa ia selalu sematkan nama Theo untuk menjadi pasangan duetnya.
"Kisah kita, jadian aja belum." Celetuk Theo di tengah Nara bernyanyi.
"Apaan sih, orang lagi nyanyi doang."
"Biasanya kalo nyanyinya terlalu menghayati itu—"
"Stop ngomentarin hidup gue! Mending lo ngaca deh, kisah lo sama mantan lo gak jauh beda sama lagunya mahalini tau." Potong Nara cepat dan balik mengatai Theo.
"Anying, pake dibahas segala."
Nara terkekeh pelan. "Gamon ya mas?"
"Tai lah!" Umpat Theo.
Nara tertawa. "Btw kabar mantan lo gimana? Denger denger udah punya cowok baru yaa."
Theo memukul pelan pundak Nara. "Kalo lo tau kabarnya, gak usah tanya tanya gue. Gue mana tau anjir."
"Lagian mau dia punya cowok baru atau masih jomblo juga gue gak peduli. Gue gamon bukan karena orangnya, tapi karena kenangannya." Lanjut Theo.
"Cielah kenangan." Ledek Nara dengan masamnya raut wajah Theo.
"Udah ah gak usah bahas mantan, mending lo bantuin gue sini angkat sound ini." Nara meletakkan sapunya lalu berjalan mendekat ke arah Theo.
Hampir satu jam mereka berdua membersihkan ruangan musik yang cukup besar itu. Mereka berdua bersandar di sofa panjang berwarna hitam dekat dengan pintu.
Nara menoleh ke samping mendapati Theo yang sedang menyeka keringatnya. Hari ini, Nara berterimakasih karena Theo dengan senang hati mau membantu membereskan ruangan musik.
Sebenarnya ini adalah tugas Nara dengan anak musik lainnya, tapi karena Julia akan menemuinya beserta guru pembimbing, Nara akhirnya membereskannya dibantu Theo.
"Theo."
Theo menoleh sambil tersenyum, tangannya terulur membelai kepala Nara dengan lembut. "Kenapa?"
"Makasih yaa."
Theo mengangguk dan tersenyum. "Gak usah sungkan minta bantuan sama gue. Gue bakal bantu apapun selama gue bisa."
Nara menatap atap dinding ruang musik. Sedangkan Theo masih senantiasa menatap Nara dari samping.
"Gue mau tanya."
"Tanya apa?"
"Kalo misal hidup gue gak akan lama lagi, hal pertama yang bakal lo lakuin apa?"
Theo tertegun. "Ra! Kok lo nanya gitu?"
"Kan misal doang. Udah ih tinggal dijawab, gue kepo nih." Nara memaksa Theo menjawab meskipun kondisi Theo sendiri sedang dilanda kebingungan akibat pertanyaan yang dilontarkan Nara.