Nara tertawa melihat Haikal berjalan mengelilingi lapangan sambil bernyanyi. Karena ulah Daffin yang salah mengeluarkan kartu uno, membuat cowok gemini itu harus menanggung hukuman dan rasa malu ini.
Dan bukannya ikut menjalankan hukumannya, Daffin malah berpindah posisi menghampiri Nara yang duduk dekat Yasmin.
Tau Nara sudah kembali kerumah, mereka berbondong bondong pergi ke rumahnya, mengajak cewek itu ke pasar malam bersama untuk melepas rindu walaupun tadi pagi sudah bertemu di sekolah.
"Jahat banget, kasian itu Haikal." ucap Nara ketika Daffin duduk disampingnya.
"Gapapa, dia juga dapet untung karena gue traktir selama seminggu."
"Terus jadinya lo yang buntung?"
Daffin mengangguk. "Mau keliling gak? Cari makan, atau naik wahana?"
"Cari makan aja kali ya, agak parno gue kalo naik wahana gitu." jawab Nara.
"Yuk." Daffin dengan menyondorkan telapak tangannya.
"Hah?"
Kelamaan, Daffin langsung menggenggam tangan Nara sambil mengucapkan kata pamit pada teman temannya yang justru mendapatkan sorakan.
Sedangkan Nara masih berusaha sadar dari blanknya.
Saat ini mereka berada di stand permainan tembak tembakan. Sudah lima kali Nara menembak tapi tidak ada satu pun yang kena, padahal ia sangat mengincar boneka kelinci dengan love dibagian perutnya.
"Ihh susah..." gerutu Nara dengan menekuk bibirnya kebawah saat kesempatan bermainnya tinggal satu dan targetnya belum dapat.
Daffin yang memperhatikan itu hanya terkekeh gemas. Sisi lainnya ternyata bisa berubah menjadi bayi berumur dua tahun.
"Sini gue ajarin."
Daffin berpindah posisi dibelakang Nara. Lalu memeluk tubuh Nara dari belakang sambil mengarahkan pistol ke depan.
Tepat. Boneka kelinci incaran Nara jatuh tertembak.
"Yey! Dapet!" teriak Nara sambil bertepuk tangan.
Kan Nara itu kaya bayi umur dua tahun, persis banget tingkahnya.
"Gemes banget sih lo, ya ampun." sambil mencubit kedua pipi chubynya gemas.
"Ihh sakit tau."
"Maaf ya, soalnya lo gemesin banget kaya bayi."
"Gue bukan bayi!" protesnya.
"Iya iya, habis ini mau kemana? makan lagi?" tanya Daffin setelah mendapatkan boneka dari abang penjualnya.
"Beli aromanis dulu deh, baru balik ke yang lain."
"Ra, kalo kebanyakan makan aromanis itu gak baik." katanya.
"Emang kenapa?" tanya Nara penasaran.
Sambil mencolek hidungnya, Daffin menjawab. "Yang ada nanti lo tambah manis, bisa bisa semut bingung bedain lo sama gula."
"Apaan, sih, fin."
Daffin terkekeh lalu menggenggam kembali tangan Nara dan berjalan menuju penjual aromanis.
Interaksi keduanya tak luput dari teman temannya yang duduk di batu bundar atas trotoar sambil menikmati cimol.
"Rencana gue berhasil kan?" ujar Haikal dengan senyum bahagianya.
"Percuma, kal, Daffin kan udah punya pacar. Lagian Nara sekarang cuma nganggep Daffin teman doang." jawab Yasmin.
"Anjir, mulut dusta siapa itu yang memfitnah teman gue punya pacar?" seru Haikal.