Kalo ada typo, maafin yaa ^)
Selamat membaca!
——————
"Gue ke rooftop dulu ya." Pamit Nara setelah selesai makan. Ketiga temannya hanya mengangguk, seolah tahu tujuannya ke rooftop tanpa mengatakannya.
"Kalo pintunya macet langsung telfon gue atau satpam sekolah ya." Ujar Yasmin memberi peringatan.
Sedangkan cewek itu terkekeh pelan, karena setiap kali pergi ke rooftop, pasti kalimat itu yang akan temannya ucapkan. Entah itu dari Yasmin ataupun Salwa.
"Iya iya, gue duluan ya."
Kini Nara telah sampai di rooftop. Sejenak ia menenangkan diri disana, sembari menunggu panggilan dari sang Ayah.
Entah bagaimana pikiran serta hatinya sekarang, cewek itu merasa trauma saat menginjakkan kaki di rooftop. Terlalu banyak hal bodoh yang ia lakukan di masalalu, termasuk mengejar ngejar Daffin.
Suara dering telfon kini menarik paksa Nara keluar dari lamunannya. Buru buru ia mengambil ponsel dalam saku rok sekolah nya. Tertera nama Ayah disana.
"Halo Yah."
"Halo putri Ayah, sedang apa?"
"Seperti biasa menunggu Ayah menelfon di rooftop."
"Kamu ini, sudah makan sayang?"
"Sudah, hari ini makan siang Nara mie ayam, tidak apa kan Yah?"
"Kenapa tidak nasi, sayang?"
"Nara lagi ingin mie, Ayah."
"Yasudah tidak apa apa. Obatnya sudah diminum?"
"Sudah, tadi sempat ke kelas sebelum kesini." Lalu, "Oh iya Yah, nanti pulang sekolah Nara izin ke makam Ibu, boleh?"
"Boleh, sayang."
Sampai akhirnya obrolan mereka terhenti karena Ayahnya sudah harus kembali bekerja.
Saat sedang asik asiknya menikmati udara sejuk, tiba tiba Nara mendengar suara rintihan orang kesakitan. Sontak ia berbalik mencari sumber suara tersebut.
Dibalik tumpukan kardus dapat cewek itu lihat sepasang sepatu putih dan kaki manusia. Dengan was was, ia melangkah maju mendekat, lalu bergumam pelan. "Ada orang kah selain gue?"
Dengan tekat yang kuat, Nara melangkah menghampiri kardus. Makin dibuat penasaran, mata ia seketika melotot saat mendapati cowok yang sangat ia kenal, sedang berbaring merintih kesakitan pada area pergelangan kakinya.
Segera Nara menghampiri, berjongkok di depannya, bertanya dengan nada khawatir. "Daffin, lo kenapa? Kaki lo sakit?"
Sedangkan Daffin diam dan merasa terkejut dengan kehadiran Nara yang tiba tiba.
Mata Nara membulat ketika melihat lebam dibagian kaki Daffin. "Astaga, ini kaki lo biru gitu, gue bantu bawa ke uks ya, biar lo diobatin. Ayo!"
Cowok itu tersenyum tipis melihat bagaimana Nara mengkhawatirkan tentang keadaannya. Ia senang, sangat sepertinya.
"Gue gapapa, ini karena kepleset aja pas tanding tadi."
"Tapi lebam gitu, ayo ke uks." Lalu, "Kalo lo gak mau gue anter, gue telfon Haikal atau Joni deh." Nara mengambil ponselnya, kemudian menghubungi Haikal.
Tangan Daffin hendak meraih ponselnya, tapi dengan cepat ia hindari. Karena saat ini Daffin harus benar benar diobati.
Daffin hanya tersenyum tipis, sambil menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah cantik Nara. Cewek itu terlalu sibuk dengan ponselnya, entah melakukan apa.