13

12.5K 715 35
                                    

"Ali." Kata Prilly.

"Hmm." Sahut Ali namun masih enggan untuk membuka matanya.

"Bangun dong." Suruh Prilly.

"Apa?" Ali dengan berat hati membuka matanya. Dia bisa melihat dari dekat wajah Prilly.

Cup...

Prilly membelalakkan matanya kaget, Ali mencium bibirnya secara tiba-tiba dan itu berhasil membuatnya kaget.

Prilly memukul lengan Ali pelan.
"Dih!"

Ali terkekeh saja dan kembali memejamkan matanya.

"Bangun heh!" Prilly menepuk-nepuk pipi Ali keras.

Ali menggeram kesal dan kembali membuka matanya.
"Udah berani nampar aku?" Katanya menatap Prilly tajam.

Prilly melihat tatapan tajam Ali menjadi menciut. "Bu-bukan gitu..."

Ali yang merasa bersalah melihat wajah takut Prilly, dia merubah ekspresi wajahnya menjadi tenang dan tersenyum.

"Kenapa sayang?" Ali menyentuh pipi Prilly lembut. Kedua matanya yang lentik itu terus memandangi wajah cantik istrinya.

Prilly menjadi salah tingkah.
"I-itu... Kamu kapan pulang?"

"Malam."

"Kok bisa masuk?"

Pertanyaan macem apa itu? Namun Ali kembali menjawab.
"Bisalah, ini rumahku."

"Kan sudah ku kunci."

"Kunci cadangan, ada padaku."

Prilly mengangguk mengerti.

"Huem... Ali."

"Apalagi?"

Prilly ingin mengatakan ini namun masih ragu-ragu.

Ali sempat menutup matanya lagi karena dia kemarin banyak pekerjaan menepuk di kantor. Belum lagi masalah keluarganya namun Prilly tidak tahu apa-apa biarlah itu menjadi urusannya.

Ali kembali membuka mata dan menatap lekat wajah Prilly.
"Mau ngomong apa?"

"Tidak jadi."

Ali mengerutkan keningnya bingung. "Kok?"

"Hmm."

"Kemarin Pricilla menganggumu lagi? Bukannya kamu sudah bersama temanmu? Siapa namanya?"

"Yasmine."

"Iya, itu. Lalu?"

Prilly menarik napasnya dalam-dalam, sepertinya dia memang harus cerita pada Ali. Bagaimanapun juga, mereka kini harus saling terbuka.

"Tibra mengatakan kepadaku-"

"Dia lagi?"

"Ali dengerin dulu dong."

Pengantin PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang