07

17.5K 863 28
                                    

"Kau sudah muntah sebanyak tiga kali Prilly. Kau baik-baik saja?" Tanya Tibra sedikit membantu wanita itu dengan memijit tengkuknya.

Prilly membasuh wajahnya dengan aliran air dan mematikan kera pada wastafel.
Dia juga tidak tahu mengapa muntah-muntah terus belum lagi kepalanya pusing.

"Mari kubantu."

"Terima kasih."

Tibra mendudukkan tubuh Prilly ke sofa di apertement milik Tibra. Sudah beberapa hari Prilly tinggal bersamanya.

"Aku baik-baik saja Tibra kau tidak perlu khawatir seperti itu." Ucap Prilly tersenyum.

Tibra menghela nafas panjang.
Dia menatap Prilly prihatin, dia sedih sekali melihat keadaannya.
"Luka lebammu masih belum hilang juga ya?"

"Ah itu pasti akan hilang dengan sendirinya Tibra. Tidak perlu di tungguin."

"Bagaimana bisa suamimu melakukan kekerasan? Kau tahu Prilly, aku sering mendapatkan kasus seperti ini. Kekerasan dalam rumah tangga dan pasti yang kena sasaran ya adalah wanita. Mengapa pria didunia ini kebanyakkan tolol. Menggunakan kelebihannya untuk melukai wanita apakah pria seperti itu tidak ada lawan yang lain selain wanita?"

Prilly hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Tibra.

"Suamimu memang pria banci. Ah kau harus secepatnya menggugat cerai suamimu itu kalau perlu penjarakan dia. Aku bisa membantumu dan ku yakin kau yang menang Prilly. Karena suamimu itu sudah bertindak kekerasan padamu."

"Tidak perlu melakukan itu padanya Tibra. Aku tidak ingin dia masuk penjara."

"Apa? Kenapa Prilly? Kau tidak perlu membayar jasa pengacara. Aku dengan suka rela membantumu tanpa bayaran."

"Bukan soal bayaran Tibra. Aku hanya ingin lepas darinya saja sudah itu membuatku merasa lega Tibra. Aku tidak ingin berurusan lagi dengannya. Kita bisa berpisah di pengadilan dengan damai tanpa harus saling membalas dendam."

"Tapi Prilly dia sudah memukulimu."

"Dia seperti itu karena menyimpan dendam pada Pricilla."

"Ya tapi kau bukan Pricilla. Ku rasa dia sudah tidak waras, dia gila Prilly. Manusia seperti dia harus diberi hukuman agar dia tidak mengulangi kesalahannya lagi."

"Aku sudah bilang, aku tidak ingin masalah ini di persulit lagi. Aku mohon Tibra, mengertilah."

"Huem, baiklah. Aku tidak akan memaksamu lagi untuk itu."

Prilly memijit pelipisnya sebentar. "Kepalaku..."

"Prilly!"

...

Tibra membawa Prilly kerumah sakit dan dia membantu wanita itu bersandar di ranjang rumah sakit.

"Aku kenapa bisa ada disini Tibra?"

"Kau tadi pingsan makanya aku bawa kesini. Kita tunggu kabar dari dokter dulu ya, dia lagi keluar sebentar katanya."

"Aku baik-baik saja Tibra, seharusnya kau tidak melakukan ini membawaku kesini. Ayo pulang saja."

"Tunggu sebentar Prilly... Kita tunggu dokter dulu ya. Ku mohon sebentar saja."

Pengantin PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang