song: Huh Gak - Hello
ENJOY READING
WARNING TYPO
Musim dingin datang terlalu cepat membekukan lagi bunga mawar yang telah segar diterpa matahari. Lilin dan juga lili putih selalu menjadi teman setia saat ia datang mengunjungi sang terkasihnya. Walaupun marigold menjadi lambang duka namun Edelweiss selalu mekar untuk wanita yang sudah berpulang itu.
Jeongguk menyatukan kedua tangannya lalu menutup matanya erat. Ia merapal kan doa dalam hati, berdiskusi pada Tuhan untuk terkasihnya itu. Pertayaan demi pertanyaan sempat ia lontarkan. Apakah wanita itu bahagia disana..? apakah Saejong masih berada disisinya saat ini. Jeongguk hanya ingin mengetahui pertanyaan itu.
Selesai dengan doanya ia masih terfokus disana, menatap senyum sumringah dirinya dan Saejong. Mereka saling merangkul dan ia ingat dirinya lah yang mengambil foto tersebut menggunakan kemera lawas pemberian ibunya.
Jauh – jauh Jeongguk mengenang masa lalunya tiba – tiba saja air yang tak ingin ia jatuhnya mengalir begitu saja, beberapa kali ia menahan namun rindu terlampau berat untuk ia redam. Ia sadar akan kepergian kekasihnya itu menangis pun percuma.
Setiap orang memang mengalami kesulitan, sama seperti dirinya yang sulit melupakan dan mencintai. Alasan terbesar Jeongguk untuk terus diam adalah rasa sayangnya terhadap sang kakak namun ia tak tau jika dirinya tak diinginkan oleh pria itu.
Jeongguk menatap lengan kurus yang sedang memeluknya pinggangnya ia tau itu siapa, pria itu tak berniat untuk menyapa sama sekali. Irene mengelus punggung Jeongguk, dalam diam wanita itu mengetahui jawaban dari hati pria gundah ini.
Ia melepas pelukannya lalu berdiri dihadapan Jeongguk, Irene melihat guratan menghitam dibawah matanya ia tersenyum lembut lalu mengelus rahang Jeongguk.
" kau mencintainya, " Jeongguk masih acuh dengan membiarkan matanya terfokus pada kumpulan awan
" kau senang saat ia bersamamu, kau mencarinya dan kau menyesalinya. Kusarankan untuk pergi dan mengatakan semuanya sebelum pernikahan itu benar – benar terjadi.." Irene masih tersenyum
" kau yakin sekali, aku tak menyimpan semua itu.." Irene terkekeh mendengar ucapan Jeongguk, masih jual mahal eoh..
" apa kau merasa kosong ..? apa makanan kantin kantor sudah masuk kedalam perutmu..?" Jeongguk mengangkat sudut bibirnya
" aku selalu makan, makanan itu jika kau lupa.."
" salah Jeongguk, kau selalu makan makanan buatan Yerim. Ia rajin mengirim makan siang untukmu dan sekarang sudah berbeda ia membuatkan makan siang untuk Taehyung.." Irene menjelaskan sambil menatap mata bambi Jeongguk yang tadinya mekar kini perlahan layu
" kembalikan ke tempatnya sebelum Taehyung benar – benar membelah meja menjadi dua.." Irene tersenyum
Jeongguk hanya terdiam, sampai seperti itu. Sampai seperti itu Yerim memperlakukannya sedang dirinya..? menolak segala hal hanya karna sebuah rasa egois lihat Yerim bahkan sudah mengalah wanita itu sudah berusaha bertindak sesuai porsinya, ia berusaha terus berusaha untuk memenangkan hatinya namun ia masih bersikap acuh seolah semuanya hanya angin lalu. Pantas saja Yerim menyerah dan memilih Taehyung yang notabene segaja mendekati wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
(JUNGRI) Platinum RING
FanfictionKetika rasa itu datang, tak akan ada yang bisa memprediksi apakah rasa yang telah tertanam itu menjadi benih yang menumbuhkan sebuah hubungan. terkadang beberapa hal terpikir olah otak tak sesuai dengan jalannya hati. Namun sebuah rasa yang dicipt...