Part IV

6 4 0
                                    

Happy reading!
~~

"Mbak Yaya!"

Tok! Tok! Tok!

"Mbak! Buka dong pintunya!"

Aku menggeliat kasar. Membuka mata malas-malasan ketika mendengar suara Rahayu dengan tenaga paginya mengetuk pintu kamarku.

"Ya!" balasku sengit.

Aku melangkah gontai menghampiri pintu dan memasukan kunci kemudian memutarnya. Pintu terbuka, Rahayu melongokan kepalanya. Gadis itu nyengir kuda dan terkekeh kecil. Aku menguap melihatnya.

"Mbak Yaya nggak ada jadwal kah?" tanya Rahayu.

"Ada." Aku melenggang menuju lemari dan mengambil beberapa helai pakaian ganti. Pergi menuju kamar mandi dan menikmati dinginnya air.

Lima belas menit kemudian, aku kembali ke kamar dengan perasaan yang lebih baik. Namun kantuk masih belum pergi. Aku merasa tidurku tak pernah cukup tiap kali kuliah dimulai.

Kuaktifkan hotspot dan kunyalakan laptop. Setelah tersambung internet, barulah aku mulai membuka classroom. Whatsapp kubuka versi web dan dapat kulihat ada chat dari sosok yang baru-baru ini jadi sasaran empuk Rahayu untuk dijaili.

"Masmu nge-chat nih, Yu. Mau bales nggak?" tanyaku.

Rahayu yang tengah mengerjakan tugasnya langsung mendongak dan mengiyakan dengan semangat. Aku terkekeh melihatnya. Kuangsurkan laptopku dan gadis itu mulai membalas pesan dari Panggih.

"Aku ke bawah dulu ya, mau goreng telur."

Kali ini, aku sudah punya stok telur untuk digoreng. Aku juga sudah membeli mi instan yang iklannya dibintangi oleh Siwon Oppa. Aku jadi pecinta mi instan akut semenjak jadi anak kos.

Jika mama tahu, sudah pasti semua mi instanku akan disita. Wanita berumur 38 tahun itu tak suka bila aku mengonsumsi junk food. Selain karena buang-buang duit, junk food kadang membuat datang bulanku jadi tak lancar. Itulah alasan mengapa mama melarang keras anak-anaknya mengonsumsi junk food. Jika masih berada di rumah, aku hanya diperbolehkan makan mi instan satu kali selama sebulan.

"Mbak! Masnya lucu ih! Bikin aku pengin jailin dia terus."

Teriakan Rahayu terdengar sampai lantai satu. Mengundang kekehan geliku. Panggih memang menggemaskan. Dia pemuda yang ... hmm, bagaimana ya menjabarkannya? Untuk saat ini, anggap saja dia pemuda manis dan menggemaskan. Karena memang begitu yang kulihat baru-baru ini.

Yang kutahu sebelum sedekat ini, dia sosok yang dewasa dan mengayomi yang lebih muda darinya. Tipe-tipe husband-able versi yang baik-baik. Ah, kenapa aku jadi memikirkannya? Lupakan! Aku mau menikmati telor gorengku.

"Mbak nggak makan pakai nasi?"

Pertanyaan Rahayu membuatku seketika teringat bahwasanya aku belum memasak nasi. Aku berdecak pelan dan langsung berlalu untuk mencuci beras. Haish, ini adalah hal yang kubenci ketika punya perasaan yang hangat. Aku bisa jadi pelupa untuk beberapa saat.

-

"Hoam." Kututup mulutku yang kembali menguap untuk kesekian kali. Jam menunjukkan pukul 2 siang. Dan dosen mata kuliah ppd-ku bilang, ia akan memulai kuliah jam setengah 2. Hm, lagi-lagi telat.

Grup kelas sudah ramai karena sibuk mengghibah bahkan mengumpati dosenku. Selain karena membuat kami--para mahasiswanya--menunggu lama, ia juga tak segan-segan memberikan tugas ber-deadline mempet.

Rahayu tengah menikmati tidur siangnya, membuat diriku iri saja. Kuputuskan untuk membuka whatsapp dan ternyata ada chat dari Panggih. Mataku mengerjap pelan, aku lupa belum membalas pesannya.

Kamu & Tugas Dari Semesta [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang