Part V

3 4 0
                                    

Happy reading!
~

Aku menatap langit yang mendung sore ini. "Ujan nih pasti," ujarku.

Pakaian yang kugantung akhirnya kupindahkan ke jemuran yang terlindungi dari hujan, meski tak aman dari angin. Aku kembali ke kamar dan mengecek laptop yang semenjak tadi memang menyala. Bibirku bergumam mengikuti irama lagu milik Everglow.

"Lho-lho." Aku mendadak panik sendiri ketika melihat ikon batre laptopku tak bertanda sedang charger. Jemariku dengan sigap menekan saklar lampu yang ternyata tak membuat lampu menyala.

"Aah!" desahku sebal. Aku menutup pintu kamar dan menguncinya. Kakiku langsung bergerak menuruni tangga menuju lantai satu. Tepat saat aku sampai di depan kamar Rahayu, hujan langsung menyapa dengan derasnya.

"Yu!"

Tok! Tok! Tok!

"Ya, Mbak?" sahut Rahayu.

Aku menarik gagang pintu ke bawah dan membuka pintu kamar Rahayu. Kulongok sedikit dan menemukan Rahayu tengah menatap layar ponsel.

"Mati listrik atau kehabisan pulsa?" tanyaku.

"Abis, Mbak. Mbak Yaya yang chat gih," pinta Rahayu.

Aku mendengkus pelan namun tetap menuruti pintanya, karena aku sendiri juga butuh listrik. Apalagi ketika hujan sudah menyapa dengan sebegitu derasnya. Enaknya, duduk di kamar dan menonton film.

Aku melangkah memasuki kamar Rahayu dan duduk di kasur yang satunya. "Malesin banget kalo lagi kayak gini," gumamku.

Kost Putri Kenari

Yaya : Pak listriknya habis

Ting!

"Langsung dibalas kah?" tanyaku. Namun yang kulihat justru Dwisila yang mengirim pesan. Hm, ada apalagi sekarang? tanyaku dalam hati.

Dwisila PF : Hmmmnm
Dwisila PF : Aku udah jadian ☺☺☺
Yaya : Wiiihh
Yaya : Jadi, pj ku sama Rahayu sudah disiapkan?

"Yu, Mbak Sila jadian nih. Minta pj kuy!" ujarku pada Rahayu.

"Wah, kok bisa sih? Gimana ceritanya? Ini bener apa bohong nih? Mbak Sila kan tukang php. Minggu lalu aja, nggak jadi ngajak mbak yaya keluar. Padahal mbak yaya udah rapi."

Aku jadi teringat betapa menyebalkannya tingkah Dwisila. Gadis itu dengan seenaknya membatalkan janji, disaat aku sudah rapi dan tinggal berangkat. Bahkan, dia pernah begitu saja tak memberi kabar, membuatku menunggu-nunggu bak orang tak punya kerjaan. Hish, menyebalkan.

Dwisila PF : Tadi kan tlfnan pas mau matkul ppd.. eh dia ngomong dek mau enggak pacaran sama aku. 😂😂😂
Dwisila PF : Terus aku jawab.
Dwisila PF : Jadi deh kita

Aku dengan lancar membacakan balasan pesan dari Dwisila.

"Tanda-tanda kejujuran nih pasti," tanggap Rahayu.

"Tapi masa iya nembak lewat telfon? Nggak gentle amat jadi cowok. Kenapa nggak langsung samperin ke kos aja. Ajak keluar, jalan-jalan, makan bareng, abis itu bahas hubungan, hmm?" ujarku bertanya-tanya sembari mengelus daguku dengan ibu jari dan jari telunjuk.

Kamu & Tugas Dari Semesta [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang