Mata bulat itu mengerjap perlahan menyesuaikan cahaya yang menyambutnya. Rasa sakit yang mendominan itu mulai ia rasakan seiring kesadarannya kembali utuh.
"Hey... kau bisa mendengar ku?"
Gadis berponi itu kembali membuka mata dengan sayu, melirik pada sisi kirinya dan mendapati Jungkook di sana.
"Hi princess Anna. Maafkan Kristoff karena tidak dapat menyelamatkan mu"Jemari Jungkook bergerak menggenggam erat tangan Lisa saat gadis itu membalasnya dengan lemah.
"Appo? Aku bodoh bukan karena menanyakannya? Pasti rasanya sangat sakit, begitu sakit sampai kau tak sadar telah datang pada orang yang selalu menoreh luka pada hati mu"
Lisa paham maksud dari ucapan sahabatnya itu "Nan... gwenchana"
"Kenapa kau lebih memilihnya dari pada aku? Kenapa kau mendatanginya setelah menyuruh ku menjemput gadis itu? Wae?"
"Dia kakak ku Jungkook. Sebesar apa-pun rasa bencinya terhadap ku tak akan pernah bisa memutus hubungan darah di antar kami"
Pria Jeon itu menghela nafasnya panjang
"Kau bilang ingin melakukan saran ku. Nyatanya kau masih memikirkan kembaran mu yang tak tahu diri itu""Itu... kewajiban ku"
"Lalu dimana kewajibannya terhadap mu? Kau terlalu suci Lisa, kau bukan manusia"
Pria Jeon itu bangkit meninggalkan Lisa yang meringis menahan sakit. Sakit pada hati dan fisiknya.
•
•
•
•
Jungkook mengepal tangannya kuat mengingat ucapan gila yang tak seharusnya Soo Hyun ucapkan beberapa jam yang lalu padanya.
"Lisa sedang kekurangan darah, golongan darahnya langka dan hanya Rose yang sama. Dia hanya membutuhkan satu kantung tak lebih, tidak kah kau memiliki rasa simpati sedikit saja pada putri bungsu mu?"
Soo Hyun berdecak kesal menatap Jungkook "Tapi keadaan Rose pun sedang menburuk, dia bisa—"
"Dia hanya pura-pura!"
Pria Cheon itu terteguh mendengar suara menggema Jungkook yang tiba-tiba saja memenuhi koridor "Jika sampai terjadi sesuatu pada Lisaku, aku akan datang pada mu sebagai malaikat maut!"
Pria Jeon itu selalu mempertahankan rasa hormat dan sopannya pada orang yang lebih tua darinya.
Tapi untuk kali ini, semua rasa itu ia buang jauh. Begitu jauh sampai ia lupa bahwa di hadapannya itu adalah ayah dari sahabatnya.
"Keadaannya baik-baik saja?" Mata hitam Jungkook bergerak melirik Jisoo yang nampak kacau.
"Kau peduli? Sejak kapan?"
"Appa ku yang mendonorkan darahnya untuk Lisa karena Rosé tak bisa melakukan itu untuk sekarang"
Tawa remeh itu terdengar membuat Jisoo memilih diam "Untuk sekarang? Memangnya sejak kapan dia berada di sisi adiknya? Tak pernah, bahkan kalian bertiga pun begitu bukan? Berdoa saja agar tuhan tak mencabut nyawa Lisa lebih cepat. Karena saat itu tiba, akan ku bunuh kalian semua"
Jisoo membisu di tempatnya. Ancaman Jungkook bukanlah sebuah omong kosong. Pria itu sudah membuktikan seberapa setianya ia pada Lisa.
Dan Jisoo tak yakin jika kata-kata yang baru saja terucap hanyalah sebuah ancaman "Aku lupa jika keluarganya juga mafia yang bekerja di sektor negara"
KAMU SEDANG MEMBACA
Look At Me ✔
FanfictionJalan takdir itu tidak pernah bisa di tebak. Ada kalanya dimana roda kehidupan berputar, membalik sesuatu yang semula hanya bayangan menjadi sebuah penyesalan.