Gadis bermata kucing itu terdiam sesaat setelah matanya tanpa sengaja melihat Jisoo yang terdiam di meja makan seorang diri.
"Jennie? Kau akan ke kantor?"
"Aniyeo, aku akan menjemput Lisa. Hari ini dia boleh pulang"
Kaki mungilnya hendak melangkah untuk pergi sebelum suara kakaknya itu kembali terdengar "Jennie, aku tahu kau marah pada ku karena kejadian Lisa kemarin. Mianhae~"
"Aku tidak marah, hanya saja... bagaimana bisa kau berfikir untuk membunuh adik mu sendiri, eonni?"
Putri kedua Cheon Soo Hyun itu berbalik menatap kakaknya dengan lirih "Dia hanya gadis polos berhati malaikat yang selalu sabar menghadapi kita. Dia tak pernah marah atau bahkan membenci kita. Tak pernah eonni, tapi kau berfikir untuk membunuhnya?"
"Kau benar. Aku sudah menemui dokter Choi, dia bilang bahwa aku mengidap psikosis. Karenanya aku sulit membedakan kenyataan dengan fikiran pribadi ku. Mianhae, jeongmal mianhae"
Jennie terdiam, tak satu pun kata keluar dari mulutnya. Sebelum gadis itu mengambil langkah lebar menghampiri kakaknya dan memeluknya erat.
"Kenapa kau tidak menceritakannya pada ku jika kau memiliki beban? Aku akan berdiri bersama mu untuk menyelesaikannya bersama eonni, tidak seperti ini"
Putri sulung Cheon Soo Hyun itu menunduk. Merasa senang dan sedih dalam waktu bersamaan "Eonni, jangan seperti ini. Aku tahu kau merasa bahwa menjadi anak pertama memiliki tanggung jawab yang besar. Tapi bukan berati kau tidak boleh membaginya bersama adik-adik mu"
"Jennie~ya mianhae" Jisoo menangis.
Untuk pertama kalinya Jennie melihat air mata kakaknya itu turun di hadapannya "Eonni~"
"Aku hanya takut apa yang Seulgi alami terjadi pada kita. Aku tak ingin Lisa menjadi gadis yang tak terkontrol karena merasa iri pada Rosé. Semua yang ku lakukan hanya bermaksud untuk melindunginya, aku tak sadar bahwa ia tersakiti karena perlindungan ku"
Gadis bermata kucing itu ikut menangis, melihat bagaimana kerasnya Jisoo menanggung beban seorang diri selama ini membuat dirinya ikut merasa bersalah.
"Aku kejam padanya karena dia adik ku. Aku menangis ketika dia menangis, melihat bagaimana appa dan eomma yang jauh lebih memperhatikan Rosé karena gadis itu membutuhkannya"
Keduanya terduduk di lantai mansion dengan tangis. Tangan mungil Jennie bergerak menggam erat tangan kakaknya yang bergetar.
"Tapi saat melihatnya tumbuh menjadi sosok yang kuat dan tangguh. Aku sadar terkadang rasa sakit adalah jalan terbaik untuk membuat seseorang menjadi kuat dan tangguh. Aku hanya hanya takut dia tumbuh menjadi gadis yang manja dan keras kepala seperti Rosé. Terlebih dia adalah anak bungsu"
Jennie mengangguk paham. Ia paham, sangat paham dengan apa yang kakaknya itu coba jelaskan padanya.
"Keinginannya atas kasih sayang dan perhatian akan jauh lebih besar dari pada kita bertiga. Alasan itu memang bodoh untuk ku gunakan. Tapi hanya itu satu-satunya tujuan ku memperlakukannya dengan kejam dan keras. Aku... jauh lebih menyayanginya dari pada Rosé"
Jisoo menunduk. Ia tak pernah menyangka bahwa kalimat itu dapat keluar dari mulutnya. Terlebih di hadapan Jennie, dengan keadaan seperti ini.
"Aku... keras padanya agar dia menjadi adik ku yang paling kuat dan tangguh dalam setiap situasi. Dia tersakiti atas ku. Tapi percayalah batih ku ikut tersiksa melihatnya menangis karena ku. Jika saja tuhan memberikan ku kisah hidup yang berbeda. Mungkin Lisa akan tumbuh seperti Rosé. Manja, keras kepala dan haus akan kasih sayang dan perhatian"
KAMU SEDANG MEMBACA
Look At Me ✔
FanfictionJalan takdir itu tidak pernah bisa di tebak. Ada kalanya dimana roda kehidupan berputar, membalik sesuatu yang semula hanya bayangan menjadi sebuah penyesalan.