;engaged

431 74 24
                                    

xiaojun turun dari mobilnya dan menghela napas seraya mengeratkan tas gendongnya, ia memandang gedung tinggi sekolahnya dengan tatapan malas.

"dejun!" seseorang memanggilnya membuatnya menoleh ke arah suara dan mendapatkan tatapan hangat dari teman 'seperjuangannya', na jaemin.

ia lantas mengurungkan niatnya untuk berjalan ketika mendapati temannya baru turun dari mobil pribadi yang berbaris tepat di belakangnya. "hey! how was yesterday?" dengan nada riang pemuda itu bertanya. ia mengangkat bahu sebagai jawaban dan temannya itu hanya mengangguk-angguk merespon.

"kau tahu tidak? mark lee baru saja menyatakan cintanya pada lee donghyuk!" dejun mengernyitkan alisnya ketika mendengar itu, bingung. "benarkah? maksudnya umm, mereka 'kan ...."

jaemin mengangguk, "exactly! dalam pohon keluarga, mereka masih sedarah meski itu adalah nenek moyang dari nenek moyang mereka yang menjadi ipar."

"sudahlah, omong-omong, kapan kau ada jadwal latihan lagi?" jaemin terlihat berpikir, "ummm, sepertinya masih minggu depan, memangnya kenapa?" xiaojun tersenyum mendengarnya dan lantas mendekatkan mulutnya ke telinga jaemin, membisikan sesuatu.

ketika jaemin sudah mendengar apa yang dejun sampaikan, ia terlonjak, "kau gila?!" xiaojun hanya memasang wajah tidak peduli dan berucap, "atau tidak lee jeno—"

"—ck, iya! iya!" xiaojun tertawa mendengar temannya mendumal, lantas mereka melanjutkan jalannya ke arah loker untuk menyimpang barang bawaan, barulah menuju kelas masing-masing.

═════════════════

suara biola melantun dengan indah di salah satu ruangan kedap suara di gedung tersebut, dengan hati-hati seorang pemuda lainnya mengendap-endap menghampiri sang pemain, "hei!" alunan musik itu terhenti dan wajah datar yang didapatkan oleh jaemin, pemuda yang mengendap-endap tadi.

jaemin akhirnya duduk di kursi piano dan memerhatikan xiaojun, sang pemain biola. ia mengedarkan pandangannya melihat-lihat ruang musik ini, "ini masih istirahat pertama tapi kau sudah berduka ria, ada apa?"

xiaojun menghela napasnya, temannya ini memang tau, jika ia bermain biola di luar jam latihannya, artinya ia sedang dalam keadaan tidak baik. "lucas, huh?" xiaojun masih diam dan hanya memandang kosong alat musik tersebut.

jaemin tersenyum kecil melihatnya, "aku tahu kau benar-benar tidak suka padanya, tapi cobalah untuk membuka hati, maksudku, kalian akan bersama hingga akhir hayat kalian, dan fakta itu tidak bisa dibantah." ya, lucas adalah tunangan yang keluarganya beri untuknya.

bukan, lucas tidak kasar atau pun menyebalkan. sebaliknya, lucas adalah pemuda manis dengan sikapnya yang lembut, hanya saja, ia tidak bisa menyukainya dalam aspek apa pun. kalau ditanya, ia pun bingung.

"jaemin," jaemin menolah ketika ia dengan iseng memainkan tuts piano di sana, "kau, pernah ada konflik batin ketika tahu kau dijodohkan dengan jeno?"

jaemin menghela napas dan menunduk, memberi tatapan sendu pada gelangnya, pemberian jeno beberapa tahun lalu, "hingga saat ini pun, aku masih mempunyai konflik batin ketika sadar bahwa aku dan jeno akan menikah di masa depan."

xiaojun mengernyit bingung, jeno dan jaemin sejak kecil adalah teman baik. bahkan saat mereka masih berada di taman kanak-kanank, di mana ada jeno maka akan ada jaemin begitu pula sebaliknya.

"pasti kau bingung. tapi, rasanya sangat janggal ketika aku tahu perasaan yang telah kupendam untuknya akhirnya terealisasikan, mengabaikan fakta jika jeno pernah berkata bahwa ia menyukai orang lain, hingga sekarang." xiaojun tidak akan mengira bahwa hubungan keduanya begitu rumit.

kaleidoskopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang