;what i've been through

229 46 14
                                    

sedang asyik-asyiknya ia mengajarkan anak-anak di sana membaca, ponselnya berdering, ah, panggilan dari jaemin. ia ijin kepada moonbin untuk mengangkatnya.

ia memisahkan diri dan mengangkatnya, "halo? dejun? kau di mana? aku tidak melihatmu di kedai."

xiaojun sendiri bingung, karena ya ia tidak terlalu hapal dengan lingkungan ini. jalan ke sini pun ia tidak ingat sama sekali, "um, sebentar. tunggu di sana jaemin."

xiaojun melihat sekitar, mencari yang sekiranya bisa ia ganggu untuk setidaknya memberi tahu jalan untuk kembali ke kedai, "yangyang!" yangyang yang sedang sibuk dengan anak-anak langsung mendongak mengangkat alisnya, bertanya apa maksud xiaojun memanggilnya.

xiaojun akhirnya melambaikan tangannya, meminta yangyang menghampirinya. "jaemin berada di kedai, dan sepertinya aku harus pulang. bisakah kau mengantarkanku ke sana?"

yangyang mengangguk antusias, "baik akan aku antar." akhirnya mereka meninggalkan gedung tersebut berdua dengan yangyang.

"aku tidak menyangka orang seperti kalian bisa berbaur dengan kami, kau tau maksudku." xiaojun tertawa kecil, "sebenarnya kami pun tidak sepemilih itu dalam berteman, tapi ya karena keadaan kami selalu dipandang jelek."

yangyang terlihat menggaruk tengkuknya, "kak dejun, sepertinya aku menyukai kak jaemin."

xiaojun berhenti dan menatap punggung yangyang, menyadari bahwa xiaojun tiba-tiba berhenti membuatnya menengok ke belakang.

"wah, aku benar-benar tidak menyangka." xiaojun akhirnya kembali berjalan, masih dengan wajah bingungnya.

yangyang tersenyum canggung, "aku benar-benar tidak pernah melihat seseorang sepertinya dan seperti dirimu. maksudku hey, kalian berdua memakai pakaian seharga langit tapi dengan polosnya datang ke kedai tua dan kecil milik ibu hendery dan kau bahkan mau saja mengikuti kami ke gedung tua itu."

yang lebih tua mengangguk maklum, "pandangan orang-orang terhadap orang-orang seperti kami ternyata seburuk itu."

"tidak maksudku, aku masih tidak percaya berteman dengan kalian." xiaojun menggelang, "tidak apa, kami sudah biasa diperlakukan seperti itu."

yangyang memasang wajah bersalah, tapi ia diam, karena tidak tau harus menjawab apa.

di dalam pikiran xiaojun, ia bimbang, perlukah ia memberi tahu bahwa jaemin sudah mempunyai tunangan atau tidak. karena di satu sisi ia tidak ingin yangyang terluka tapi ia juga tidak ingin berbohong.

mungkin ia bisa memberi tahu yangyang jika ia sudah siap dan ia juga harus membicarakan ini dengan jaemin, karena ini termasuk privasi ya meski pun berita bahwa anak keluarga lee dan na digembor-gemborkan akan menikah.

xiaojun mengingat sesuatu dan terlihat ingin menyampaikannya pada yangyang, "yangyang, bolehkah aku bertanya sesuatu?" yangyang menengok ke arahnya dan mengangguk.

"tadi pagi, ada apa sehingga aku melihat beberapa aparat di daerah sini?" air muka yangyang berubah, rahangnya terlihat mengeras.

setelahnya yangyang menundukan kepalanya dan terlihat sedih, "akan ada penggusuran ..."

xiaojun diam, ia benar-benar tidak tahu harus seperti apa, "mereka bilang dalam beberapa bulan jika daerah ini tidak dikosongkan mereka akan menggusur paksa."

"maaf."

yangyang kaget, ia heran kenapa tiba-tiba xiaojun berkata seperti itu. "maksudku, oknum yang melakukan ini pasti tidak jauh dari orang-orang sepertiku, maaf."

"tidak-tidak, jangan menyalahkan dirimu, ini bukanlah salahmu sama sekali. lagipula kau tidak berwenang dalam hal ini kan?"

dan xiaojun hanya diam.

═════════════════

dengan lunglai xiaojun membuka pintu mobilnya dan berjalan masuk ke rumahnya, sungguh hari yang menyenangkan juga melelahkan. hari ini ia belajar banyak dan tahu dari hendery dan teman-temannya.

tadi, sehabis menemui jaemin, mereka langsung pulang dan ya, tidak terjadi apa-apa. tidak ada drama jeno memberhentikan mereka di tengah jalan, tidak.

ia mengernyit ketika samar-samar mendengar dentingan piano dimainkan, itu adalah Clair de Lune milik Debussy. jelas ia mengetahui siapa yang memainkannya, kakaknya sendiri.

lantas seorang pelayan lewat dan xiaojun bertanya bila kakaknya berada di ruang musik atau tidak melalui isyarat, dan ia mendapatkan jawaban ya.

dengan beberapa pertimbangan akhirnya ia dengan perlahan masuk, dan mendapati kakaknya memainkan piece itu dengan khidmat, menghayati dan ia juga bisa melihat kesedihan di antara denting piano yang dimainkannya.

"kak taeyong," taeyong berhenti dan menghela napas, ia hanya diam, menengok pun tidak.

xiaojun mendekat, memang sejak dulu hubungan keduanya tidak pernah baik, mereka tidak pernah mengobrol selayaknya kakak-adik. waktu mereka dihabiskan untuk berkompetisi untuk menjadi yang paling sempurna, karena saat besar nanti, mereka tahu akan bersaing untuk membanggakan nama keluarga, tradisinya memang seperti itu.

xiajun berhenti tepat lima langkah dari punggung sang kakak, "selamat atas pengangkatanmu."

brang!

taeyong membanting tuts pianonya dan segera berdiri menghampiri adiknya lalu menarik kerah seragam yang lebih muda, "kau sampah tidak tahu diri menyelamatiku seperti itu."

sebagai perlawanan, xiaojun mencengkram lengan kakaknya yang mencekiknya, "kau tidak pernah tahu apa yang harus aku hadapi menjadi seperti ini!" dengan nada rendah dan penuh penekanan taeyong memakinya.

"kau juga tidak tahu bagaimana rasanya ditekan untuk menjadi yang terhebat!" air mata xiaojun memanas, tidak ia bahkan harus melakukan diet di umurnya ke tiga belas.

"kau bahkan tidak pernah merasakan tekanan yang aku haru hadapi semenjak aku dilahirkan!" tidak juga, ia harus rela dijodohkan dengan orang yang bahkan ia tidak cintai.

"kau bajingan kecil tidak tahu diri!" air matanya jatuh, ketika ingat ia dimaki oleh guru mannernya ketika tidak sengaja membuat suara ketika kelas table manner.

"KAU JUGA TIDAK TAHU APA YANG AKU LEWATI SELAMA 17 HIDUP!" akhirnya ia berteriak, taeyong sadar dan cengkramannya lepas, xiaojun tidak terisak, tapi air matanya terus mengalir.

ia mendongak dan menatap kakaknya tajam dengan air matanya yang berurai, "kau tidak tahu aku mengalami eating disorder selama bertahun-tahun hingga kini, karena diet sialan itu!"

keduanya terdiam, menenangkan diri dan menstabilkan napasnya masing-masing.

pintu terbuka dan di sana sudah ada beberapa pelayan yang terlihat panik dan kaget, "tuan dejun! tuan taeyong!"

akhirnya mereka memisahkan sang adik-kakak yang saling menatap datar.

dengan tidak sadar, mereka menyakiti satu sama lain, iri terhadap satu sama lain. karena kurangnya komunikasi antar sesama.

tbc.

hi! sorry for being ia, been busy and stressing over assignments since mid-term period is happening. gonna do double update so wait for it!

sincerely, jenosette.
²⁶ ⁰⁹ ²⁰

kaleidoskopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang