xiaojun menghela napasnya ketika melihat para suruhan ayahnya sedang menunggunya di pintu masuk lapangan khusus untuk memanah. ia sedang menunggu jaemin latihan dengan menopang dahunya di salah satu tribun.
lelaki itu mengangkat lengannya, melihat ke arah jam tangannya dan jam menunjukan pukul 5 sore, biasanya jam segini ia dan jaemin sedang bermain di kedai milik ibu hendery.
ia kembali menatap tajam dua orang itu dan mendecih, tidak percaya atas apa yang ayahnya perintahkan kepada orang suruhannya. "dejun, kau memikirkan apa?" tak disadari jaemin sudah selesai dan ia menghampiri xiaojun dengan perlengkapan memanahnya.
xiaojun menggeleng, "tidak, hanya saja," pandangannya menuju kedua orang itu, "menyebalkan sekali melihat mereka." jaemin hanya tertawa. "ya mau bagaimana pun ada konsekuensi yang kita dapat karena ketauan kemarin." jaemin bereaksi.
jaemin duduk di sebelahnya ketika sudah melepaskan seluruh atribut memanahnya dan menyimpannya di bangku lain, "ketika seperti ini, aku sadar bahwa nasibmu dan aku benar-benar menyedihkan."
"absolutely."
mereka berdua hanya duduk dan menikmati angin sepoi-sepoi di sore hari, tapi pikiran xiaojun terlempar ke foto hendery, ibunya dan seseorang yang sangat familiar baginya, ia mengernyit, mencoba mengingat-ngingat siapa itu.
"jaemin, kau ingat marga hendery tidak?" jaemin menengok ke arah xiaojun dan ikut berpikir, "setahuku huang, kenapa?"
setelahnya xiaojun berpikir dan mengingat sesuatu lantas berdiri, "jaemin, antarkan aku ke rumah lucas."
jaemin mengernyit menatap xiaojun yang berdiri membelakanginya, dan jaemin terlihat berpikir. "astaga xiaojun itu tidak mungkin!"
═════════════════
dan di sini xiaojun, berada di ruang baca milik lucas, karena ternyata tunangannya itu sedang belajar, "lucas," xiaojun terlihat gugup.
pemuda itu menelan salivanya sendiri untuk menjeda, "apakah kau mengenal seseorang yang dipanggil hendery?"
gerakan menulis lucas tiba-tiba berhenti dan dirinya menatap balik tunangannya itu, "kau mengenal nama itu dari mana?"
"hanya pernah mendengar saja, jadi kau mengenalnya atau tidak?" lucas menghela napas tapi xiaojun bisa melihat gurat kegugupan dari wajah tegas itu, "tidak, dalam garis keturunan wong, hanya aku anak mereka."
xiaojun akhirnya mengangguk, "kau ke sini hanya menanyakan itu?"
"ya, dan lagipula aku dan jaemin bosan. kau tahu kami tidak bisa ke mana pun kecuali rumah, sekolah, tempat les, dan rumahmu. aku pamit." xiaojun akhirnya berjalan keluar dan meninggalkan lucas.
setelah lucas memastikan sang tunangan sudah pergi dari ruangan itu, ia mengeluarkan ponselnya, menelepon seseorang. "ayah, kenapa xiaojun bisa mengetahui nama hendery?"
dan diam-diam xiaojun mendengarkannya dari celah kecil di pintu dan memerhatikan pembicaraan lucas dan ayahnya melalui telepon.
═════════════════
"jadi maksudmu kau melihat potret tuan wong, hendery dan ibunya di kamar hendery?" jaemin berujar sambil jarinya sibuk menggambar di meja belajarnya. sedangkan xiaojun sedang tiduran di kasur jaemin dan menatap langit-langit kamar temannya itu.
xiaojun mengangguk, "ya, itu benar-benar mengganjal." xiaojun merubah posisi tidurnya, menatap punggung jaemin yang sedang serius dengan kegiatannya.
"aku mencoba menyatukan teka-teki ini tapi selalu berakhi—"
"berakhir dengan kesimpulan bahwa hendery dan lucas adalah saudara?" xiaojun menghela napas dan mengangguk, "iya, itu adalah pemikiranku."
KAMU SEDANG MEMBACA
kaleidoskop
Fanfictiona henxiao fanfiction. mereka mencoba membuat warna baru di kehidupan masing-masing.