;suffocate

200 48 15
                                    

xiaojun duduk termenung semenjak semua pelayannya meninggalkannya di kamarnya sendirian, ia lantas tersenyum lirih dan ketawa kecil. tetapi tawa itu makin lama makin besar, bahkan ia menitikan air mata kembali.

rasanya lucu sekali ketika mengetahui kakaknya merasa iri terhadap kehidupannya ketika ia harus menguasai segala hal dari pelajaran, musik, manner bahkan ia harus memperindah diri semenjak dini.

rasanya sesak sekali ketika ia bahkan tidak mempunyai masa kecil yang indah layaknya anak-anak lain.

ia menegok ke arah nakasnya dan memandang lirih obat-obatan yang menumpuk di sana, orangtuanya bahkan tidak peduli dengan penyakit yang ia miliki, hanya beberapa pelayan dan supirnya saja yang benar-benar peduli.

tak disadari air mata menetes kembali dan ia hanya duduk dipinggir kasur, meski rasa perih di perutnya menyerang, ia baru makan sekali, ketika sarapan hari ini.

ia benar-benar tidak tahu sejak kapan dirinya seperti ini. segala hal terjadi begitu cepat, ia tidak pernah mempunyai selera makan, emosinya kadang meledak-ledak tanpa ia sadari, malam-malam ia lewati seperti mimpi buruk.

xiaojun mengedarkan pandangannya ke seluruh sisi kamarnya, di pojok sana, ketika ia melukai dirinya sendiri karena tidak bisa menyelesaikan satu soal fisika. di lemari itu, ia bersembunyi ketika panik tiba-tiba melanda hanya karena perasaan takut ditinggalkan bila ia tidak sempurna.

kepalanya menjadi pening, ingatan-ingatan buruk itu muncul layaknya kaset rusak. ketika kedua orangtuanya bertengkar memecahkan vas kesayangan neneknya karena saham tiba-tiba turun.

ketika kakaknya menatap benci dirinya sehabis dipukuli habis-habisan oleh ayahnya karena tidak mengerti salah satu grafik perusahaan.

ketika ibunya membentaknya karena berat badannya naik 50 gram.

ia memejamkan matanya, berusaha menghilangkan bayangan itu dan seketika perasaan mual menyerang dan ia bergegas berlari ke kamar mandi. berusaha memuntahkan sesuatu dari perutnya meski ia tahu belum mengonsumsi apa pun semenjak 10 jam yang lalu.

napasnya mulai tenang dan ia mendongak. pandangannya buram akibat air yang terkumpul di pelupuknya, menatap dirinya yang kacau dengan bekas kemerahan di sekeliling lehernya.

ah, ia memerlukan cutternya.

═════════════════

xiaojun terlonjak ketika ia terbangun, meski baru sekali ia bangun tidur, rasanya lelah sekali. kepalanya pusing karena terlalu lama menangis, tetesan darah bercucuran di kasur dan lantainya. haruskah ia bolos rasanya muak sekali, apalagi hari ini ada rangkaian pelatihan yang harus ia datangi, sialan.

ia memeriksa ponselnya, masih sangat pagi. baiklah untuk hari ini saja ia akan membolos, karena setidaknya sekarang ia mempunyai tempat untuk kabur. dan sepertinya mengajak jaemin adalah ide yang bagus.

setelah mengirim pesan pada lelaki itu, ia bergegas ke kamar mandi, membersihkan diri. ketika sampai matanya terbelalak, banyak bercak darah di sana, ya tuhan semalam apa yang ia lakukan.

ia menenangkan diri dan akhirnya memutuskan untuk membersihkan diri saja, semalam terlalu chaos baginya.

dan sekarang ia sudah siap dengan memakai sweater rajut putih ber-turtle neck-nya, untuk menutup seluruh luka kejadian semalam tak lupa ia membawa biola kesayangannya dan mengendap-endap keluar dari rumahnya, dan berhasil.

di sana sudah ada jaemin dengan memakai baju bebasnya dan sedang bersembunyi di sebelah rumahnya, takut-takut ketahuan.

"dejun! sini!" setengah berteriak, jaemin mengisyaratkan pemuda itu untuk menghampirinya.

"aku sudah memesan taksi, ayo!" lengannya ditarik dan ia bisa melihat ada sebuah mobil terpakir di sana.

mereka berdua bergegas masuk dan jaemin menatapnya dengan antusias yang mengundang reaksi bingung darinya, "what?"

"tumben sekali kau mengajaku membolos, ah tidak, ini pertama kalinya kau membolos!" xiaojun mengangkat bahunya tidak peduli, "semalam kacau sekali, jadi aku ingin istirahat dan bersenang-senang untuk sehari saja."

jaemin tersenyum, temannya ternyata normal juga, karena selama mereka kenal ia hanya mengenali xiaojun yang lurus, maksudnya dia tidak pernah membangkang apalagi sampai membolos seperti ini.

"baiklah, mau ke mana kita?"

"kedai hendery." dan jaemin hanya mengangguk.

═════════════════

dan di sinilah mereka, di kedai ibu hendery dan memerhatikan hendery, yangyang, jisung dan hwall sibuk mempersiapkan diri untuk berangkat sekolah. ia baru tahu bahwa sekolah mereka masuk lebih telat dibanding sekolahnya dengan jaemin.

moonbin? lelaki itu dengan tenang membantu ibu hendery untuk membuka kedai toh dirinya sudah lulus dari sekolah.

"jisung! yangyang! cepatlah kita bisa telat!" hwall berteriak dari pintu kedai dan hendery sendiri sudah anteng dengan headsetnya menunggu di luar, "iya sebentar! jisung cepatlah!"

akhirnya jisung selesai memasukan semua barangnya ke tasnya, "kak jaemin, kak dejun, kami pamit!" keduanya hanya tersenyum mengangguk dan melambai.

"mereka biasa seperti ini? maksudnya heboh sekali ketika akan berangkat sekolah." bibi kedai alias ibu hendery tertawa, "mereka memang terbiasa seperti ini, tapi itulah yang membuat pagiku cerah."

xiaojun dan jaemin tersenyum, mana bisa mereka seperti ini. mereka sangat menjunjung tata krama sekali, bahkan tertawa lepas di hadapan para petinggi bisa membawa petaka bagi keduanya, hidup mereka dirancang untuk menjadi yang sempurna.

ah, ibu hendery. dia adalah wanita yang sepertinya hampir paruh baya yang cantik, cantik sekali bahkan ia tidak seperti sudah mempunyai anak. xiaojun merasa tenang ketika menatap wajahnya.

"bibi, bibi cantik sekali." pujian itu keluar dari mulut jaemin, wanita itu tertawa, hanya tersenyum karena ingatannya pada seorang anak kecil yang memujinya seperti itu, dulu.

sudah lama sekali sepertinya semenjak ia berinteraksi dengan keluarga itu.

tbc.

hi! maaf bgt baru update sekarang karena aku ketiduran, anw this chapt might triggered some people so please be aware.

sincerely, jenosette.
²⁷ ⁰⁹ ²⁰

kaleidoskopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang