6

9.4K 1.1K 74
                                    

Waaahhhh 5k pembaca dan hampir 1k vote. Makasih loh

Aku kira bukuku cuma bakalan berdebu di work aja 😭




Tita menyumpal darah yang keluar dari hidungnya,ia sedang memasak sekarang dan acara mimisannya ini sangat menggangu.

"Mas,mas Jeff"panggilnya dengan sedikit keras

"Maaasss"

Kepala Tita pusing bukan main,bahkan pandangannya sekarang sedikit kabur.

"Jangan pingsan please"ia menepuk dadanya beberapa kali dan menghela nafas

"Masakan mami gosong tuh"

Tubuhnya bergeser ke samping saat putra sulungnya mematikan kompor dan menoleh padanya.

"Mami kenapa? Mimisan?"tanya Mark

"Dikit doang,gapapa"

Mark mengambil kain bersih dan menaruh es batu di dalamnya. Ia meminta ibunya untuk duduk dan mulai meletakkan kain itu di kepalanya.

"Pusing gak? Mami demam ini"Tita terenyuh

"Ini cuma mimisan dikit Mark,udah mandi sana terus sarapan"

Mark memandang wajah maminya beberapa saat,ia baru sadar maminya nampak lebih kurus.

"Sana mandi mark. Kesiangan kamu ntar"

Mark akhirnya pergi ke kamarnya untuk mandi. Tita tersenyum senang

Mark masih peduli padanya.
°
°
°
Jeff mengecek beberapa dokumen yang diberikan sekretarisnya. Otaknya tak berhenti untuk memikirkan istrinya.

"Juw,nanti aku pulang agak siangan ya"ujarnya

"Mau kemana pak? Ibu kangen ya?"goda Juwita

"Hehe iya"

Keadaan Tita sedang tidak baik akhir-akhir ini.

Bahkan malam pun Tita juga sering terjaga karna rasa sakit yang kadang menghantam tubuhnya.

"Jangan nakal ya kamu,nak. Kasian mami"Jeff bicara pada gambar hasil USG di tangannya

Mark dan Cacha pergi makan siang,atdi Mark jemput Cacha ke sekolahnya.

"Masih ngediemin tante Tita?"tanya Cacha to the point

Mark mengangguk lalu menggeleng membuat Cacha kesal.

"Gimana sih maksudnya? Udah baikan belum?"

"Tadi pagi aku ngobrol dikit sama mami,hidung mami berdarah"jelas Mark

Cacha menghela nafas panjang membuat Mark menoleh.

"Kamu emang harus dipancing dulu sih,mamimu kenapa-kenapa baru kamu peduli"ujarnya kesal

"Kok kamu ngomong gitu?"Mark ikut kesal

Tangan Cacha terulur untuk menggenggam tangan Mark.

"Aku dulu juga cuek sama mamaku waktu dia masih hidup,ultah terakhir mama aja aku gak ada,aku pilih berangkat lomba nyanyi ke Jogja. Padahal waktu itu mama udah masuk rumah sakit"

"Dan pas aku pulang mama udah sehat,di surga sama Allah. Aku gak mau kamu ngerasain penyesalan yang aku rasain Mark"

Hati Mark berdesir,ia tak bisa membayangkan jika ia mengalami apa yang Cacha alami.

Jika ia tak bisa melihat ibunya untuk selamanya.

"Aku perlu waktu,umurku udah 18 Cha. Masa punya adik sih,apa kata orang nanti"jawaban Mark membuat Cacha mengelus dada

"Jangan peduliin kata orang atuh sayang,kan mereka gak ngasih kamu makan. Oh iya,kan punya adik bisa jadi simulasi kamu kalo kita nikah nanti, simulasi jadi papa muda"

Wajah Mark merah dan itu membuat Cacha tertawa. Mereka memang berniat menikah setahun setelah Cacha lulus SMA nanti.
°
°
°
Tita menenggak obat ditangannya,obat penguat kandungannya.

Ia merelakan menahan sakit agar bayinya tetap sehat. Ia tak bisa mengkonsumsi obat untuk penyakitnya karna dosisnya sangat tinggi.

"Loh,mas kok udah pulang?"tanya Tita

Jeff tak menjawab ia malah langsung menenggelamkan wajahnya di leher istrinya.

"Kangen, makanya aku balik"

Jari kurusnya menyentil telinga suaminya membuat Jeff mengaduh.

"Kebiasan kamu tuh"

"Anak-anak belum balik? Udah jam segini"tanya Jeff

"Tadi Jeno telfon dia kumpul sama ganknya, kalo Mark gak tau"

Bahkan Mark tak mengabarinya ia pergi kemana.

"Udah jangan sedih, paling juga jalan sama pacarnya"

Tangan jeff membelai poni Tita yang lepek. Tapi istrinya tetap cantik.

"Gak usah mandi ya,badan kamu anget banget loh"perintah Jeff

"Iya,maaf ya mas aku gak masak hari ini"

Jeff tersenyum dan mengecup kening istrinya.

"Gapapa,masakan bibi juga lumayan kok. Kan kamu juga harusnya bedrest"

"Aakhhh"

Jeff dibuat panik saat tiba-tiba istrinya mengaduh kesakitan.

"Sayang,kamu kenapa?"tanya Jeff gugup

"Sakit banget mas aduh"

Pandangan mereka tertuju pada darah yang mengalir di paha dalam Tita,dan seketika kesadaran Tita hilang.

Jeff menunggu di depan ICU, dokter bilang jika terlambat sedikit saja mungkin Tita akan kehilangan bayinya.

Ia tak bisa membayangkan betapa sedihnya Tita jika itu terjadi.

"Jeff, jangan nangis. Kasihan Tita ngelihat suaminya kucel gini"Dinda menepuk pundak Jeff memberikan semangat

"Tita anaknya kuat kok. Gue yakin dia bisa"sambung Dinda

Jeff tersenyum. Memang benar yang dikatakan Dinda.

"Makasih ya Din lo udah selalu ada di samping Tita"

"Santai aja. Jeff,nanti kalo anak kalian udah lahir rahim Tita diangkat aja ya"

Ucapan Dinda benar,bisa saja Tita sembuh jika rahimnya diangkat. Jika semua tak terlambat dan Tita masih bisa bertahan sampai bayinya lahir.

"Sebelum dia hamil gue juga udah paksa dia buat angkat rahimnya. Tapi dia maksa buat bayi tabung sampai akhirnya hamil"jelas Jeff

"Tita emang keras kepala"ujar Dinda

"Gue ngerasa bersalah sama Tita,Din"tangis Jeff pecah

Dinda kembali mengelus pundak Jeff.

"Jangan gitu,mending kamu susul mas Theo di masjid. Doa supaya Tita sehat lagi"

Dinda menumpahkan tangisnya saat Jeff sudah pergi. Ia bisa menyemangati Jeff tapi ia tak bisa menyemangati dirinya sendiri.

Ia takut Tita tak bertahan.

Ia takut Tita tak bertahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


The Strongest MommaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang