Komennya rame,jadi aku update lagi😊
Mark dan Jeno bingung harus apa, mereka bahkan sampai lupa membawa ponselnya karna panik dengan keadaan maminya.
"Pinjem handphone siapa ya? Aku gak hafal nomor papi" ujar Jeno
"Aku hafalnya nomornya Cacha doang,telfon Cacha aja ya biar dia yang nelfon papi suruh kesini"
Jeno yang masih trauma dengan papinya langsung terlihat takut saat Mark membicarakannya.
"Ada Aa yang bakal jagain kamu jadi kamu jangan takut. Kita butuh papi buat bayar administrasi mami sama tanda tangan prosedur rumah sakit" ujar mark tegas
Jeno mengangguk. Sekarang maminya yang lebih penting.
"Aa telfon pakai telfon pake telfon rumah sakit aja kak, boleh kali minjem. Biar mami aku jaga dulu"
Mark setuju dan akhirnya Jeno hanya sendiri disini. Ia mengintip dari pintu kaca dokter sedang menngani maminya.
Ia bisa melihat darah menggenang di bawah bagian tubuh maminya. Ia menangis seketika.
"Aku sayang mami, aku tak peduli mami ibuku atau bukan. Mami harus lihat Jeno sukses dulu"
Jeff langsung ke rumah sakit saat kekasih anaknya menghubunginya. Bahkan sekarang ia masih memakai jas kantornya.
Ia langsung masuk ke ruangan tempat istrinya dirawat. Ia langsung mengelus wajah pucat istrinya dan mengecup kening serta perut besarnya.
"Maafin mas ya dek, adek harus kuat. Dedek juga harus kuat"
Tita mengangguk lemah. Jaehyun menatap Jeno yang sedari tadi menunduk saat ia masuk.
"Aa baby maafin papi ya, papi khilaf. Papi harusnya sadar kalau anak-anak papi dididik dengan baik sama mami. Jadi gak mungkin ngelakuin hal itu"
Jeno mengangguk. Dan Jeff langsung memeluk putra bungsunya dan mengusak fambut hitamnya.
"Mas... Dedek daritadi gak gerak. Aku elus gak respon aku tekan jug gak ada respon. Aku takut"
Jeff menggenggam tangan Tita dan menempelkan di dadanya.
"Dek,anak itu titipan Allah. Semua udah diatur sama Allah,kalo Allah mau ambil dedek—"
Jeff menghentikan ucapannya sejenak lalu mengelus rambutnya lembut.
"Kalau Allah mau bawa dedek... Adek gak boleh sedih ya"
Air mata Tita mengalir deras, bagaimana bisa ia tak sedih. Jeff sendiri tahu kemungkinan bayinya selamat itu sangat kecil.
Tak lama dokter datang dan kembali memeriksa Tita. Jeff berusaha tegar, ada kedua anaknya juga disini. Ia tak mau terlihat lemah dan anaknya juga akan ikut sedih.
"Kita tunggu 24 jam ya. Kalau sampai besok malam dedeknya gak ada respon kita akan ambil tindakan induksi atau suktin oksitosin untuk merangsang kontraksi karna takut bayi meninggal dalam kandungan"
"Dan juga jika pendarahannya tidak berhenti. Takutnya kondisi si ibu juga ikutan lemah"
Jeff menggenggam erat tangan Tita yang masih terisak sejak tadi.
"Dok... S—saya masih boleh berharap kan? Masih ada sedikit kemungkinan kan? Kalo dedeknya masih selamat?" Tanya Tita dalam tangisnya
Dokter itu hanya tersenyum getir. Ia tak ingin memberi harapan palsu pada pasiennya ini.
• •
Tita tak henti-hentinya membaca Alqur'an dari aplikasi di handphone suaminya. Tangnnya terus mengelus perutnya berharap mendapat respon dari si kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Strongest Momma
FanfictionTaeyong yang bersyukur dapat hamil anak ketiga setelah rahimnya dikatakan ada kerusakan dan harus diangkat. Manakah yang akan dia pilih? rahimnya atau anaknya?