*Short story ini pernah di-unpublished karena beberapa komen menyebalkan yg bikin down. So, ke depannya tolong berpikir dulu sebelum komen atau kamu akan di-BLOCK. Meskipun itu SEPELE.*
***HAPPY READING***
Lima tahun yang lalu, semua sungguh berbeda. Biasanya Nadira akan selalu berdiri di samping Bara dan menemani kemana pun pria itu pergi. Menjadi satu-satunya yang dicintai dan dipuja-puja. Semua terasa begitu indah hingga Nadira lengah.
Ya, Bara kini tak lagi sama. Pria itu berbeda, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya ketika mereka masih menjalin asmara. Pria yang dulu sempat menjadi penguasa hatinya, kini telah pergi dan memiliki kehidupannya yang lain. Di mana, tidak ada Nadira di sana.
Begitu menyesakkan memang, tapi Nadira sudah berusaha keras untuk menyembuhkan luka di hatinya. Wanita itu menata hidupnya kembali. Menyusun cerita baru sembari memasang kembali kepingan-kepingan hatinya yang telah hancur berantakan.
Nadira tahu, dulu dia teramat mencintai Bara hingga ia tak menyadari bahwa pria itu juga berpotensi untuk melukai hatinya.
Namun sekarang Nadira sudah berdamai dengan masa lalunya. Dia hanya perlu memejamkan mata dan mengurut dada bila kenangan pahit itu kembali menyapa. Ya, semudah itu jika saja tak ada sosok Bara di depannya.
Seperti saat ini.
"Five years ago, things were so different ... and suddenly we were strangers again. Kamu nggak mau menyapa mantan kekasihmu ini, Nadira?" tanya Bara yang baru saja menyeruput kopinya.
Anggap saja Nadira sedang sial, dia tidak menyangka akan bertemu Bara setelah lima tahun lamanya. Nadira pikir dia berhasil menghilangkan pria itu dari hidupnya. Menghapus Bara sebagaimana pria itu menghapus dirinya dari kisah cinta mereka.
"Aku nggak punya alasan untuk menyapa kamu," ketus Nadira dengan dingin. Kedua matanya seolah ingin menelan Bara hidup-hidup, dan itu membuat ego Bara seperti disentil dengan sengaja.
"You hate me, huh? Masih belum bisa memaafkan aku dan memilih tersiksa sendiri?" suara pria itu terdengar mengejek, tapi Nadira hanya menyambutnya dengan rotasi di kedua bola matanya.
"Hearts heal but never forget how it feels to be broken." Nadira menatap Bara dengan hunusan tajam sebelum melanjutkan ucapannya. "Aku sudah memaafkan kamu, tapi bukan berarti aku lupa rasanya kamu sakiti."
"You're mad."
"I'm not mad. I'm hurt. There's a difference."
Bara memicingkan matanya. Merasa kesal sendiri karena setiap kata yang keluar dari mulut Nadira, adalah benar adanya. "Kamu harus mengikhlaskannya kalau begitu. Anggap saja kita memang nggak berjodoh."
"Kalau aku nggak ikhlas, nggak mungkin aku bisa hidup sebaik ini ... kalau-kalau kamu lupa, kamu sedang minum kopi di kedai milikku."
Shit!
Bara hanya bisa memaki dalam hati. Keputusannya untuk mampir di kedai mungil ini terasa salah. Awalnya Bara penasaran, beberapa teman kantornya merekomendasikan tempat ini jika mereka pergi ke Bandung. Bara akui, tempatnya memang menenangkan dan membuat nyaman siapa saja yang mampir ke sana. Namun Bara tidak menyangka, jika pemilik kedai ini adalah seseorang yang pernah berperan penting di masa lalunya.
Setidaknya Bara tak pernah lupa. Bagaimana Nadira menghiasi hari-harinya dengan senyuman hangat yang selalu ditujukan kepadanya. Ya, tentu saja. Bara ingat semua. Termasuk setiap detail kecil yang pernah mereka lewati. Nadira pernah menjadi ratu di hatinya. Sebelum skenario lain membuat Bara harus mengambil keputusan besar. Di mana itu menjadikan Nadira sebagai pihak yang tersakiti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story Collection
ContoCerita pendek. Boleh request cerita dan kasih ide. Lapak untuk sobat halu. 🚧 THE RULES: Komentar yang sifatnya menjatuhkan tanpa memberi saran akan langsung di-BLOCK. Kenapa? Karena aku sering banget nemu komen: "kentang banget thor" di beberapa...