Part 16

140K 15.6K 1.9K
                                    

Pak Abhi yang lagi gemes nungguin Shera nggak dateng-dateng 🤣

Pak Abhi yang lagi gemes nungguin Shera nggak dateng-dateng 🤣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Sudah hampir 5 menit aku mengaduk-aduk isi tas namun tak juga menemukan keycard apartemenku.

Mungkin efek tatapan setajam elang dari laki laki yang tengah berdiri tak sabaran di belakangku hingga aku begitu gugup atau benda pipih persegi itu itu memang sengaja ingin membuat suasana menjadi semakin tak kondusif hingga ia bersembunyi tak ingin ditemukan.

"Sini, biar saya saja." Pak Abhi akhirnya sampai di ambang batas kesabarannya hingga akhirnya ia meraih tasku sementara aku hanya bisa melongo melihat tangannya yang dengan cepat merogoh ke dalam tas dan nggak lama muncul lagi dengan benda pipih persegi itu sudah ada dalam genggamannya. 

Dasar kunci sialan.

Ia membuka pintu apartemen lalu mengedikkan kepalanya agar aku masuk karena tubuhku yang berdiri kaku tak juga beranjak dari ambang pintu. Aku mendesah pasrah lalu melangkah masuk ke dalam unit dengan dia membuntuti di belakangku.

Tanpa berkata apa-apa aku langsung masuk ke kamar mandi, mencuci mukaku, membersihkan dari sisa-sisa make up lalu mengganti bajuku yang bau asap rokok dengan kaos oblong dan celana pendek yang ada di gantungan kamar mandi.

Setelah merasa lebih segar aku keluar dari kamar mandi dan melihat Pak Abhi tengah duduk di sofa dengan kaki selonjor dan tangan memegang remote TV, mengganti-ganti channel tanpa niatan menontonnya.

Ia sudah mengenakan pakaian casual, kaos hitam dan celana panjang jeans biru yang artinya dia sempat pulang ke apartemennya sebelum ke sini.

Aku menghela napas melihat wajahnya yang masih terlihat gusar. Ia bahkan nggak menoleh ke arahku walaupun aku sudah keluar dari kamar mandi dan berjalan ke arah kulkas untuk mengambil minuman. Tatapannya fokus ke arah televisi walaupun sedari tadi nggak ada satu acarapun yang bisa bertahan lebih dari semenit di layar.

Aku mengambil dua kaleng soft drink dari dalam kulkas lalu melangkah ke arah sofa, meletakkan minuman itu di atas meja kemudian duduk di sebelahnya.

"Gimana acaranya tadi?" Tanyaku saat dia tak juga bicara.

"Biasa aja, pasti kalah seru dari acaramu," jawabnya tanpa memandangku.

Aku memejamkan mata, berusaha menyabarkan hati. Itu tadi jelas sindiran kan?

"Bapak lagi marah?" Aku bertanya terus terang dan akhirnya ia melirik ke arahku. Ya, hanya melirik sekilas, lalu kembali memandang layar televisi.

"Menurut kamu?" Ia balik bertanya.

"Menurut saya Bapak sedang ngambek," tuduhku. Salah satu sudut bibirnya terangkat sinis.

"Saya bukan anak kecil," dengusnya.

"Bukan hanya anak kecil yang bisa ngambek, Pak," balasku.

"Saya nggak ngambek," jawabnya singkat membuat kedua bola mataku berputar.

Amoxylove (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang