chapter 4 : Eternal Feelings part 4

3.7K 269 4
                                    

Sarada yang menanti kepulangan ibunya, mencoba membuat matanya terjaga.

" Hoamm... Mama pulang lebih larut dari biasanya, apa pekerjaan belum selesai? "

Sarada duduk sambil mengecek handphone nya. Mencoba melihat mungkin mamanya meninggalkan pesan lanjut.

" hm, apa sebaiknya aku telfon saja, ya? Ah... Tapi itu akan menggangunya " Sarada mengurungkan niatnya.

Berjalan mondar-mandir di koridor rumah, Sarada terus memegang handphone nya memikirkan apakah ia harus menelfon atau tidak.

Sarada sudah berjanji pada Sasuke untuk menjaga mama selagi papanya di luar desa. Jika tidak mengetahui kabar Sakura tentu, Sarada akan merasakan kecemasan yang berlebih.

" Akkhh.. membingungkan, Shannaroo! Aku telfon saja! "

Hendak menekan tombol panggilan.
Tiba-tiba
*Tekk*
pintu rumah terbuka.

" Mama , jika pulang selarut ini seharusnya kau mengabariku. Mama membuat ku khawatir..  aku telah berjanji dengan papa untuk... "

Sambil mengomel dan berlari ke arah pintu, Sarada dikejutkan oleh kehadiran papa nya yang sedang menggendong mamanya.

" Loh, Papa pulang? Eh.. ada apa dengan mama ? "
Sarada  berlari mendekat.
Tampak Sakura yang sedang tidak sadarkan diri.

" Sarada, tolong siapkan kompres untuk Sakura. Aku akan membawanya ke kamar terlebih dulu. "

Tidak melanjutkan untuk bertanya, Sarada bergegas menyiapkan kompres untuk mamanya.
.
.
.

Sasuke membaringkan istrinya dengan perlahan. Ia merapikan rambut merah muda yang berantakan dan menutupi wajah sakura.

Sambil terus memegang tangan istrinya, Sasuke menatap Sakura dengan penuh khawatir.

" Sakura, bangunlah " gumamnya dalam hati.

Tepat setelah ia menyelesaikan kalimatnya, Sakura terbangun.

Ia membuka kelopak matanya yang berat. Dan menyebut nama suaminya.

" Sasuke-kun... "

" Kau sudah sadar, Sakura? "

" iya, terima kasih, Anata "
Sakura mencoba bangkit untuk duduk.
Namun ditahan oleh suaminya.

" Beristirahatlah terlebih dulu. "

Tidak mencoba melakukan perlawanan. Sakura mengikuti permintaan suaminya.

" Tidak apa, Anata. Aku baik-baik saja. Ini bukan hal yg serius. "

" Beristirahatlah sebentar, aku akan mengompresmu selagi menunggu Sarada. Ia bilang akan menyiapkan sesuatu untukmu. "

Sasuke mengambil kain dan mencelupkan ke dalam baskom berisi air hangat yang disiapkan Sarada tadi.

Ia pun memeras kain tersebut dan meletakkannya di dahi istrinya.

Pipi sakura memerah, bukan karena demamnya yang meninggi. Melainkan karena ia senang merasakan kasih sayang dari suaminya tersebut.

" Maafkan aku, Anata... Saat kau pulang aku malah merepotkanmu begini "

" ... "

Sasuke menjawab sedikit terlambat sambil memalingkan wajahnya.

" Tidak, Aku yang meminta maaf. Aku tidak bisa membayangkan jika hal seperti ini terjadi saat aku tidak ada di sisimu. "

" Ah... tidak perlu khawatir Anata. Fisikku kuat! Aku tidak biasanya seperti ini. Tentu tidak akan terjadi lagi. Aku janji! "  balas Sakura dengan cepat.

Sasusaku : I'll always be thereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang