Chapter 29 : Another Farewell

1.8K 130 10
                                    

Mata onyx sarada memandang ke arah arus sungai. Langit mulai memancarkan cahaya oren keemasan. Melihat mentari yang semakin bergerak ke arah barat, Sarada pun memutuskan untuk pulang. Sarada bangkit dari duduknya. Ia mulai mengambil beberapa kunai yang berserakan di lantai.

Hari ini ia telah menghabiskan waktu setengah hari berlatih sendiri. Seperti biasanya, ia tidak meminta ayahnya untuk menemani, terlebih ayahnya tersebut terlihat sangat sibuk semenjak kepulangannya.

Ya, Meski Sasuke sedang pulang, tetapi saat pulang justru kesibukannya semakin meningkat. Mengingat jika ia pulang berarti ada hal yang mendesak. Bahkan terkadang Sasuke pulang ke rumah saat tengah malam dan bisa saja pagi-pagi nya saat Sarada bangun Sasuke sudah pergi lagi ke kantor Hokage.

Walaupun tanpa ayahnya ataupun sensei yang membimbing, Sarada tetap rajin berlatih. Ia juga terbiasa berlatih sendiri untuk mengasah kemampuan kunainya. Alhasil, ia pun sudah semakin mahir membelokkan arah kunai seperti yang sempat Sasuke ajarkan padanya.

" ? "
Sarada menoleh setelah tiba-tiba merasakan kehadiran seseorang disampingnya. Tampak sosok berjubah hitam yang tengah mengambil kunai di sampingnya.

" Papa? "

Sasuke menyodorkan kunai yang ia ambil tersebut pada anaknya.

" Selesai berlatih? " Tanya Sasuke.

" Hn, Papa sendiri baru dari kantor hokage, ya? "

" Hn, "

" Apakah semuanya lancar? " Tanya Sarada sambil menggulung tali yang ia gunakan untuk mengikat balok target lemparannya.

" Ya, Sepertinya pekerjaan di Konoha akan selesai dalam beberapa hari. "

" Ah... berarti Papa akan berangkat lagi? "

" Iya, sepertinya lusa ... "

" Ah... Begitu " Raut wajah Sarada tampak menunjukkan kekecewaannya. Sasuke yang menangkap ekspresi anaknya tersebut berjalan mendekat. Ia membantu anaknya yang hendak mengangkat balok kayu. Melihat ayahnya yang ingin membantunya, Sarada pun membiarkan ayahnya menumpukkan balok kayu untuknya.

" Ngomong-ngomong Papa! "

" Ada apa? " Tanya Sasuke usai menyusun balok kayu yang digunakan anaknya untuk berlatih.

" Saat papa pulang lagi nanti, aku ingin papa mengajariku lebih banyak tentang Sharingan. "

" Sharingan... Baiklah. Tapi kenapa tidak besok? "

" Hmm... Karena besok hari terakhir papa sebelum berangkat, aku rasa lebih baik kita menghabiskan waktu bersama mama untuk hal yang lain. "

" Apa ada yang ingin kau lakukan? "
Sasuke penasaran akan apa yang direncanakan anaknya.

" Hmmm, tentu saja ada banyak! Tapi sayangnya papa akan segera pergi, Shannaro!  " Sarada kembali menggoda ayahnya.

" Sarada... Jangan berkata seperti itu... " Sasuke memasang wajah sedikit memelas.

" Hahaha~ hanya bercanda! Papa dan Mama terkadang terlalu serius dengan ucapanku. " Sarada teringat ia juga memberikan trik yang sama pada mamanya.

Melihat anaknya yang tengah usil. Sasuke mengetuk pelan dahi anaknya.
" Kami akan membalasnya lain kali."

Wajah Sarada memerah. Ia memegang dahinya. Ia mengerti kenapa mamanya menganggap ketukan di dahi itu spesial. Sarada paham itu adalah cara ayahnya untuk mengekspresikan rasa sayang. Ia sedikit bertanya darimana ayahnya mempelajari hal tersebut. Mengingat ayahnya itu bukan seseorang yang bisa memikirkan tindakan romantis.

Melihat Sarada yang tiba-tiba tertawa, Sasuke pun bertanya.

" Apa yang sedang kau pikirkan? "

" Tidak ada, hihihi ! "

" Kalau begitu, ayo kita pulang! "

" Hn! Mama pasti sudah menunggu! "
.
.
.
Malam harinya setelah makan malam.
Sasuke seperti biasa duduk di sofa membaca kembali gulungan misi. Sementara Sarada yang belum tidur juga terlihat sedang membaca buku. Sakura yang sedang tidak memiliki aktivitas apapun melihat suami dan anaknya.

' Mereka berdua benar-benar memiliki banyak kesamaan '

Sakura memandangi wajah serius suami dan anaknya. Seakan di dahi mereka berdua tertulis pesan ' Mode Serius Jangan Diganggu '

Ia pun tertawa pelan. Sakura bangkit dari sofanya menuju dapur. Ia membuka lemari mengambil bubuk teh Koucha, kado dari salah satu rekan kerjanya. Koucha adalah jenis teh hitam. Ia menyeduh teh tersebut dengan air panas di sebuah teko. Ia pun membawakan teh tersebut kembali ke ruang tamu.

Karena Sasuke dan Sarada masih tenggelam dalam kesibukan mereka, tidak ada yang menyadari Sakura kembali membawa teko dan gelas.
Sakura pun menuangkan teh buatannya dan meletakkan gelas di depan masing-masing mereka.

" Kalian berdua tampak hanyut dengan bacaan. Ini ... Silahkan diminum~ "

" Ah... Terima kasih Mama! Sakura! " Keduanya menjawab serentak. Mereka menoleh sekilas ke gelas teh dihadapan mereka, namun kembali hanyut dalam bacaan.

' Lihat-lihat reaksi kompak mereka '
Sakura tersenyum sambil menggeleng melihat reaksi mereka berdua. Sakura pun pergi meninggalkan anak dan suaminya. Ia ke kamarnya agak awal untuk mengistirahatkan diri. Badannya sedikit pegal karena ia menangani beberapa operasi hari ini.

To be continued
Chapter 30 : Another Farewell part 2

Sasusaku : I'll always be thereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang