Chapter 25 : Overwhelmed Part 4

1.8K 157 10
                                    

" Cantiknya~ " Mata Sakura berbinar-binar melihat gaun midi berwarna salem dengan sedikit corak bunga di bagian bawah rok.

" Apa benar kau yang memilihnya, Anata? " Sakura sedikit tidak percaya dengan selera suaminya. Secara jika diperhatikan suaminya lebih menyukai warna monoton dan gelap.

" Hn, aku rasa warna itu akan kontras dengan rambutmu. "

Sakura memerah mendengar komentar suaminya.

" Benarkah? Apa sungguh ini akan cocok denganku? " Sakura memelankan suaranya, ia sedikit malu karena suaminya ternyata memperhatikannya. Ia pun membayangkan dirinya mengenakan dress ini saat kencan.

" lagipula Kau dan Sarada keduanya menyukai warna merah dan semacam ini kan? "

" Apa kau berpikir demikian karena kami sering menggunakan baju berwarna merah? " Sakura sedikit tertawa geli.

" Ya, seharusnya begitu. "

" Hahaha, Anata~ terkadang kau lebih simple dari kelihatannya ya. Tapi memang aku tidak menolaknya " Kata Sakura sambil melipat kembali dress pemberian anaknya itu.

" Apa kau tidak ingin mencobanya? "

" Bukankah nona berambut pirang telah mencobakannya untukmu? " Sakura menggoda suaminya.

" Kau sudah mengetahui yang sebenarnya? "

" Hn, Boruto tadi menceritakan sedikit padaku. Kalian benar-benar konyol, Shannaroyo! "

" Anak itu yang menyarankan ide bodoh itu. " Sasuke masih sedikit kesal mengingat hal tadi.

" Yah... Kalau dipikir-pikir tidak apa, Anata. Alhasil kau memilih dengan tepat. Dan... Aku menyukainya! " Sakura tersenyum.

Sasuke kembali dipukau oleh senyuman manis istrinya.

" Perlu diingat itu pemberian Sarada, bukan dariku. "

" Ah, iya! Tentu saja! Aku hanya memuji seleramu, Sasuke-kun! " Sakura sedikit cemberut. Melihat wajah kesal istrinya membuat Sasuke tidak dapat menyembunyikan senyumnya lagi.

" Cepat lanjutkan. Kau tidak penasaran apa yang kuberi? " Sasuke berbicara sambil membuang mukanya.

" Ah! Tentu saja! Aku menyimpan yang terbaik untuk terakhir. "

Sakura kini mengambil kotak kado pemberian suaminya. Kotak kecil sudah dapat mengindikasikan isinya adalah perhiasan semacamnya.

' Cincin? Kalung? Anting? ' Sakura bertanya dalam hati.

" Berikan padaku. "

" Eh?? "

" Sakura... "
Sasuke memasang wajah serius. Melihat hal itu Sakura pun semakin gugup. Ia mengantisipasi apa yang ingin suaminya katakan.

" Kau tahu, kita memang tidak memiliki banyak kesempatan melewati hari spesial bersama... "

" ... " Sakura terdiam mendengar suaminya yang mulai berbicara.

" Aku juga tidak tahu, apa aku akan bisa selalu ada untukmu. Kau tahu... Maafkan aku jika membicarakan hal seperti ini saat ulang tahunmu. Tapi, kau memahamiku, bukan? "

" Aku mengerti, Anata... "

" Aku harap, saat aku tidak bisa lagi ada di sisimu... Kalung ini bisa menggantikan kehadiranku. "

Sasuke membentangkan kalung dengan liontin mengkilap. Walaupun lampu kamar sedikit remang. Kecantikan kalung tersebut dapat terlihat jelas.

Sakura terdiam. Bukan karena kado pemberian suaminya. Tetapi, berbicara tentang hal buruk. Ia tahu pertanda ditemukannya peninggalan Otsutsuki bukanlah hal yang biasa. Bahaya bisa datang kapan saja. Dan ia paling tahu, suaminya akan tanpa ragu akan mengorbankan segalanya untuk mengatasi hal itu. Layaknya Shinobi sejati.

" Anata..."

*Tes* *Tes*

Air mata Sakura menetes tak tertahankan. Ia mencoba melanjutkan kata-katanya dengan bergetar. Bayangan kepergian suaminya benar-benar menusuk hatinya.

Tidak membiarkan istrinya menangis. Sasuke memeluk hangat istrinya.

" aku selalu percaya padamu. A... Aku tidak akan bosan mengatakan ini padamu, Sasuke-kun.

" Terima kasih, Sakura... "

Sementara Sakura masih terisak di pelukan suaminya. Sasuke melihat foto keluarga yang terletak di sudut ruangan. Fotonya bersama Sakura dan Sarada. Ia benar-benar mencintai mereka berdua lebih dari apapun.

Rasa sesal karena selalu meninggalkan luka pada keluarganya selalu muncul dalam pikirannya. Namun, inilah satu-satunya jalan untuk melindungi Konoha. Desa yang sangat dihargai kakaknya, Itachi. Ia tak ingin pengorbanan kakaknya sia-sia begitu saja.

' Nii-san, kau melihatnya dari sana? Aku akan selalu menjaga semua yang berharga bagimu. '

Sasuke memejamkan mata. Ia mencoba menenangkan diri di pelukan istirnya. Sakura yang sudah sedikit tenang, melepaskan pelukannya. Ia melihat wajah suaminya yang juga terlihat sedih. Sakura memegang pipi suaminya dan mencium lembut bibir Sasuke.

Mereka berdua seakan berbicara melalui ciuman tersebut. Memang bukan ciuman bergairah. Namun lebih ke ciuman yang bermakna.
Sasuke bisa merasakan dengan jelas ketulusan hati istrinya.

" Anata... "

Sakura membuka pembicaraan. Ia berbicara sangat dekat dengan wajah suaminya.
Sasuke hanya memandang ke bawah. Ia masih memiliki perasaan berat di hatinya. Tidak dapat dipungkiri ia sendiri juga tidak siap jika suatu saat tidak bisa melihat senyuman istri dan anaknya.

" ... Kita tidak perlu membebankan diri dengan sesuatu  yang akan datang. Yang terpenting saat kita bersama... Aku, Sasuke-kun dan juga Sarada. Kita menghargai momen yang ada. Benar bukan? "

" Sakura... "

" Kau tahu, jika kau memasang ekspresi seperti itu. Mengingatkanku dengan kata-katamu. Saat kau hendak pergi. Kau pernah mengatakannya padaku dan juga Sarada. "

" ? "

" Jangan memasang wajah seperti itu "
Kali ini gantian Sakura yang memeluk suaminya. Ia membelai lembut rambut panjang onyx milik suaminya. Sesekali ia menghirup aroma rambut milik suaminya. Sambil menepuk dan menenangkan suaminya layaknya anak Bayi.

" Tidak apa, Sasuke-kun... "

Merasa perasaan yang sangat tenang dan damai. Sasuke memejamkan mata di pelukan istrinya. Terlintas pelukan Ibunya saat ia masih kecil.

' Sakura... Aku benar-benar mencintaimu... '

Meski kata-kata tersebut terucap dalam hati, Sasuke percaya Sakura pasti mendengarkannya. Ia pun terlelap dalam pelukan istrinya.

Setelah berada dalam posisi demikian cukup lama.

" Anata? Kau tidak jadi memasangkan kalungnya padaku? " Sakura tiba-tiba tersadarkan.

" .... "

" Sasuke-kun tertidur ya? " Sakura pun tersenyum. Ia merapikan posisi tidur suaminya. Membentangkan tubuh Sasuke tepat disampingnya.
Ia mengambil kalung yang digenggam suaminya.

" Bagaimana? Kalung ini terlalu cantik untukku... " Sakura memakai kalung pemberian suaminya. Ia memegang erat liontin kalung tersebut. Kemudian menatap ke arah wajah suaminya yang sedang terlelap.

" Sasuke-kun, sejujurnya... Aku selalu mengkhawatirkan misimu, aku sangat tidak ingin kau berada dalam bahaya, jika aku bisa bertindsk egois dan mencoba menghentikanmu... namun seperti yang aku selalu bilang... Aku akan selalu percaya padamu. "

* Cup *

Sakura mencium kening suaminya.

" Aku mencintaimu, Sasuke-kun... "

Sakura pun merebahkan diri. Dan mendekap ke arah suaminya. Ia memeluk suaminya dengan hati-hati mencoba untuk tidak membangunkannya.

To be continued
Chapter 26 : Night Date

Sasusaku : I'll always be thereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang