hta - 16

755 73 6
                                    

"Miney, kalo kita udah jadian nanti lo mau gue ajak kemana aja?" tanya Jungkook pada Jimin yang sedang berbaring di sofa. Matanya fokus menatap layar televisi di depannya, menonton drama kesukaannya.

Sedangkan Jungkook, ia duduk di lantai samping sofa tempat Jimin berbaring. Tangan menangkup dagu, menatap Jimin yang tidak mengalihkan pandangan sama sekali dari televisi.

Diam-diam mengagumi wajah di hadapannya, sungguh manis- pikirnya.

Merasa diacuhkan, Jungkook mencubit pipi Jimin yang langsung disusul ringisan dari sang empu.

"Aw, apa sih lo? Ganggu tau gak? Pulang sana!" Jimin memegang pipinya, merengut tak suka pada Jungkook.

"Kok gitu? Gue kan mau numpang makan dulu, bunda ga masak di rumah. Lagian lo gatau terima kasih banget sih, udah gue ajarin English. Gue capek loh, pulang sekolah langsung ke rumah lo. Pas gue udah ga dibutuhin, lo ngusir gue gitu?" ucap Jungkook panjang lebar.

"Iya, gue udah ga butuh lo. Mending lo pulang, gue mau fokus nonton. Hush!"

"Jahat banget lo. Gue sumpahin besok lo ga bisa ngerjain ujian English."

Jungkook tidak mendapat jawaban, alias ucapannya barusan tidak dihiraukan oleh Jimin.

"Miney, gue bilangin aja ya. Doa guru buat muridnya itu selalu dikabulkan."

Lagi-lagi Jungkook tidak dapat jawaban. Merasa geram, Jungkook mengambil remote lalu mematikan TV membuat Jimin seketika memelotot ke arahnya.

"Kookie, balikin gak!"

"Gamau." Jungkook segera bangun dari duduknya, lalu membawa lari remote TV tersebut.

"Kookie, jangan kaya anak kecil ah." Ucap Jimin lalu berlari mengejar Jungkook.

Siapa yang anak kecil, Jim?

Jimin mengejar Jungkook yang berlari mengitari penjuru ruang tamu. Gelak tawa dari Jungkook dan rengekan manis dari Jimin memenuhi ruang tamu pada sore menjelang malam itu.

"Sebentar, gue istirahat dulu." Jimin kembali merebahkan dirinya di sofa, diikuti Jungkook.

Mereka berbaring di sofa yang cukup sempit, membuat Jimin tak nyaman.

"Geser Kook, sempit tau."

Jungkook tidak menjawab. Ia memiringkan tubuhnya menghadap Jimin, lalu tersenyum lebar setelahnya, menampakkan deretan gigi putih seperti gigi kelinci.

"Senengnya, dikejar Miney." Ucapnya, senyumnya tidak memudar, justru semakin mengembang.

"Lo seneng dikejar gue?" tanya Jimin. Kini Jimin juga memiringkan tubuhnya, membuat mereka berhadapan di sofa yang seharusnya hanya muat untuk satu orang- jarak mereka terkikis akibatnya.

"Iya, seneng."

"Mau gue kejar setiap hari?"

"Mau dong."

"Tapi ada syaratnya."

"Apa?"

"Kita pacaran. Gue gamau ngejar orang yang bukan pacar gue." Jimin tersenyum menggoda.

Reaksi Jungkook, sungguh tidak terpikirkan sama sekali oleh Jimin. Jungkook- pria itu terdiam, sepertinya terkejut? Dan ada apa dengan pipinya? Pipi Jungkook- memerah.

"Pfft, HAHAHAHA." Jimin tidak mampu menahan gelak tawanya, reaksi Jungkook yang terkesan malu-malu sungguh tidak Jimin pikirkan. Jungkook terlihat berbeda, aneh, tapi menggemaskan.

"Apa banget sih, Kook? Lo baper?" tanya Jimin dengan masih tertawa.

Jungkook yang mulai sadar, menekuk wajahnya lalu bangun bangun dari sofa. Memberi jarak dengan Jimin. "Baper apanya sih?"

How to Apologize [TaeJin] ─endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang