Chapter 12

220 132 43
                                    

"Kadang ada beberapa hal yang tidak ingin kita lihat dan ketahui. Tapi disisi lain, Allah justru menghadirkannya untuk kita temui."
⭐⭐⭐

Di perjalanan kota yang luas dan memanjang, Hafiz sedang mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia menurunkan sedikit kaca mobilnya. Membiarkan udara masuk serta merasakan terpaan angin yang mengipas lembut di wajahnya. Dan ia begitu menikmatinya sambil melihat pucuk pepohonan hijau yang menari-nari di perbatasan jalan.

Mobil tersebut di arahkannya menuju Mesjid Istiqlal untuk melaksanakan sholat Ashar disana. Subhanallah, itulah kalimat yang pertama kali terucap di bibirnya saat mendengar seorang muadzin mengumandangkan takbir dengan begitu lantangnya. Hafiz selalu menemukan ketenangan jiwanya saat mendengar suara adzan. Baginya itu adalah pemasok energi baru setelah ia habiskan seharian.

Setelah melaksanakan sholat Ashar, Hafiz kembali melipat hingga lengan tangan kemejanya sambil terus berjalan menuju pintu keluar mesjid. Namun tiba-tiba saja langkahnya terhenti saat pandangannya tertuju pada sekumpulan wanita yang tengah berkutik dengan beberapa Al-Qur'an disana. Mereka terlihat hendak membaca ayat-ayat suci Allah tersebut. Membuat Hafiz tersenyum dan kembali teringat dengan sosok Aisyah yang waktu itu ia temui di musholla panti. Wanita yang melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an dengan begitu merdunya.

Sehingga membuat Hafiz tidak bisa mengendalikan diri saat mengingatnya. Karena setelah pertemuannya dengan Aisyah di panti sore itu, ditambah lagi dengan pertemuannya dan Aisyah di jalan raya Hafiz merasa ada keanehan yang ia sendiri tidak mengerti. Suara Aisyah yang melantunkan surat Al-Hujurat ayat 13 terus saja terngiang-ngiang di telinganya. Dan wajah Aisyah yang bicara dibawah rintik hujan selalu muncul di benaknya. Seringkali ia mengucapkan kalimat istighfar agar hal tersebut dapat di hentikan dan banyak berdzikir selepas sholatnya.

Namun sayang, usahanya itu tidak sepenuhnya berhasil. Kadang ada saatnya ia merasa takut pada Allah, saat menyadari kalau beberapa hal yang terjadi padanya itu tidak wajar. Karena statusnya dan Aisyah bukan muhrim.

Kadang Hafiz merasa kesal dengan apa yang ia alami. Jantung berdebar-debar tak menentu, napas sesak serta ingatan tak karuan, dan perut yang tidak merasa lapar padahal ia ingin sekali makan, serta ada getaran aneh dalam jiwanya sekarang. Tapi jauh di lubuk hatinya yang paling dalam ia merasakan suatu kesejukkan yang dapat menenangkan jiwanya. Serta berhasil membuat ia tersenyum-senyum sendiri saat mengingat sosok wanita itu. Meski kadang Hafiz tidak suka dengan Aisyah yang terlalu banyak bicara, namun kini harus ia akui. Kalau sekarang ia sedang mengagumi wanita itu.

"Mas!"

Hafiz terkejut ada seorang pria paruh baya yang mengenakan pakaian serba putih menepuk pelan bahunya. Refleks Hafiz pun menoleh, "Eh iya Pak Haji, ada apa?" Hafiz bertanya dengan wajah sedikit tegang.

Pria yang kerap disapa dengan sebutan Pak Haji itu tersenyum, sebelum akhirnya ia berkata, "Saya seringkali menemui Mas melaksanakan ibadah sholat disini. Tapi baru kali ini saya melihat ada keanehan pada diri Mas. Apa Mas nya sedang jatuh hati pada salah seorang wanita yang ada disana?" Tanya Pak Haji yang membuat Hafiz mengusap wajahnya. Jika boleh jujur, ia pasti sangat malu sekali saat ini karena ada orang yang mengetahui keanehan yang terjadi pada dirinya itu.

"Tidak Pak Haji. Bahkan saya sendiri juga tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada diri saya saat ini," Jawab Hafiz dengan ekspresi bingung.

"Jadi maksud Mas, tidak ada di antara mereka?" Tanya Pak Haji seraya menunjuk pada sekumpulan kaum Hawa dibalik tirai sana. Dan Hafiz pun segera menggeleng. Pak Haji terlihat sedang menghela napasnya kemudian berkata, "Ternyata benar. Seperti yang saya lihat sekarang, Mas sedang jatuh hati pada seorang wanita. Yang mana dia bukan mahram Mas. Maaf kalau yang saya katakan ini salah," Kata Pak Haji dengan tebakkannya.

Dear, Imam KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang